Episode. 9

Akhtar sementara akan membawa Arumi pulang ke apartemennya. Ia berencana akan membeli rumah sendiri setelah menyelesaikan pekerjaannya yang penting.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka tiba di tempat yang di tuju. Setibanya Akhtar segera memarkikan mobilnya, kemudian ia keluar dari mobil yang di ikuti oleh Arumi dan menurunkan beberapa barang bawaan miliknya dan juga Arumi.

"Untuk sementara kita tinggal di aparteman saya dulu. Setelah pekerjaan saya selesai, saya akan melihat-melihat rumah." ucap Akhtar sambil mengangkat sebagian barang bawaan.

"Iya. Tidak masalah di mana tinggalnya yang penting sama Mas Akhtar." sahut Arumi. Ia membantu Akhtar membawa sisa dari barang-barangnya.

Akhtar tersenyum. "Yuk." ajak Akhtar.

Arumi mengikuti langkah Akhtar. Apartemen Akhtar terletak di lantai lima jadi, mereka harus menggunakan lift untuk membawanya kesana. Tak lama lift yang membawa mereka berdenting dan terbuka, kembali Akhtar melangkah keluar dan di ikuti oleh Arumi dibelakangnya.

Setelah memasukan beberapa digit angka, pintu Aparteman itu terbuka. "Yuk, masuk." ucap Akhtar. Arumi mengangguk dan mengikutinya.

Apartemen Akhtar memang tidak terlalu besar tapi cukup luas untuk tinggal bersama dengan dua orang. Arumi menelisik setiap sudut ruangan. Di sana ada dapur yang menyatu dengan ruang makan, ruang tamu yang sekaligus ruang TV, juga ada dua buah kamar tidur. Dengan nuansa biru dan abu-abu, itu terasa nyaman. Pikir Arumi.

"Jangan dilihatin terus. Maaf ini cukup berantakan dan mungkin sedikit berdebu. Maklum saya jarang ada di aparteman jadi jarang membersihkannya juga." ucap Akhtar

"Ah, ini masih terbilang rapi kok. Mas tenang aja aku akan membantu membersihkannya."

"Jangan terlalu lelah, saya bisa panggil seseorang untuk datang membersihkannya."

"Tidak usah, Mas. Biar aku saja, untuk apa aku jadi istri Mas kalau tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah?."

"Tapi kamu jadi jangan sampe lelah. Oke, yuk saya tunjukan kamar kita."

Akhtar membawa Arumi ke kamar yang biasa ia tempatinya seorang diri disana. Kamarnya cukup besar, setelah Arumi masuk kedalam. Aroma yang mirip seperti tubuh Akhtar langsung menyeruak masuk melalu indra penciumannya. Sangat menenangkan.

"Ini kamar kita, kamu bisa menyimpan pakaianmu di lamari itu." ucap Akhtar sambil menunjuk ke sebuah lemari tiga pintu yang ukurannya lumayan besar.

"Aku akan mandi dulu, kamu bereskan dulu pakaianmu."

"Iya."

Sementara Akhtar mandi, Arumi menyimpan pakaian yang dibawanya ke lemari yang ditunjuk Akhtar tadi. Ia masih bingung pintu lemari yang mana harus di bukanya dan akhirnya ia membuka semuanya. Ternyata baju-baju Akhtar sangat banyak juga dan hampir semua pakaian mahal, beberapa setelan juga ada. Tak ingin berlama-lama kemudian Arumi menyimpan pakaiannya di bagian yang masih kosong.

Setelah itu ia juga membereskan kamar Akhtar dan mengganti sprei tempat tidur dengan yang baru, yang sebelumnya ia dapat dari lemari Akhtar juga. Kemudian Arumi memungut semua pakaian yang sebelumnya telah Akhtar pakai tapi masih tersimpan digantungan dan menyimpannya ke keranjang pakaian kotor. Nah, sekarang kamar itu nampak bersih dan terlihat rapi.

Arumi beralih menuju dapur. Ia tahu jika suaminya itu pasti telah lapar, apalagi ini juga sudah waktunya untuk makan siang. Jadi Arumi berinisiatif untuk memasak. Beruntung setelah membuka kulkas, ternyata didalamnya terisi penuh dan juga komplit. Arumi berniat memasak yang simpel saja agar nanti Akhtar tak menunggu lama.

Beberapa saat, Akhtar keluar dari kamar mandi setelah cukup lama untuk membersihkan diri. Ia begitu terkejut telah mendapati kamarnya yang semula sedikit berantakan, kini telah menjadi rapi dan bersih.

"Hah, aku belum terbiasa dengan ini semua, tapi lumayan juga. Mungkin begini kehidupan setelah menikah, akan ada yang membantu membersihkan rumah dan pasti menyiapkan segala keperluan." gumam Akhtar pada dirinya sendiri.

Sehabis mengenakan pakaian, Akhtar berniat mengajak Arumi untuk keluar makan siang. Akhtar tahu bahwa Arumi pasti sangat lelah karena perjalanan tadi, apa lagi ia juga harus membereskan kamarnya. Tapi siapa sangka, setelah keluar kamar Akhtar mendapati istrinya berada di dapur dan tengah memasak.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Akhtar setelah berada cukup dekat dengan Arumi.

Arumi menoleh, karena tadi posisinya membelakangi Akhtar. "Ah ini, aku lagi membuat udang asam manis. Mas tunggu di meja makan saja, sebentar lagi selesai." jelas Arumi dan kembali melanjutkan aktivitasnya.

Akhtar hanya menurut dan duduk di meja makan. Ia tak menyangka Arumi akan benar-benar memasak untuknya. Apakah dia tidak lelah? Pikir Akhtar saat melihat begitu lincahnya Arumi di dapur.

Tak lama kemudian, semua masakan tersaji diatas meja makan. "Maaf aku menggunakan bahan-bahan di kulkas tanpa memberi tahu Mas." ucap Arumi sambil menungkan nasi dan luak pauk untuk Akhtar.

Memiliki seorang istri ternyata sungguh enak. Rumah kotor ada yang bersihkan, lapar ada yang masakan, makan ada yang ambilkan dan setiap kebutuhan ada yang menyiapkan. Pikir Akhtar.

"Semua yang ada di kulkas kamu bisa menggunakannya. Milik ku juga milik mu, jadi tak usah meminta maaf." ucap Akhtar.

Arumi tersenyum menanggapinya. Entah mengapa senyum Arumi membuat hati Akhtar bergetar. Sangat manis. Tak ingin memikirkannya, Akhtar memilih mengisi perutnya yang memang sudah lapar. Mereka makan dengan tenang tanpa ada yang bersuara.

"Saya akan ke rumah sakit, ada yang harus diurus. Malam baru pulang, jadi nanti tidurlah lebih dulu." ucap Akhtar setelah menyelesaikan makannya.

"Iya. Emm, berarti nanti tidak makan malam dirumah?" tanya Arumi sambil membereskan meja makan.

"Sepertinya tidak, tapi saya usahakan untuk pulang cepat agar bisa makan dirumah."

"Oh, baiklah."

"Saya akan pergi sekarang, kamu di rumah hati-hati."

Saat Akhtar bersiap untuk pergi, tiba-tiba Arumi menghentikannya. "Tunggu!"

Arumi mencuci tangannya terlebih dahulu karena memang kotor, setelah itu ia mengelapnya. Sedangkan Akhtar masih tak mengerti dengan tindakan yang Arumi lakukan.

Arumi mendekati Akhtar dan meraih tangannya, kemudian ia menciumnya. "Mas hati-hati dijalan." ucap Arumi setelahnya. Akhtar baru paham apa yang dilakukan Arumi kepadanya.

Akhtar tersenyum kemudian mencium kening istrinya. Sebaliknya, kini tindakan Akhtar malah membuat jantung Arumi yang semula tenang kini berdegup kencang. "Iya, saya pergi dulu." ucap Akhtar. Kemudian ia benar-benar pergi.

Arumi *** dadanya karena merasakan sesuatu yang aneh disana. Detik kemudian ia menangis, entah apa yang membuatnya harus menitihkan air mata lagi. Mungkin karena ia terlalu terharu karena tindakan Akhtar atau mungkin saja ia teringat akan sesuatu.

***

Terpopuler

Comments

Ana Diana

Ana Diana

akhtar kayax orgx ga romantis ya

2019-11-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!