Episode. 18

Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam lebih, Akhirnya Akhtar dan Arumi tiba di rumah orang tuanya. Mobil Akhtar perlahan memasuki halaman rumah yang begitu luas. Dapat terlihat dari kaca mobilnya, banyak sekali jenis bunga yang di tanam di sekitar rumah dan pohon-pohon cemara yang hampir memenuhi sepanjang jalan menuju rumah utama.

Arumi terkagum melihat keindahan didepan matanya. Matanya berbinar cerah mendapati begitu banyak jenis bunga yang ditanam disana. Akhtar akhirnya menghentikan mobilnya tepat di teras rumah. Kemudian mereka pun keluar dari mobil bersamaan, sebelum itu Akhtar mengambil koper berisikan pakaian mereka di dalam bagasi.

"Yuk, kita masuk." tangan kanan Akhtar meraih dan menggenggam erat tangan Arumi. Sedangakan tangan kirinya menyeret koper mereka.

Arumi menghentikan langkahnya saat mereka hendak memcapai pintu yang terlihat megah. Akhtar menggrenyit heran. "Kenapa?"

Arumi menggeleng, kemudian ia mengambil nafas sebelum di hempaskannya kembali. "Ayo, mas."

Kini Arumi terlihat lebih sangat dari sebelumnya. Bagaimana pun juga Arumi akan menghadapi semuanya bersama Akhtar, maka dari itu ia tidak akan takut. Ia juga akan berusaha menarik kesan baik untuk mama mertua, agar mama mertua menyukainya.

Akhtar merasa lega saat melihat istrinya itu tak menyerah begitu saja. Mereka melanjutkan langkahnya hingga tepat berada di depan pintu. Perlahan Akhtar memencet bell rumah sampai tiga kali berturut-turut.

Tak lama setelah itu pintu yang megah itu perlahan terbuka. Seorang wanita paruh baya yang hampir seumuran dengan ibu Arumi, tersenyum ramah menyambut kedatangan mereka.

"Akhir, Aden pulang juga. Ayo masuk."

Ternyata seorang Asisten rumah tangga, sempat Arumi mengira itu mama dari suaminya. Tanpa melepas genggamannya, Akhtar menuntun Arumi masuk.

"Ini siapa, Mas?" bisik Arumi pada Akhtar.

"Itu Mbok Darmi, yang merawat mama dirumah."

"Owh.. Trus mama mana?"

"Mama ada di mana, Mbok?" tanya Akhtar tanpa menjawab ucapan Arumi.

"Nyonya ada di taman belakang, nanti Mbok panggilkan. Aden istirahatlah dulu, kamar yang biasa di tempati Aden selalu bersih jadi bisa langsung di pakai."

"Iya. Makasih Mbok, aku naik dulu."

"Oh ya, kamar tamu juga bisa langsung di pake untuk temannya Aden." ucap Mbok Darmi yang menghentikan langkah Akhtar.

"Eh, ini bukan teman saya Mbok. Kenal ini istri saya, namanya Arumi."

"Apa? Istri Aden? Aduh maafkan si Mbok ya, yang tidak tahu ini." Mbok Darmi begitu terkejut mendengar pengakuan dari anak majikannya itu.

Arumi tersenyum ramah, kemudian menyalami tangan Mbok Darmi. "Aduh, Den Akhtar ternyata pinter ya cari istri. Cantik sekali istri Aden."

"Makasih, Mbok." cicit Arumi malu-malu.

"Ya sudah kalian istrahan saja dulu. Nanti Mbok panggilkan Nyonya di taman belakang."

"Ya sudah, kita naik dulu ya Mbok."

Kemudian Akhtar membawa Arumi ke kamar miliknya yang pernah ia tempati dulu saat masih tinggal bersama mamanya. Akhtar dan Arumi memasuki kamar yang begitu luas, dengan nuansa yang hampir sama dengan kamar miliknya dirumah.

"Wah, besar banget kamarnya, Mas."

Mata Arumi menelusuri setiap sudut kamar lama Akhtar. Bersih tanpa debu sedikit pun. Sangat jelas bahwa kamar itu selalu dibersihkan setiap hari.

Akhtar meletakan koper yang dibawanya di dekat lemari pakaian. Kemudian ia mendekati istrinya yang masih terlihat mengagumi kamar lamanya. Dari belakang Akhtar memeluk istrinya dan meletakan dagunya pada pundak Arumi.

"Tapi nggak seluas kamar kita, kan?" bisiknya pada telinga Arumi

"Hehe. Iya. Kamar kita memang lebih luas. Emm, Mas makasih ya." Arumi mengelus lembut tangan Akhtar yang telah melingkar di perut ratanya.

"Untuk?"

"Karena telah menjadi suami aku. Menjadi laki-laki penyembuh untum aku dan...."

Arumi menghentikan ucapannya, kemudian membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Akhtar. Dengan keberaninya, ia meraih wajah Akhtar dengan kedua tangannya dan mendekatkan wajahnya. "Dan makasih juga telah mencintai ku." imbuhnya sebelum menyatukan bibirnya pada milik Akhtar.

Akhtar menyambutnya dengan senang hati dan membalas perlakuan istrinya. Ia menahan tengkuk Arumi untuk memperdalam cuimannya. Keduanya pun hanyut dalam permainan panas mereka. Hingga entah siapa lebih dulu melepaskan tautannya karena harus segera menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Sementara itu. . . .

Tania, mama Akhtar. Terlihat sedang fokus memetik bunga mawar merah di taman belakang rumah. Mbok Darmi dengan langkah gontai menghampiri majikannya yang sudah sejak tadi masih asyik dengan tanaman bunganya.

Memang hampir semua tanaman di kediamannya, Tania sendiri yang menanam. Tania memang sangat suka berkebun, karena tak ada lagi kegiatan akhirnya ia mengisi waktu luangnya dengan berkebun.

"Nyonya sudah sangat lama di luar, ayo kita masuk." ucap Mbok Darmi yang sudah berada di belakang Tania.

"Eh, si Mbok. Tunggu sebentar, saya masih mau ambil bunga tulip putih itu." tunjuk Tania pada deretan bunga tulip yang terlihat begitu segar.

"Nanti biar Mbok aja yang ambilkan. Ayo kita masuk." Mbok Darmi tak ingin majikannya itu terkena terlalu banyak angin, khawatir dengan kondisi tubuh majikannya yang masih kurang baik.

"Ah, emang Mbok Darmi bisa metiknya."

"Alah. Kan tinggal metik aja, iya kan Nya."

"Ngawur. Ini ada tekniknya, nggak sembarangan metik."

"Ya sudah, sudah. Kalau gitu Mbok tungguin disini." Mbok Darmi memilih untuk mengalah.

Apalah hanya ART, majikan mah selalu pinter dan bener. Batin si Mbok.

"Aduh. Iya saya lupa ini, Nya. Itu Den Akhtar sudah pulang."

Gunting yang semula di pegang Tania jatuh begitu saja saat mendengar anaknya telah pulang.

"Ah, Mbok kok tidak bilang sih. Ya sudah ayok, saya mau nemuin anak saya."

Dengan segera Tania bergegas kembali kerumah dan meninggalkan bunga-bunga yang telah ia ambil sebelumnya. Tapi tentu Mbok Darmi tak akan menutup mata, ia tahu akan kebiasaan majikannya itu. Setiap kali mendengar anaknya pulang, apapun akan ia lupakan.

Mbok Darmi membututi Tania dengan sepondong bunga tulip dan juga mawar di tangan kanannya.

Sebelum menemui Akhtar, Tania menuju kedapur. "Mbak Erna tolong siapkan makan malam, ya. Segera. Eh, yang banyak juga soalnya anak saya pulang. Trus banyakin masak sayur dan daging, tidak usah ada ikan di meja." pesan Tania pada juru masaknya.

"Iya, Nya."

Mbok Darmi dengan hati-hati meletakan bunga-bunga yang ia bawa sebelumnya ke atas meja ruang tengah.

"Mbok, Akhtar lagi istirahat kan di atas?" tanya Tania yang baru saja keluar dari dapur.

"Iya, Den Akhtar lagi istirahat. Mau saya panggilkan?"

"Nggak usah, Mbok. Saya panggil sendiri."

Tania dengan suasana hati yang bahagia dan penuh semangat, menuju lantas atas letak kamar Akhtar berada. Ia tak sabar ingin bertemu anaknya yang sudah lama tak pulang-pulang. Dengan perlahan ia memutar gagang pintu, Tania berniat untuk mengejutkan anaknya.

Pintu pun terbuka. Dengan senyum yang mengembang, Tania masuk kedalam. Tapi saat masuk senyumannya seketika lenyap begitu, matanya terbelalak terkejut. Berniat mengejutkan malah dirinya yang dibuat terkejut dengan adegan di depannya.

"AKHTAR..!!"

Pekikan keras terdengar hingga di lantai bawah. Mbok Darmi dan Mbak Erna di buat terkejut, mereka jelas mengenali suara itu.

"Ya Tuhan, aku lupa kasih tahu Nyonya, kalau Den Akhtar pulang dengan istrinya."

Duh Gusti mati aku. Batin Mbok Darmi

*

*

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!