Rio mendapatkan malam pertamanya secara paksa dan brutal membuat Ayura merintih menahan sakit sepanjang mereka melakukannya. Ini adalah yang pertama bagi Ayura sehingga dia tidak tahu apa dan bagaimana dia harusnya. Rio sama sekali tidak memberinya arahan dan tidak memperdulikan apakah Ayura menikmatinya atau tidak.
Dengan ganas Rio menerkam Ayura. Bukan hanya sekali, tapi sampai tiga kali Rio melakukannya malam itu.
Rio jatuh lemas di samping Ayura yang sudah tidak berdaya. Gadis itu menangis menahan sakit di bagian bawahnya yang lecet dan perih dan yang paling parah adalah sakit di dalam hatinya.
Mahkota yang dia jaga dan hanya akan di berikan dan akan di lakukan bersama orang yang dia cintai dan mencintainya sudah hilang. Walaupun laki-laki yang mengambilnya adalah suaminya sendiri, laki-laki yang sah dan memang sudah hak dan kewajibannya melakukan itu. Tapi bagi Ayura, itu tetap sebuah pelecehan yang di lakukan Rio padanya.
Dengan kasar, tidak ada sentuhan romantis dan tidak dilakukan karena cinta.
“Kau tahu Ayura, aku selalu ingin menikmati tubuh indahmu ini,” kata Rio sambil membelai lengan putih Ayura.
“Aku selalu cemburu melihat laki-laki itu bisa sangat dekat denganmu sedangkan aku hanya bisa mengagumimu dari jauh”, sambung Rio. Tangannya kembali meremas dada Ayura. Tidak dengan lembut, Rio meremasnya dengan kasar hingga Ayura kembali merintih dalam diam.
“Sekarang aku sudah menikmati tubuh indahmu ini Ayura, dan kau memang seperti yang aku bayangkan selama ini. Kau sangat seksi dan menggoda. Aku suka Ayura, aku ingin melakukannya lagi, lagi dan lagi,” Ayura merasa sangat hina dan di rendahkan mendengar perkataan Rio. Mengetahui dirinya di inginkan hanya karena nafsu membuat hatinya kian dalam terluka.
Rio bangun, dia mengecup bibir Ayura. Kali ini dia melakukannya dengan lembut, setelahnya dia mencium kening Ayura lalu masuk ke kamar mandi.
Setelah Rio keluar dari kamar mandi, Ayura menyeret kakinya masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dia sudah tidak tahan dengan bau amis yang keluar setelah Rio menghajarnya habis-habisan. Di dalam kamar mandi, Ayura menggosok seluruh tubuhnya dengan kasar sambil menangis. Pedih dan perih, Ayura benar-benar merasa sangat hancur. Hancur sehancur-hancurnya.
Setelah menggempur Ayura habis-habisan, Rio tertidur dengan sangat lelap. Berbeda dengan Ayura, wanita itu duduk di balkon hotel dan menatap jalan yang semakin malam semakin sepi. Lampu-lampu dari gedung-gedung tinggi di sekitar hotel membuat pemandangan malam dari balkon kamar hotel tempat Ayura dan Rio menginap terlihat sangat indah.
Tapi keindahan itu sama sekali tidak di nikmati Ayura karena dia sedang berada di dunia yang lain, dunia yang entah ada di mana. Tatapannya yang lurus menatap gedung di sebelahnya terlihat kosong dan hampa.
Air mata Ayura masih terus mengalir mengingat apa yang Rio lakukan dan semua yang Rio ucapkan padanya malam ini. Ayura sama sekali tidak tahu apa yang sudah dia lakukan dalam hidupnya hingga dia harus mengalami semua ini.
“Cristian, kau dimana? Aku rindu padamu, aku membutuhkanmu,” lirih Ayura.
Sayangnya, ucapan Ayura yang sendu dan lirih di dengar oleh Rio yang terbangun. Laki-laki itu mencari istrinya karena tidak melihatnya di sampingnya. Rio yang berjalan ke balkon hendak mencari Ayura mendengar apa yang Ayura katakan.
“Aku akan membuatmu melupakan laki-laki itu, Ayura. Sekarang dalam hidupmu hanya ada aku, harus aku.” Rio lalu melanjutkan langkahnya dan berpura-pura tidak mendengar apa yang tadi Ayura katakan.
“Istriku sayang, apa yang kau lakukan di luar. Malam ini sangat dingin sayang. Ayo masuk ke dalam,” Rio membantu Ayura berdiri lalu membaringkannya di tempat tidur dengan hati-hati dan menyelimutinya.
“Maafkan aku sayang, maafkan jika aku menyakitimu tadi,” kata Rio sambil mengusap lembut pipi basah Ayura. Wanita itu hanya memalingkan wajahnya tidak mau melihat wajah laki-laki yang sudah menginjak-injak harga dirinya itu.
“Mulai sekarang jangan membantahku, yah. Aku tidak mau menyakitimu seperti tadi,” Rio seolah mengancam Ayura dengan cara yang sangat halus. Air mata Ayura mengalir semakin deras, dia tahu apa maksud perkataan Rio barusan.
Rio mengecup kening Ayura lalu ikut berbaring di samping istrinya itu sambil memeluknya. Hingga pagi menjelang, Ayura baru bisa memejamkan matanya dan terlelap.
Rio sudah bangun sejak tadi, dia membiarkan Ayura tidur karena tahu kalau istrinya itu tidak tidur semalam. Rio terus menatap Ayura yang masih memejamkan matanya.
“Kau memang sangat cantik, Ayura. Bahkan tidur pun kau tetap cantik,” Rio benar-benar terhipnotis dengan kecantikan Ayura. Itulah yang membuat dia memaksa orang tuanya untuk menikahkan dirinya dengan wanita itu.
Meskipun di tentang oleh, Diana Ibunya, Rio tetap memaksa untuk di jodohkan dengan Ayura. Evan, Ayah Rio merasa tidak ada salahnya menikahkan Ayura dengan Rio apalagi keluarga Ayura memiliki hutang yang cukup banyak kepadanya. Hingga muncullah ide cemerlang untuk memaksakan pernikahan ini dengan iming-iming hutang keluarga Ayura akan lunas jika Ayura dan Rio bisa menikah.
Dengan egoisnya Lucas menerima tawaran keluarga Evan tanpa bertanya apakah Ayura setuju atau tidak. Apakah Rio layak menjadi suami anaknya, dan bagaimana dengan hubungan Ayura dan Cristian yang sudah mereka mulai sejak mereka masih duduk di sekolah dasar.
Lucas hanya berfikir tentang uang dan istri barunya, dia sudah melupakan bahwa Ayura adalah anak satu-satunya yang pernah dia besarkan dengan segala cinta.
Ayura sudah bangun, tapi dia masih enggan beranjak dari tempat tidurnya. Perih akibat lecet di bagian bawahnya masih terasa. Ayura melihat sekeliling dan tidak melihat suaminya. Wanita itu lalu meraba-raba di sekitar mencari dimana tas nya. Ayura lalu bangun mencari dimana tasnya karena dia tidak menemukannya di sekitar nakas.
Setelah mendapatkan tasnya, Ayura lalu mengambil ponsel dan melihat panggilan dan pesan yang masuk.
Ada banyak panggilan dan pesan, tapi tidak ada satupun dari Cristian.
“Apa yang aku harapkan, aku sudah kehilangan kamu. Kita sudah benar-benar sudah selesai sekarang, Cristian,” Ayura terduduk di lantai.
Ayura menampar dirinya sendiri dan berharap semua ini hanya mimpi buruk yang akan segera hilang, tapi sayangnya semua yang dia alami adalah kenyataan yang harus dia hadapi. Mau tidak mau, suka tidak suka, Ayura harus menjalani takdir yang sudah di gariskan.
“Aku harus bagaimana sekarang.”
Saat Ayura masih ingin menikmati kesedihannya, Rio datang membuatnya dengan cepat berdiri dan kembali ke tempat tidur.
“Kau sudah bangun, sayang?” Rio mendekati tempat tidur, sebuah kecupan di kening Rio berikan pada istrinya. Sekilas mereka nampak seperti suami istri yang bahagia.
“Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu sejak tadi, bersihkan dirimu dan makan. Aku rasa ini sudah waktunya makan siang.” Kata Rio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments