Keluarga Ayura datang mengunjungi Ayura di rumah keluarga Rio. Mereka tidak sempat menjenguk Ayura di rumah sakit karena mereka sedang tidak berada di kota ini kemarin.
“Wah, cucu Kakek cantik sekali,” kata Lucas mengelus pipi lembut Marsya. Hanya Lucas yang semangat melihat cucunya. Siska dan Cindy hanya duduk saja dan tidak merespon apa-apa. Mereka melihat-lihat kamar yang Ayura tempati, cukup besar. Semua perabotannya juga lengkap di dalam kamarnya.
“Papa senang kamu sudah punya anak dari Nak Rio. Itu artinya sekarang hubungan kalian makin erat. Papa tidak salah kan memaksa kamu menikah waktu itu,” Lucas tidak bertanya pada Ayura, dia hanya menyatakan pendapatnya melihat kehidupan Ayura sekrang.
Anaknya itu telah melahirkan anak Rio, itu artinya dia pasti juga sudah menerima Rio sebagai suaminya. Juga Lucas melihat semua kebutuhan Ayura terpenuhi dengan baik di rumah itu.
Ayura hanya tersenyum miris, tidak menanggapi apapun yang di katakan Lucas. Mereka hanya melihat kehidupan Ayura saat itu. Saat mereka datang berkunjung saja. Mereka tidak melihat bagaimana Ayura menjalani setiap harinya di rumah itu. Mereka tidak tahu Ayura hanya di perlakukan seperti pembantu oleh Ibu mertuanya.
Mereka juga tidak tahu bahwa anak yang Ayura lahirkan itu bukan dari hasil hubungan yang di lakukan atas dasar suka sama suka apalagi cinta. Ayura hanya melakukannya karena terpaksa, karena tidak ada lagi yang bisa dia lakukan untuk menolak keinginan Rio itu.
“Papa juga bilang apa kan, kamu pasti akan bahagia. Papa merasa sangat bersyukur kau sudah menemukan kebahagianmu, Ayura. Kau akhirnya bisa melupakan laki-laki itu.” Kata Lucas.
Lucas tidak tahu saja kalau sampai hari ini Ayura masih belum bisa melupakan laki-laki yang Lucas sebut itu. Laki-laki itu masih tetap ada di dalam hati Ayura dan Ayura tidak ingin melupakannya.
Ayura sudah tidak tahan lagi rasanya mendengar ocehan Lucas tentang kebahagiannya. Lucas sudah gagal menjadi seorang Ayah yang bisa mengerti anaknya. Lucas bukan lagi menjadi cinta pertama Ayura tetapi menjadi segala sumber penderitaan Ayura karena perjodohannya dengan laki-laki yang entah seperti apa sebenarnya tabiatnya itu.
“Ada tamu, yah” Rio datang, dia langsung memberikan kecupan di kening Ayura lalu di kening Marysa. Di hadapan keluarga Ayura, Rio memberi kecupan dengan lembut.
Lucas benar-benar sangat sumringah melihatnya, dia bisa melihat dengan matanya sendiri bagaimana Ayura di perlakukan oleh suaminya. Dia sudah yakin kalau Rio laki-laki baik yang akan menyayangi anak perempuannya itu.
“Kami mengunjungi Ayura dan Marsya. Lihat, anak kalian sangat cantik,” kata Lucas tidak berhentinya tersenyum bahagia.
“Benarkan, anakku memang sangat cantik,” kata Rio yang. “Siapa dulu yang melahirkannya, Ibunya saja cantik, pasti anaknya juga cantik,” tambah Rio memuji Ayura di hadapan kelaurga wanita itu yang kali ini memberi kecupan di pipi Ayura. Gadis itu hanya bisa memaksakan bibirnya melengkung padahal dia muak dengan semua orang yang ada di kamarnya itu.
Sementara pemandangan romantis yang di perlihatkan Rio membuat Cindy kepanasan, tapi dia tetap memperlihatkan wajah tenangnya. Dia tidak menyangka Ayura akan bahagia setelah menikah dengan Rio melihat bagaimana Ayura sangat mencintai Cristian dulu.
‘Dasar munafik, dulu kau menangis dan meronta saat akan di nikahkan. Ternyata cintamu hanya sebatas uang. Ciih.’
Saat mata Cindy dan mata Rio saling bertemu, Cindy memberikan senyuman pada Rio sambil melihatnya dengan malu-malu. Lama mereka saling bertatapan sebelum akhirnya Cindy mengalihkan pandangannya pada Marsya namun masih sesekali melirik Rio. Begitupun Rio, dia juga sesekali mencuri pandang pada Cindy.
Selama ini Cindy tidak pernah memperhatikan Rio, dia tidak tertarik karena penampilan Rio yang jauh dari seleranya. Tapi setelah melihat bagaimana kehidupan Ayura di rumah itu dan bagaimana Rio memperlakukan istrinya membuat Cindy sedikit terpengaruh.
Lucas dan keluarganya pulang setelah mereka makan malam, Diana dan Rena tidak mau ikut makan malam bersama kelaurga Ayura dan memilih makan malam di luar berdua.
Ayura saja sudah cukup membuatnya jengkel, sekarang anak dan suaminya malah menawari kelaurga Ayura untuk makan malam bersama sebelum mereka pulang.
“Mama dan Rena akan makan malam di luar kalau begitu,” kata Diana saat Evan mengatakan mereka akan makan malam dengan keluarga Ayura.
Evan pun memberi alasan kalau istri dan anaknya itu memang sudah ada janji dengan orang lain sehingga tidak ikut makan malam dengan mereka. Ayura jelas tahu kalau Ibu mertuanya tidak sudi makan di meja yang sama dengan kelaurganya, itu sebabnya dia tidak ada saat makan malam.
Tangisan Marsya tengah malam membuat Rio dan Ayura terbangun. Malaikat kecil itu sepertinya sedang kelaparan. Ayura ke kamar mandi terlebih dahulu karena ingin buang air, sehingga tangisan Marsya semakin keras.
“Ayo cepat Ayura, telinga ku sakit mendengarnya menangis,” teriak Rio.
“Kenapa kau berkata seperti itu, dia ini kan anakmu. Kenapa tangisan anakmu membuat telingamu sakit” kata Ayura. Meski Ayura mengatakannya dengan nada yang biasa saja tapi tetap saja membuat Rio marah dan tersinggung.
“Semakin hari kau sepertinya semakin berani membantahku yah. Apa karena aku sudah lama tidak memberi hukuman padamu jadi kau semakin berani melawan saat aku bicara,” seru Rio yang kesal karena ini bukan pertama kalinya tidurnya yang nyenyak di bangunkan Marsya tengah malam.
Ayura diam, dia lebih memilih diam saja dari pada Rio semakin menjadi-jadi.
“Kenapa kau diam, jawab aku!”
Ayura masih saja diam sambil menyusi anaknya, dia benar-benar sudah muak dengan tingkah laku Rio.
“Awas yah kalau anak itu sampai menangis lagi, aku akan melempar kalian keluar. Kalian berdua tidur di laur saja sana.”
“Baiklah kalau itu mau Kak Rio, aku dan Marsya tidur di kamar tamu saja,” Ayura dengan senang hati pindah ke kamar tamu, dia bisa tidur dengan nyenyak tanpa mendengar suara dengkuran Rio di sampingnya.
“Jangan macam-macam, Ayura,” Rio bangun dan mencekik Ayura yang sedang menyusui anak mereka.
“Sakit, Kak Rio. Sakit…” rintih Ayura.
“Kalau kau masih berani menjawab kata-kataku, aku akan benar-benar mencekikmu sampai kau kehabisan nafas,” Rio melepaskan tangannya yang mencekik leher Ayura lalu melanjutkan tidurnya dengan damai.
Padahal dia sendiri yang menyuruh mereka keluar, tapi saat Ayura benar-benar akan keluar di malah marah.
Ayura melihat Marsya, bola mata bayi bening bayi itu menatapnya tanpa berkedip. Mungkin bayi itu mengetahui apa yang di rasakan ibunya sekarang.
Ayura mengecup kening bayi cantiknya dan tersenyum meski matanya sudah tergenangi air. “Tidak apa-apa sayang, Mama tidak apa-apa” kata Ayura dengan suara pelan hingga akhirnya air matanya membasahi pipi Marsya.
Sementara itu Rio di sampingnya sudah kembali terlelap, bisa di ketahui dari suara dengkurnya yang ribut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments