"Apakah orang tua atau saudara nenek tidak ada yang membantu? Bukankah nenek adik perempuan dari kyai terkenal saat itu?" tanya Husein.
Syifa menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada yang bisa membantu nenek, secara semua orang juga butuh makan"
"Bahkan ibu nenek saya malah berusaha mengambil satu-satunya harta yang di berikan suaminya sebelum pada akhirnya bercerai"
"Harta?" tanya Husein.
"Ya, tanah petak yang saat ini kami tempati. Saat itu kakek saya mendapat banyak keuntungan saat berdagang kain di Kalimantan"
"Kakek membagi hasil labanya menjadi dua, separuh untuk nenek yang saat itu di belikan tanah di sini dan separuh lagi di berikan pada madu nenek untuk pergi berangkat haji bersama kakek"
"Awalnya tanah petak ini di tawarkan pada kakak nenek saya, kyai besar yang anda maksud barusan. Tapi beliau tidak mau membelinya karena beliau pikir siapa yang akan tinggal di sini, anak-anaknya tidak ada yang mau tinggal di sini dan memilih tinggal di rumah ibu mereka yang memang sudah kawasan pondok pesantren"
"Karena putra tertuanya tidak mau membelinya, Ayah dari nenek saya menawarkannya pada kakek saya dan kakek setuju jadi pada akhirnya tanah petak seluas ini jatuh ke tangan nenek"
"Beberapa tahun berlalu, kedua adik nenek mulai tertarik dengan tanah petak ini. Mereka berdua mulai menghasut ibu mereka untuk memberikan tanah petak ini dengan mengatakan bahwa kakek saya tidak mungkin punya uang sebanyak itu untuk membeli tanah seluas ini"
"Ibu nenek yang pada dasarnya memang tak menyukai nenek karena nenek selalu gagal dalam pernikahannya dan menghabiskan semua harta warisan yang di berikan ayahnya pun mulai terhasut"
"Tunggu, selalu gagal? Apa nenek menikah lebih dari sekali?" tanya Husein terkejut.
Syifa mengangguk.
"Pernikahan pertama, nenek di jodohkan dengan seorang guru, rumahnya tak jauh dari rumah kakek saya dari pihak ayah"
"Tapi pernikahan itu tak berlangsung lama karena suaminya selingkuh, mereka memilik seorang putra dari pernikahan itu. Putra pertamanya di asuh oleh orang lain dan tidak ikut nenek"
"Dan pernikahan kedua adalah dengan kakek saya, putra dari keluarga Kyai besar pada masanya di salah satu kota"
"Sebenarnya nenek tidak mau menikah lagi tapi bibi nenek memaksa nenek agar menikah dengan kakek saya"
"Beliau mengatakan bahwa keluarga kakek adalah keturunan yang sangat di hormati dan berpengaruh"
"Bibi nenek mengatakan beliau saja sangat ingin keturunan dari keluarga kakek"
"Bibi nenek juga mengatakan, kalau nenek tidak mau menikah dengan kakek saya maka nenek akan menikah dengan siapa? Monyet? Itu yang dia katakan pada nenek saya"
"Jadi mau tak mau nenek pun menikah dengan kakek yang saat itu sebenarnya duda beranak satu"
"Dan seperti yang saya ceritakan tadi nasib pernikahan nenek berakhir buruk persis seperti dengan suami pertamanya"
"Saat nenek mendengar bahwa kedua adiknya mengincar harta satu-satunya untuk anak-anaknya kelak, nenek pun murka. Beliau memaksa ayah beliau untuk segera mensertifikat tanah itu"
"Awalnya ayah nenek tidak mau dan meminta nenek untuk membagi tanah miliknya pada kedua saudaranya yang licik itu"
"Tapi nenek bersih keras tidak akan pernah memberikan harta milik anak-anaknya, nenek bahkan sampai kabur dari rumah membawa anak-anaknya"
"Nenek kabur ke desa sebelah dan membangun rumah di sana, beberapa bulan kemudian ayah nenek yang tak tega melihat putri dan cucu-cucunya menderita pun mengabulkan keinginan nenek"
"Nenek pun bahagia dengan keputusan ayahnya, dan kedua saudaranya pun tak pernah mengganggu nenek lagi"
"Tapi setelah anak-anak nenek mulai beranjak dewasa mereka berdua mulai berulah dan mengatakan pada orang-orang bahwa kakek saya tidak mungkin memiliki uang sebanyak itu untuk membeli tanah seluas ini dan mengatakan bahwa mereka juga berhak atas tanah itu"
"Dan seperti yang anda tahu, tanah ini masih menjadi milik kami"
"Nenek wanita hebat" ucap Husein memuji nenek istrinya yang sekarang juga menjadi neneknya.
"Tapi Syifa..."
"Iya?"
"Apakah saat itu nenek sembuh total?" tanya Husein.
Syifa menunduk.
"Nenek memang sempat sembuh total, tapi saat adik laki-laki saya lahir nenek kumat lagi. Nenek bahkan sampai harus di kurung"
"Apa penyebabnya?"
Syifa menggelengkan kepalanya.
"Akan saya ceritakan lain kali" ucap Syifa.
"Baiklah" ucap Husein, kemudian mengecup pipi kiri Syifa.
"Tapi yang aku lihat sekarang nenek terlihat lebih normal, aku bahkan tidak sadar bahwa sebenarnya penyakit nenek kambuh lagi"
"Kalau saja paman Qoffa dan kamu tak memberitahu ku keadaan sebenarnya nenek, aku mungkin tidak akan pernah tahu dan mengira nenek hanya ngelindur karena sudah tua"
Syifa tersenyum.
"Nenek memang lebih baik dari pada saat pertama kali kumat. Nenek bahkan masih bisa mengingat semua keluarganya dan beliau sangat menyukai anak kecil"
"Setiap kali nenek punya sedikit saja uang yang di berikan anak-anaknya beliau akan mentraktir saya dan adik-adik saya, beliau juga akan mentraktir anak-anak kecil yang beliau temui di jalan"
"Ya nenek memang sebaik itu, tadi sore aku lihat nenek mengambilkan makanan untuk anak-anak yang sedang lewat di depan rumah"
"Sebenarnya tadi kami sedikit terkejut saat nenek membawa beberapa bocah ke dalam dan menyuruh mereka duduk di teras depan rumah orang tua mu dan meminta orang-orang yang bekerja di dapur untuk menyiapkan makanan kemudian membagikannya pada anak anak itu" ucap Husein terkekeh di akhir kalimatnya.
Syifa tertawa kecil, tapi kemudian dia menghentikan tawanya.
"Bib" panggil Syifa.
"Iya?"
"Apa Habib menyesal menikah dengan cucu seo..."
"Suttt... Jangan katakan apapun, aku tidak menyesal sama sekali menikah dengan mu" ucap Husein dengan lembut.
"Nenek mungkin Depresi berat dan menjadi seperti sekarang, tapi bagaimana pun itu bukan salah beliau. Itu terjadi karena tekanan yang ada di lingkungannya"
"Kamu tidak perlu memikirkan apapun, aku bangga memiliki seorang istri dari perempuan sehebat nenek, kamu adalah cucu dari perempuan hebat, Syifa"
Mata Syifa berkaca-kaca mendengar perkataan Husein.
"Jadi jangan merasa rendah diri apalagi malu, aku tidak mempermasalahkan ini"
"Tapi bagaimana dengan keluarga anda?" tanya Syifa sambil menahan air mata yang berada di pelupuk matanya.
"Abi dan adik ku juga sudah tahu dan mereka tidak mempermasalahkannya. Lalu untuk keluarga ku yang lain mereka juga tidak akan mempermasalahkan, percayalah."
Syifa mengangguk.
Syifa sangat bersyukur ketakutannya selama ini tidak terbukti benar.
Husein mendekap tubuh istrinya dari belakang kemudian memberinya kecupan-kecupan kecil.
Syifa memejamkan kelopak matanya sambil bersandar di dada bidang Husein yang terasa sangat nyaman, tak lama kemudian dia pun terlelap.
...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Sandisalbiah
bahkan masih dlm hitungan jam pernikahan mereka, syifa sudah bisa bersikap terbuka pd suaminya
2024-11-16
0
Dewi Payang
Kasar sekali ucapan bibi ya nenek
2024-04-08
1