"Ibu hati-hati ya, kalau sudah sampe jangan lupa kabari aku." Arumi memeluk ibunya sebelum ia benar-benar pergi.
"Iya. Kamu baik-baik ya, jaga kesehatan. Harus nurut sama suami, nggak boleh melawan atau membantah perkataannya. Kalau suami lagi marah, kamu harus mampu meredamnya jangan malah ikut marah. Tidak boleh menyela saat suami bicara. Ingat pesan ibu?"
"Iya, Bu. Aku akan ingat. Makasih, bu. Aku sayang sama ibu."
Tanpa terasa airmata Arumi mengalir begitu saja. Ia sangat tidak ingin berpisah dengan ibunya. Jika bisa, ibunya juga ikut tinggal bersamanya. Tapi sayang, ibunya selalu menolak tawarannya dengan alasan lebih nyaman tinggal di kampung, apa lagi disana ada sisa dari peninggalan bapak Arumi.
"Ibu lebih sayang Arumi. Sudah, sudah jangan nangis dong. Malu tuh dilihat suamimu."
Ningrum dengan perlahan mengusap airmata Arumi. Sedangkan tak jauh dari mereka, Akhtar memperhatikan interaksi kedua ibu dan anak itu.
"Nanti kalau Mas Akhtar ada libur lagi, aku akan datang berkunjung ke rumah ibu."
"Ibu akan menunggunya. Ya sudah kalau gitu, ibu harus pergi sekarang itu keretanya sudah mau berangkat."
"Duh kok cepet banget sih, kan masih kangen sama ibu."
"Kamu ini ya, kan masih bisa ketemu lagi kalau kamu datang berkunjung."
"Iya, tapi masih lama."
"Sudah, sudah. Ibu nggak pergi-pergi nanti. Nak Akhtar, ibu titip Arumi ya. Ibu harap Nak Akhtar bisa memaklumi kalau dia masih bersikap manja. Juga jagain dia baik-baik."
Akhtar yang telah mendekat langsung mencium tangan ibu mertuanya. "Iya, Bu. Ibu tenang saja, saya akan berusaha untuk menjaganya karena dia sudah menjadi tanggung jawab saya."
Ningrum tersenyum. "Ibu percaya dengan Nak Akhtar. Kalau gitu ibu pergi dulu. Arumi ingat pesan ibu ya."
"Iya, Bu."
"Ibu hati-hati. Segera kabari jika sudah sampai."
Setelah berpamitan, Ningrum akhirnya meninggalkan mereka yang masih berdiri melihatnya pergi. Arumi sontak memeluk suaminya dan menangis dalam pelukannya. Ia sangat sedih melihat kepergian ibunya, juga sedih karena orang tua satu-satunya yang seharusnya tinggal bersama anaknya malah dibiarkan tinggal sendiri. Bukan salah Arumi juga, karena Ningrum yang memilih seperti itu.
Akhtar mengelus punggung istrinya, berusaha untuk menenangkannya. "Sudah jangan menangis, kita kan masih bisa ketemu lagi. Mas janji kalau ada libur lagi akan bawa kamu kesana."
Arumi menengadah, menatap suaminya. "Janji ya."
"Iya, janji. Yuk kita juga pulang."
***
Saat ini Akhtar dan Arumi sedang menikmati quality time mereka. Akhtar terlihat sedang asyik dengan game yang ia mainkan di ponsel pintarnya, sedangkan Arumi tengah berselancar mencari beberapa resep masakan di mbah google.
Di kamar yang terus terasa sejuk karena pendingin ruangan, membuat keduanya betah berada di dalam. Meski di bilang quality time, tapi mereka masih saja asyik dengan dunianya sendiri.
Akhtar yang sebelumnya berbaring di atas paha Arumi, tiba-tiba merubah posisinya dengan duduk. "Sayang.!" panggil Akhtar.
"Emm." Arumi hanya menjawab dengan gumaman tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel yang memperlihatkan resep masakan yang ia cari.
"Aku lapar." bisik Akhtar di telinga istrinya.
"Apa sih mas geli tahu. Kalau lapar yuk aku temani makan."
Kemudian Arumi meletakan ponselnya dan akan segera bangkit, namun Akhtar menahannya. "Kenapa? Katanya lapar. Atau mau aku ambilkan dan makan disini?"
"Nggak usah. Aku nggak mau makan nasi." ucap Akhtar dengan suara yang terdengar parau.
"Trus mau makan apa?" Arumi masih tak menyadari dari kode yang di berikan sang suami.
"Aku mau makan kamu."
Tanpa basa basi lagi, Akhtar langsung mencium Arumi dan melumat bibirnya. Arumi yang belum siap, terkejut akan tindakan Akhtar. Tapi tak lama ia pun membalas segala yang dilakukan suaminya. Akhtar memasukan lidahnya kedalam mulut Arumi yang telah terbuka dan mengabsen setiap inci yang ada didalamnya.
Perlahan Akhtar membaringkan Arumi tanpa melepas panggutannya. Dan kini Arumi telah berada dalam kungkungannya. Melihat istrinya yang mulai kehabisan nafas, Akhtar melepaskan panggutannya. Sambil mengatur nafasnya, Akhtar membuka seluruh pakaian Arumi kecuali CD dan BH. Tentu Akhtar juga membuka seluruh pakaiannya tanpa sisa. Setelah itu ia kembali mendaratkan bibirnya pada bibir Arumi, tangannya tak tinggal diam. Ia melepas kaitan BH Arumi dan memainkan payudaranya secara bergantian. Kemudian tangannya perlahan merayap turun kebawah melepas CD Arumi dan mengelus area sensitif milik istrinya.
Ciumannya turun keleher jenjang Arumi, memberikan beberapa tanda kepemilikannya disana. Kemudian beralih turun pada dua payudara Arumi, Akhtar melumat keduanya secara bergantian. Suara desahan keluar dari bibir Arumi di setiap sentuhan pada area sensitifnya yang terdengar sangat sensual di telinga Akhtar. Nafas keduanya begitu memburu, mereka menginginkan lebih dari sekedar itu.
Mereka kini telah dikuasai dengan gairah yang begitu membara. "Aku akan bermain lembut dan ini tak akan sesakit sebelumnya."
Rasanya Arumi tak bisa bersuara, dia hanya mengangguk dan menunggu suaminya menyentuhnya lagi dan lagi. Setelah itu Akhtar kembali melumat bibir Arumi dan menyatukan kedua hal nikmat dibawah sana. Desahan keduanya mengisi disetiap sudut kamar mereka. Tak lama, nikmat yang luar biasa akhirnya mereka rasakan hingga membuat keduanya lemas.
**
Keduanya masih berbaring dalam keadaan polos yang tertutup selimut. Arumi memeluk Akhtar dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang suaminya. Sedangkan Akhtar, tangannya terlihat sedang membelai rambut Arumi.
"Sayang, besok aku mau ajak kamu untuk bertemu dengan mama." Akhtar berpikir mungkin ini moment yang tepat untuk berbicara dengan Arumi.
Mendengar pernyataan Akhtar, membuat Arumi mengangkat kepalanya dan menatap Akhtar. "Ketemu mama? Mas serius kan?"
Arumi malah nampak berbinar saat mendengar ajakan suaminya, berbeda dengan Akhtar yang nampak khawatir. "Kamu seneng banget ya?"
Tanpa ragu Arumi mengangguk. "Iya dong seneng banget. Akhirnya Mas mau bawa aku untuk bertemu orang tua Mas."
Akhtar mengecup pucuk kepala Arumi. "Mas minta maaf, kalau selama kita menikah Mas belum memperkenalkanmu dengan mama. Bukan tanpa alasan Mas melakukan itu."
"Lalu, mengapa baru sekarang Mas mau bawa aku bertemu mama?"
"Mungkin ini saat yang tepat."
"Memang mama kenapa dia, Mas?"
"Hmm, mama dia memiliki sebuah trauma akan kejadian masa lalu. Mama tidak pernah izinkan Mas untuk dekat dengan wanita, kalau mama tahu pasti dia akan mengamuk lagi dan segala macam cara ia akan lakukan untuk memisahkannya."
Mendengar penjelasan Akhtar, seketika Arumi langsung memeluk suaminya erat. Ia sangat takut jika harus kehilangan Akhtar. Apa lagi Arumi tahu jika mereka saling memcintai.
Akhtar membalas pelukan Arumi, ia tahu jika Arumi akan merasa takut jika berpisah dengannya. Begitu pun dirinya juga sangat takut jika itu benar terjadi seperti dulu.
"Kamu tenang saja, Mas nggak akan pernah melepaskanmu. Kita akan selalu bersama hingga tua."
"Iya. Aku juga akan bertahan dan selalu berdiri di samping, Mas Akhtar."
"Seperti yang Mas bilang sebelumnya, apapun yang terjadi nanti kita akan menghadapinya dan menyelesaikannya bersama. Karena Mas sudah terlanjut cinta sama kamu."
"Aku juga cinta sama Mas."
Mereka saling mengaku akan perasaannya. Akhtar langsung mencium bibir Arumi dan menyalurkan rasa cintanya disana.
"Emm, kalau boleh aku tahu kejadian masa lalu apa yang menimpa mama?"
Akhtar memandang pada langit-langit kamar, seolah sedang menerawang jauh ke sana. "Dulu waktu Mas masih SMP, papa berselingkuh dengan wanita yang lebih muda dari mama. Ketika mengetahui itu mama marah dan bertengkar hebat dengan papa, tak lama kemudian papa menggugat cerai mama. Mama stres karena kejadian itu. Mama sangat mencintai papa tapi papa malah mendua. Nah, makanya mama benci jika Mas dekat dengan wanita karena mama menganggap Mas akan direbut darinya. Itu karena Mama hanya memiliki Mas didunia ini, begitu juga Mas hanya memiliki mama jadi dia sangat ketakutan." Akhtar menjelaskan panjang lebar kepada Arumi.
"Mas, tenang aja. Aku nggak merebut Mas dari mama, kok. Dan sekarang Mas punya mama dan aku didunia ini, jadi jangan bersedih. Aku janji, aku akan merebut hati mama agar menerima ku jadi bagian dari keluarganya juga."
"Emm. Mas menantikannya."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Dee-dee
sweet
2020-06-16
0