Episode. 12

Wajah cantik dan putih bersih, nampak begitu tenang dalam tidurnya. Matanya yang terpejam, membuat bulu mata lentiknya terlihat jelas. Hidungnya tidak terlihat pesak juga tidak mancung, ya sedang-sedang saja. Bibirnya mungil tipis, kemerah-merahan dan itu terlihat begitu menggoda.

Entah atas dorongan dari mana, ia mendekatkan wajahnya dan kemudian mengecup bibir mungil itu. "Manis." gumamnya.

Sesuatu yang aneh kembali membuat hatinya bergetar. Hampir setiap kali ia berdekatan dengan wanita di sampingnya itu, getaran aneh selalu hadir. Rasa resah dan gelisah, ia rasakan saat sedetik pun tak melihatnya. Ada kekhawatiran dan rasa rindu yang menggelayuti saat ia berada jauh darinya.

"Tidak mungkin kan?" Akhtar bertanya pada diri sendiri, saat ia menyadari sesuatu tentang apa yang ia rasakan selama ini.

"Apa mungkin aku mulai jatuh cinta pada mu? Semudah itukah?"

Tapi semakin ia meragukannya, maka semakin yakinlah dirinya. Cinta? Entah sejak kapan kata itu mulai hadir dan menyentuh hatinya. Akhtar kembali menatap wajah cantik wanita yang baru ia nikahi lima bulan yang lalu.

Kembali ia mencuri satu kecupan dibibir mungil istrinya. Akhtar tak menyangka, diam-diam wanita ini telah masuk kedalam hatinya. Karena lelahnya, Akhtar memilih ikut melelapkan dirinya disamping sang istri sambil memeluknya dari belakang.

***

Sang fajar mulai menyingsing, tubuh mungil itu menggeliat dalam tidurnya saat seberkas cahaya menerpa wajahnya melalui celah tirai. Saat ia akan berpindah posisi, ia merasakan sesuatu yang berat melingkar erat pada perutnya yang rata.

Mata yang awalnya enggan terbuka itu, tiba-tiba melebar. Kemudian ia menoleh kebelakang dan mendapati lelaki yang masih terlelap dengan tenang, berada cukup dekat dengannya. Hal itu membuat jantungnya seperti di pompa dengan cepat, apa lagi tangannya yang begitu santai melingkar di perutnya.

Ia membalik posisi tidurnya dengan perlahan hingga berhadapan dengan lelaki itu. Tangan kanannya begitu ringan terulur, menyentuh wajah tenang dan terlihat tampan itu. Seulas senyum tersungging dibibir mungilnya saat tangannya menelusuri setiap inci wajah lelaki yang tak lain suaminya sendiri.

Ia tak bisa mengelak atau berbohong, jika dihatinya mulai tumbuh sesuatu yang biasa disebut cinta. Ia juga belum lama menyadari akan rasa yang telah tumbuh di hatinya itu. Setetes cairan bening mengalir begitu saja pada mata indahnya.

"Maafkan aku. Maaf tak bisa mempertahankan hati ku hanya untuk mu. Maaf jika aku mencintai orang lain selain dirimu." gumamnya sambil mengecup bibir suaminya. Kemudian ia bangkit dari tidurnya dan berlari menuju kamar mandi.

Disana ia menangis, menumpahkan semua rasa bersalahnya pada lelaki yang pernah mengisi hatinya. Tangannya memukul dadanya, seolah dapat meredakan rasa sakit didalam sana. Ia menangis hingga jatuh terduduk di lantai kamar mandi.

Manik hitam itu, perlahan membuka matanya. Ia meringis dan *** dadanya, hatinya seperti ikut merasakan sakit juga. Sebenarnya tadi ia telah bangun dan ingin segera membuka mata, tapi diurungkan karena ia ingin merasakan sentuhan dari tangan istrinya.

Dan ia tak menyangka akan mendengar ungkapan yang membuat hatinya bersorak ria, karena rasanya juga terbalaskan. Tapi ia juga merasa sakit saat mendengar isakan dari sang istri.

Entah sudah berapa lama Arumi berada di kamar mandi, hingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari sana. Tentu sebelum itu, ia sudah mandi terlebih dulu dan juga telah menenangkan dirinya.

Saat keluar dari kamar mandi, Arumi melihat suaminya telah bangun dan duduk bersandar pada kepala ranjang dengan sebuah laptop di pangkuannya. Kemudian Arumi datang mendekat kepada suaminya.

"Mas, mandi dulu gih. Entar di lanjut lagi pekerjaannya." ucap Arumi yang telah duduk di samping Akthar.

"Iya. Sedikit lagi ini baru selesai." sahut Akhtar tanpa mengalihkan pandangannya.

"Mandi dulu, setelah itu sarapan baru boleh lanjut lagi." ucap Arumi sambil menutup paksa laptop Akhtar, kemudian meletakkannya di atas nakas.

"Eh, eh. Itu belum selesai, kok main di ambil sih." protes Akhtar.

"Mandi dulu baru boleh lanjut kerja lagi. Oh ya aku pesankan sarapan dulu untuk kita."

Tak dapat membantah lagi dan lebih baik memang menurutinya. Tanpa banyak bicara, Akhtar segera beranjak dari duduknya dan berlalu kekamar mandi. Sedangkan Arumi terlihat sibuk memesan sesuatu untuk sarapan mereka.

Ya, Akhtar dan Arumi saat ini tengah berada di sebuah hotel. Akhtar sendiri sedang ada tugas di luar kota bersama Beno dan dia juga sengaja mengajak Arumi. Pasalnya Beno juga mengajak istrinya Dania, untuk menemaninya.

Jika Beno mengajak Dania ikut bersama, secara otomatis Akhtar akan mengajak Arumi juga. Tidak mungkin dirinya akan menjadi obat nyamuk untuk Beno dan Dania. Oh tentu tidak.

Tak lama Akhtar keluar dari kamar mandi dan hanya memakai kimono saja. Sambil mengeringkan rambut basahnya, Akhtar berjalan mendekati Arumi yang sedang merapikan tempat tidur mereka.

"Sudah pesan sarapan?" tanya Akhtar.

"Sudah, tuh." tunjuk Arumi pada sebuah meja yang berisi beberapa makanan di atasnya.

Setelah selesai merapikan tempat tidur, Arumi membalikan tubuhnya. Ia sedikit terkejut saat mendapati Akhtar berada tepat di hadapannya. Posisi Arumi sebelumnya memang membelakangi Akhtar dan Akhtar sendiri sengaja berdiri tepat di belakangnya.

Deg. Jantungnya kembali berdegup kencang, memungkin Akhtar mendengarkannya juga. Arumi mendongak dan menatap suaminya. Ia terlihat begitu segar setelah mandi dan juga begitu seksi.

Akhtar pun demikian, sensai aneh kembali mendekap hatinya. Apa lagi saat mata bulat milik Arumi menatapnya lekat. Bibirnya yang tipis membuatnya tak tahan untuk melumatnya. Juga baju yang di kenakan Arumi terlihat begitu seksi, dengan belahan di dadanya yang menampakkan jelas kedua payudaranya.

Dengan satu tangannya, Akhtar mendekap pinggang ramping istrinya dan mengikis jarak di antaranya. "Apa kamu sengaja menggoda ku?" tanya Akhtar dengan wajah yang begitu dekat dengan Arumi.

"A-aku tidak me-menggodamu." Arumi mengelak dengan gugupnya.

"Lalu apa ini?" tunjuk Akhtar pada belahan dadanya.

Wajah Arumi kini merona padam karena di goda oleh suaminya. "T-tapi aku t-tidak bermaksud seperti itu. Cepat pakai baju mu, lalu kita sarapan." Arumi berusaha mendorong Akhtar dan memalingkan wajahnya.

"Bagaimana kalau aku mau sarapan dengan memakan mu."

"Hah?" Arumi kembali menatap Akhtar.

Ia terlihat bingung dengan ungkapan Akhtar. Entah itu karena dirinya yang polos atau memang tidak mengerti isarat.

Tanpa banyak bicara lagi, Akhtar mendaratkan bibirnya pada bibir mungil Arumi. Mata Arumi membelalak karena terkejut dengan tindakan suaminya yang tiba-tiba mengecup bibirnya. Oh, bukan mengecup tapi melumatnya.

Sensai aneh juga dirasakan Arumi dalam setiap lumatan yang diberikan oleh bibir Akhtar. Panas dan menggairahkan. Tak bisa di pungkiri dirinya juga menginginkan itu. Perlahan Arumi pun membalas setiap lumatan yang di berikan suaminya. Tangannya entah sejak kapan telah melingkar manis di leher Akhtar.

Meski bukan ahli, Akhtar menikmati setiap lumatan demi lumatan dari bibir mungil Arumi. Rasanya ia tak ingin berhenti, manis bibi Arumi membuatnya merasa mau lagi dan lagi.

Mereka berciuman cukup lama, hingga Arumi memukul bahu Akhtar dan mendorongnya agar menjauh karena dirinya telah kehabisan udara. Mereka terengah-engah sambil menghirup udara sebanyak-banyaknya.

****

Terpopuler

Comments

Rima Olivia

Rima Olivia

ceritax bagus thor...

2019-11-30

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!