Husein terus menatap wajah istrinya yang terlihat cantik walaupun sedang tidur, tangannya pun tak berhenti mengusap perut istrinya.
Husein mengecup pipi istrinya yang sudah tidur nyenyak. Kemudian Husein pun ikut terlelap karena sudah tidak kuat menahan kantuk.
Sesekali dia akan terbangun dan mengusap perut istrinya kembali dalam keadaan mengantuk lalu kembali tidur.
Pukul 4 pagi.
Husein bangun saat mendengar suara adzan subuh.
Saat membuka matanya Husein langsung di suguhkan wajah cantik sang istri.
Dia tersenyum saat melihat istrinya tidur di dalam dekapannya, entah kapan posisi mereka seperti itu.
Husein mengecup kening istrinya, kemudian mengangkat tangan kanannya dari pinggang sang istri.
Lalu dia perlahan melepas tangan sang istri yang melingkar di pinggangnya.
Dengan sangat hati-hati Husein menjauhkan tubuhnya dari sang istri kemudian dia turun dari ranjang dan menuju kamar mandi kemudian melaksanakan kewajibannya sebagai muslim.
Pukul 6 pagi.
"Bagaimana keadaan mu Dek?" Tanya Husein sambil melangkah ke ranjang di mana sang istri baru saja bangun tidur.
"Sudah lebih baik bib, terima kasih" ucap Syifa.
"Sama-sama" jawab Husein sambil tersenyum kemudian dia mengusap lembut kepala istrinya.
Di rapikannya rambut sang istri yang sedikit berantakan karena baru bangun tidur. Syifa nampak menunduk kerena merasa malu terlalu lama di tatap Husein.
"Saya mau mandi dulu" ucap Syifa sambil beranjak dari ranjang.
Husein mengangguk.
30 menit kemudian.
Syifa keluar dari kamar mandi dengan pakaian bersih, dia mengeringkan rambut panjangnya dengan sebuah handuk.
"Dek" panggil Husein.
"Iya?" tanya Syifa sambil menoleh ke arah Husein yang sedang duduk di sofa yang ada di kamarnya.
"Nanti aku mau pulang ke rumah" ucap Husein.
Syifa menampakkan wajah bertanya-tanya.
"Mau ambil pakaian ku dek, kemarin Umi lupa bawaain. Aku kan gak mungkin terus pinjam punya adik ipar atau punya ayah" ucap Husein.
"Oh, iya Bib" jawab Syifa.
"Kamu mau ikut tidak?" tanya Husein.
Syifa menggelengkan kepalanya.
"Maaf, perut saya masih terasa sakit Bib, takutnya nanti malah sakit di jalan" ucap Syifa.
Husein mengangguk.
"Baiklah tidak apa-apa" jawab Husein.
Setelah sarapan Husein berangkat menuju rumahnya untuk mengambil beberapa pakaian dan barang-barang yang dia perlukan.
Setelah mengantar Husein ke depan, Syifa masuk ke dalam kamarnya dan duduk di sofa.
Dia mengecek tokonya melalui ponselnya. Setelah satu jam Syifa meletakkan ponselnya di sampingnya.
Tiba-tiba dia merasa bosan.
Syifa menyandarkan tubuhnya di sofa sambil mendongak ke atas, dia mengangkat tangan kanannya dan melihat cincin yang melingkar di jari manisnya.
"Aku tidak menyangka akan ada cincin di jari ku secepat ini" ucapnya.
Di tatapnya lama cincin pernikahannya itu. Diam-diam dia tersenyum menatap cincin di jari manisnya.
"Cantik" ucapnya.
Tiba-tiba dia mengingat sesuatu. Perkataan suaminya tentang Mahar yang pria itu berikan padanya.
Syifa langsung beranjak dari tempatnya dan menuju lemarinya. Dia membuka lemarinya.
Pandangan matanya langsung jatuh pada sebuah amplop coklat dan sebuah kotak berwarna merah.
"Apa ini Mahar yang dia maksud?" tanya Syifa.
Syifa mengambil amplop coklat yang bisa di pastikan berisi segepok uang, dia juga mengambil sebuah kotak perhiasan berukuran besar berwarna merah.
Syifa membawa kedua benda itu ke sofa.
Syifa duduk di sofa dan mengecek isi amplop di dalamnya. Dia nampak terkejut melihat isi amplop itu.
Syifa mengeluarkan uang di dalamnya, terdapat tiga gepok uang pecahan seratus ribu di amplop itu.
Syifa meletakkan uang itu di meja kemudian meraih kotak perhiasan. Dia membuka kotak perhiasan itu.
Lagi-lagi dia terkejut, bahkan lebih terkejut dari pada saat melihat isi amplop itu. Kotak perhiasan itu berisi satu set perhiasan emas dengan ukuran yang lumayan besar.
Syifa mengambil sepucuk surat yang di tinggalkan di dalam kotak perhiasan itu.
' Assalamualaikum dek, sebenarnya aku ingin memberikan perhiasan ini sebagai Mahar.
Tapi karena saat Akad aku tidak membawanya, aku hanya bisa memberikan mu uang di amplop coklat sebagai Mahar, atas izin ayah.
Jadi anggap saja perhiasan ini sebagai hadiah pernikahan dari ku, dek. (Sisanya akan menyusul nanti ya ^_^ )
Tolong di terima ya jangan di tolak, apalagi mengembalikannya pada ku. Karena aku tidak akan pernah menerimanya kembali. (Maaf sedikit memaksa dek ^_^ )
Oh ya, Ayah meminta mahar untuk mu sedikit dari jumlah tersebut. Tapi aku yang menawarkannya jumlah tersebut dan beliau pun akhirnya setuju.
Terima kasih sudah mau menjadi istri ku, dek. Maaf aku tiba-tiba menikahi mu dan membuat mu terkejut istri ku. '
Husein.
Syifa terharu membaca surat dari Husein, dia bisa membayangkan bagaimana suara lembut suaminya walaupun hanya dari tulisan tangan itu.
"Terima kasih Bib" gumamnya.
Syifa membereskan uang dan perhiasannya lalu menyimpannya di brangkas yang ada di dalam lemarinya.
Setelah menyimpan uang dan perhiasannya dia kembali ke sofa dan duduk di sana.
"Berapa banyak yang dia habiskan untuk menikahi ku?" tanya Syifa sambil menatap kembali cincin berlian di jari manisnya.
Tok tok
Syifa menoleh ke pintunya.
"Siapa?" tanya Syifa.
"Aku mbak" ucap seseorang di balik sana.
"Masuk"
Ceklek
"Ada apa?" tanya Syifa.
"Mbak, di panggil ibu" ucap Farah adik perempuan Syifa.
"Ngapain?" tanya Syifa sambil beranjak dari tempatnya.
"Gak tahu, aku cuma di suruh panggil mbak"
Syifa pun menemui ibunya.
Siang hari, Husein sudah kembali dengan sekoper pakaiannya dan beberapa barang penting miliknya.
Ceklek
Husein membuka pintu kamar istrinya yang sekarang juga sudah menjadi kamarnya.
"Kak Husein kopernya aku tinggalkan di sini ya"
"Iya adik ipar, terima kasih sudah membantu" ucap Husein pada Iqbal, adik iparnya.
Tadi mereka berpapasan di depan, dan Iqbal berinisiatif membantu Husein membawakan kopernya. Sedangkan Husein sendiri membawa dua buah kotak berukuran sedang dan sebuah buket mawar.
"Sama-sama kak, aku pergi dulu"
"Iya"
Husein pun membawa masuk semua barang yang dia bawa, perlahan dia meletakkan kopernya dan dua buah box berisi barang-barangnya.
Setelah itu Husein melangkah ke arah istrinya yang sedang tidur siang.
Dia meletakkan sebuah buket bunga mawar di nakas yang berada di samping ranjang istrinya yang saat ini sedang tidur.
Cup
"Aku pulang sayang" bisiknya.
Syifa yang tidur sangat nyenyak pun tak terganggu dengan bisikan dan kecupan Husein.
Setelah itu Husein ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
30 menit kemudian.
Husein keluar dari kamar mandi, dia mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Husein melirik ke arah ranjang, dia melihat istrinya masih pulas. Setelah rambutnya cukup kering Husein menjemur handuk basahnya di gantungan khusus handuk.
Lalu dia melangkah ke sofa di mana barang-barangnya ada di sana.
Husein duduk di sofa dan mulai membongkar barang-barangnya, namun dengan sangat hati-hati.
Karena dia tidak ingin membuat kegaduhan dan malah membangunkan sang istri.
Husein meletakkan laptop dan beberapa berkas penting di meja kerja istrinya yang ada di dalam kamar tersebut.
Tadi sebelum berangkat dia sudah minta izin pada istrinya untuk meminjam meja kerja istrinya untuk sementara, sampai meja kerja pesanannya datang.
Dan Syifa pun memperbolehkannya. Syifa juga menata kembali barang-barangnya agar Husein bisa meletakkan barang-barangnya di mejanya.
Satu jam kemudian sudah masuk waktunya shalat Ashar, Husein melaksanakan shalat Ashar seorang diri di kamar itu.
Setelah selesai shalat dan berdzikir, Husein menoleh ke ranjang.
Dia pun tersenyum saat melihat istrinya yang sudah bangun dan duduk sambil menyandar di Headboard.
"Adek" panggil Husein saat melihat istrinya tengah melamun.
"Iya Bib?" jawab Syifa sambil menatap suaminya yang tengah duduk di atas sajadah.
Husein melangkah menghampiri istrinya, lalu dia mengambil buket bunga mawar yang tadi dia beli.
Syifa mendongak menatap suaminya saat buket bunga mawar itu Husein sodorkan padanya.
"Untuk mu dek" ucap Husein dengan senyuman di wajahnya.
Syifa menerima buket bunga itu dengan senyuman di wajahnya.
"Terima kasih Bib" ucap Syifa.
"Sama-sama" ucap Husein sambil tersenyum.
"Adek suka?" tanya Husein sambil duduk di dekat istrinya.
Syifa mengangguk kemudian berkata.
"Suka"
Husein pun tersenyum.
Syifa mencium aroma bunga mawar itu. Dia menyukai hadiah dari suaminya itu.
Hal-hal kecil yang di lakukan Husein padanya selalu saja membuat jantungnya berdebar.
"Perut mu masih sakit dek?" tanya Husein sambil merapikan rambut istrinya.
"Sedikit" jawab Syifa sambil menatap suaminya.
"Adek mau makan sesuatu? Biar aku belikan" tawar Husein.
Syifa menggeleng.
"Yakin tidak mau sesuatu?" tanya Husein lagi.
"Tidak Bib, terima kasih" jawab Syifa.
"Baiklah"
Tringg tringg
Keduanya pun menoleh ke arah suara berasal.
"Aku angkat telpon dulu ya dek" ucap Husein.
Syifa mengangguk, sebelum pergi mengambil ponselnya Husein mengecup pelipis istrinya terlebih dahulu.
Wajah Syifa kembali terasa panas untuk kesekian kalinya, dia menyembunyikan wajahnya di balik buket bunga mawarnya karena merasa malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Dewi Sariyanti
Suami SE romantis itu kok di hindari melulu sih Syifa
2024-11-16
0
Dewi Payang
5🌹buat Syifa-Husen biar makin romantis👍
2024-04-30
1
Dewi Payang
Husein sangat romantis👍
2024-04-30
1