Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, hari ini Akhtar dan Beno akan kembali setelah menyelesaikan masa tugasnya di luar kota. Namun Beno lebih dulu kembali bersama istrinya dengan penerbangan pagi, sedangkan Akhtar akan kembali dengan penerbangan siang. Akhtar sengaja memilih penerbangan siang, karena dirinya ingin mengajak Arumi berkeliling terlebih dahulu sebelum benar-benar kembali.
Arumi telah terlihat rapi dengan pakaian santainya dan segera menghampiri suaminya yang menunggu di lobby hotel. Tak butuh lama Arumi sampai di lobby. Dari jauh ia melihat suami tercintanya tengah duduk sambil memainkan ponsel, Arumi pun bergegas menghampirinya.
"Maaf, Mas. Sudah membuat mu menunggu lama." ucap Arumi saat telah berada di hadapan Akhtar.
Akhtar tersenyum kemudian beranjak dari duduknya. "Nggak kok, yuk pergi sekarang." ajak Akhtar sambil menggandeng tangan Arumi mesra.
"Kita mau kemana?"
"Nanti juga tahu."
"Jalan kaki? Nggak bawa mobil?"
"Iya. Deket aja, jadi nggak pake mobil."
Tak banyak tanya lagi, Arumi hanya menurut akan dibawa kemana saja oleh suaminya. Mereka berjalan tak cukup hingga 50 meter telah sampai di tujuan.
Ternyata Akhtar membawanya ke pantai yang ada di depan hotel tempat mereka menginap. Disana sangat ramai, banyak pedagang berjualan disepanjang ruas jalan. Karena masih pagi, ada beberapa orang yang sedang jogging di sekitar pantai. Juga ada senam gembira dan salsa, dapat disaksikan disana.
Meski pun dekat dengan jalan raya, udara pantai terasa sangat sejuk. Mungkin memang masih pagi, entah jika sudah siang. Disana juga ada sebuah masjid yang di bangun diatas permuka laut. Sungguh indah.
"Kok rame banget disini, perasaan kemarin pagi nggak gini." tanya Arumi.
"Ya memang nggak setiap hari. Ini hanya bisa kita jumpai saat hari minggu saja."
"Owh, pantas saja. Trus mereka yang berjualan di ruas jalan apa tidak masalah?"
"Tidak. Khusus hari minggu pagi hingga waktu yang ditentukan, mereka dapat dengan bebas menggelar dagangannya disana."
"Owh seperti itu. Emm, Mas fotoin dong di masjid apung itu."
"Foto berdua dong, masa kamu sendirian."
"Eh, kalau foto berdua nggak keliatan nanti masjidnya."
"Ya kita minta tolong orang buat fotoin kita."
"Nggak ah, malah ngerepotin dong."
"Permisi, bisa minta tolong fotokan kita berdua?"
Tiba-tiba saja Akhtar dengan santainya menghentika seseorang yang tengah asyik jogging, untuk memfotokan mereka berdua. Dan untungnya orang itu mau untuk di mintai tolong, jika tidak malulah Akhtar.
Akhtar perpose dengan memeluk Arumi disampingnya dengan background masjid terapung di belakangnya. Mereka mengabadikan diri mereka tidak hanya satu pose, tapi dengan beberapa pose. Arumi tidak tahu jika ternyata suaminya juga menggilai foto. Mereka mengucapkan terimakasih pada orang itu setelah menyelesaikan memotretnya.
"Puas kan sekarang?" tanya Akhtar saat melihat istrinya itu senyum-senyum sendiri sambil memandangi hasil foto mereka.
"Hehe, iya puas banget. Kita beli beberapa oleh-oleh yuk, Mas."
"Oke. Kamu pilih saja, nanti aku yang bayar."
Karena telah mendapat persetujuan dari sang suami, Arumi segera memilih beberapa barang yang ia inginkan. Ternyata disana semua murah meriah dan itu semua hasil buatan tangan sendiri. Banyak sekali buah tangan yang terlihat bagus disana.
"Kalau udah selesai, kita kembali ke hotel. Beres-beres karena jam 12 pesawat kita berangkat."
"Iya, tunggu dulu. Aku mau beli beberapa cemilan untuk dirumah."
Arumi pun membeli begitu banyak cemilan hingga membuat Akhtar terheran. Apakah dia bisa menghabiskan itu semua? Pikir Akhtar.
Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, mereka pun kembali ke hotel dan segera berkemas. Karena jarak dari hotel ke bandara membutuhkan satu jam perjalanan, maka mereka harus berangkat lebih awal agar tak tertinggal pesawat.
***
Dengan jarak tempuh hampir dua jam, akhirnya pesawat yang Akhtar dan Arumi tumpangi telah mendarat dengan sempurna. Mereka segera keluar dari bandara dan pulang kerumah.
Meski rasa lelah menerpa seluruh tubuhnya, Akhtar masih bertahan dengan menyetir mobilnya sendiri. Setelah mengendarai mobil selama satu jam, mereka pun sampai dirumah. Ya sebelum berangkat keluar kota waktu itu, mereka memang telah pindah kerumah baru mereka dan tak lagi tinggal di apartemen.
Saat mobil Akhtar terpakir di depan rumah, Ririn yang merupakan asisten rumah tangga disana segera menyambut kedua majikannya. Ririn membawa semua barang-barang yang di turunkan Akhtar dari mobil ke dalam rumah. Sedangkan Arumi karena lelahnya ia tertidur.
Dengan hati-hati, Akhtar menggendong istrinya dan masuk kerumah. "Rin. siapkan makanan untuk Arumi, jika dia bangun nanti biar langsung makan karena dari tadi dia belum makan." ucap Akhtar sebelum masuk kekamarnya.
"Iya, Pak." Ririn segera mengerjakan perintah majikannya.
Arumi benar-benar lelah. Bagaimana pun Akhtar mengendong hingga menidurkannya di ranjang, ia sama sekali tak terusik. Akhtar juga segera beristirahat disamping Arumi, tentu setelah ia membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.
Saat menjelang sore, Arumi baru terbangun dari tidurnya. "Lho, kapan aku masuk rumah, kok tiba-tiba sudah ada dikamar. Seingatku ketiduran di mobil deh." guman Arumi yang mendapati dirinya sudah berada di kamar.
Ia pun segera beranjak dan berlalu kekamar mandi tanpa membangunkan suaminya, karena ia tahu Akhtar pasti sangat lelah. Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Arumi pergi kedapur.
"Mbak Arumi, sudah bangun." ucap Ririn saat mendapai Arumi telah berada di dapur.
"Iya. Laper nih, Rin. Kamu sudah masak?"
"Sudah tapi kayaknya sudah dingin deh, Mbak. Sebentar saya panaskan dulu."
"Nggak usah, biar begitu saja. Saya udah kelaperan banget."
Arumi segera mengambil piring dan mengisinya dengan nasi juga lauk pauk yang sudah disiapkan Ririn di atas meja makan. "Untung lho kamu sudah masak, kalau nggak bisa-bisa saya pingsan." ucap Arumi sebelum memasukan satu suapan kedalam mulutnya.
"Tadi bapak yang minta siapkan, jaga-jaga kalau Mbak Arumi lapar karena katanya belum makan dari tadi."
Arumi meneguk minumnya. "Hehe. Suami pengertian deh, Mas Akhtar."
Arumi kembali melanjutkan makannya hingga habis. Arumi juga meminta Ririn untuk makan bersamanya, tentu dalam satu meja juga. Bagi Arumi tak ada perbedaan antara majikan dan pembantu karena keduanya sama makhluk ciptaan Tuhan. Tak ada kelas kasta atau apalah itu yang buat ribet. Hehehe.
"Oh ya, barang bawaan tadi kamu yang kasih masuk kedalam kan?" tanya Arumi.
"Iya, sudah saya simpan semuanya di ruang tengah."
"Oke. Nanti kamu cari, disitu ada cemilan yang saya beli. Kamu bisa makan itu dan sisanya simpan di kulkas."
"Iya, makasih ya Mbak Arumi."
"Hehe, iya sama-sama. Ya sudah saya mau bangunin Mas Akhtar dulu udah mau magrib soalnya."
Arumi kembali ke kamarnya dan berniat untuk membangunkan Akhtar, tapi saat masuk ia sudah tak mendapati suaminya di ranjang.
"Mungkin mandi." gumam Arumi. Kemudian ia memilih untuk merapikan tempat tidurnya yang berantakan. Ia juga membereskan pakaian yang ada dikoper.
Ting. Tanda sebuah pesan masuk di ponsel Arumi. Segera Arumi berdiri mengambil ponselnya di atas nakas dan mengeceknya. Ternyata itu dari ibunya yang memberitahukan bahwa ia akan datang berkunjung kerumah baru mereka. Hati Arumi pun menjadi senang berbunga-bunga dan tentu tak sabar menanti kedatangan ibunya.
Saat Arumi masih fokus pada ponselnya, sebuah tangan tiba-tiba melingkar di pinggangnya dari belakang. "Lihat apa sih sampe senyum-senyum begitu." nafasnya yang segar dan dingin menerpa pundak Arumi.
"Ini Ibu katanya mau kesini mau lihat rumah baru kita. Aku jadi seneng banget menantikannya. Hehe."
"Oh. Mau di jemput kah?"
"Nggak katanya suruh kasih alamatnya aja, nanti ibu datang sendiri."
"Iih, ini Mas kenapa sih, geli tahu." Arumi merasa kegelian ketika Akhtar menggesek-gesekkan wajahnya di cekuk lehernya.
"Aku sudah nggak tahan"
"Nggak tahan apa sih? Harusnya aku yang nggak tahan karena kegelian nih."
"Aku nggak tahan mau makan kamu."
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments