Rasa khawatir Sheny kian tak menentu, entah mengapa ia begitu mengkhawatir Ha Yun, padahal sebelumnya ia selalu marah kepada Ha Yun.
Ia ingin sekali bertemu dengan Ha Yun untuk mengucapkan rasa terima kasihnya, namun ia tak dapat menemukan Ha Yun.
***“Rumah Dokter Ha Yun pun aku tidak tahu,” keluh Sheny.***
***“Ya sudah besok saja, lebih baik aku ke makam ayah.” Putus Sheny seraya melangkah keluar.***
Sesampai di luar ia bingung karena ia tak menemukan ojek, ia mulai menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sebuah ojek.
Sheny pun terus melangkah ke luar, hingga ia sampai di luar gerbang, ia melihat tukang ojek yang tadi mengantarnya tadi. Segera Sheny melangkah kearah nya dengan senyum bahagia.
***“Mang antar saya ke TPU tanah kusir?”***
***“Ngapain Neng malam-malam ke TPU, Mamang juga sudah mau pulang,”***
***“Ayo lah Mang, saya ingin ziarah ke makam ayah saya, ini ulang tahun saya,”***
Melihat Sheny yang terus memohon, tukang ojeknya pun mau mengantar Sheny ke TPU.
Terlihat jam telah menunjukkan hampir jam dua belas malam, Mamang ojeknya pun mengatakan akan menunggu Sheny hingga Sheny selesai Ziarah. Awalnya Sheny menolaknya, namun tukang ojek itu khawatir jika ada yang mengganggu Sheny atau melukainya.
“Tapi nanti kalau malam keluarga Mamang tidak marah atau khawatir?”
***“Tidak apa-apa neng, mamang sudah bilang antar neng yang suka berbagi di panti asuhan dekat rumah,” tukang mang ojek itu.***
“Makasih Mang, saya ziarah dulu mang.” pamit Sheny.
Di saat hatinya bahagia, sedih hingga gundah melandanya, Makam ayahnya adalah tempat paling tepat bagi Sheny untuk mengadu, karena saat ia ziarah ke makam sang ayah, ada ketenangan sendiri baginya. Ketenangan yang tak dapat ia rasakan di tempat lain dan dalam diri orang lain. Seakan tak ada yang dapat menyayanginya lebih besar dari pada sang almarhum ayahnya.
Setelah membaca doa kepada almarhum ayahnya, Sheny pun mengadu kepada ayahnya tentang rasa khawatirnya kepada sosok Ha Yun. Seorang pria yang biasanya membuat ia kesal, namun ia menyadari saat mengenalnya lebih jauh sosoknya, ia menyadari jika Ha Yun adalah pria yang baik.
“Entah kemana dia, katanya mau datang ke ulang tahun Sheny, tapi dia tidak datang,” ucap Sheny.
Sheny pun teringat jika makam ibu dari Ha Yun juga ada di sana.
“Mungkinkah Dokter Ha Yun?” pikir Sheny.
Sesaat Sheny terdiam.
***“Ayah Sheny pamit pulang ya!” pamit Sheny sambil mencium batu nisan ayahnya.***
Buru-buru Sheny melangkah kearah makam ibu dari Ha Yun.
Sheny terdiam, bagaimana tidak seorang pria yang biasanya menjahilinya kini tengah menangis dan mengadu kepada ibunya yang kini sudah tiada.
Dalam tangisnya, pria yang menurut Sheny sangat menyebalkan itu mengadu bahwa hari ini gagal dalam mengoperasi pasiennya, bahkan pasiennya meninggal. Ha Yun juga mengungkapnya rasa menyesalnya karena tidak cukup tepat waktu datang ke rumah sakit.
“jadi hari ini dia gagal dalam operasi, mungkin ini alasan dia tidak datang,” ucap Sheny dari kejauhan.
Tak ingin membuat Ha Yun malu karena dirinya melihat Ha Yun menangis, Sheny pun memutuskan menunggu Ha Yun di parkiran sekalian meminta mang ojeknya untuk pulang lebih dulu, tak lupa Sheny memberikan uang karena telah menunggunya, awalnya si Mamang menolaknya, namun Sheny mengatakan jika itu uang untuk anaknya. Mendengar ucapan Sheny itu Mang ojeknya tak dapat menolaknya.
Selesai menemui Mang ojeknya, Sheny pun menunggu Ha Yun di dekat mobil biasanya Ha Yun memarkirnya.
Di sisi lain Ha Yun pun mulai menceritakan sosok Sheny.
“Ma… sepertinya Ha Yun mulai menyukai seorang gadis, dia seorang gadis yang mandiri dan pekerja keras,” ujar Ha Yun mencoba menjelaskan sosok Sheny.
“Ha Yun tidak salahkan? Ha Yun pernah mendengar bahwa tidak pernah ada yang salah dalam cinta,” lanjutnya.
Tak sampai di situ, Ha Yun menceritakan bagaimana kerumitan yang kini ia hadapi. Mulai dari Bisma yang menyukai wanita yang sebenarnya wanita itu menyukai dirinya dan bagaimana wanita yang ia sukai justru menyukai Bisma.
Ha Yun seakan tak paham, bagaimana kisah cinta pertamanya justru serumit itu. Bahkan mungkin ini akan menjadi boomerang antara dirinya juga Bisma.
“Ma Ha Yun pamit pulang dulu ya!” ujar Ha Yun seraya mencium batu nisan ibunya itu.
Ha Yun pun melangkah pergi menuju arah mobilnya yang di parkir di bagian samping makam. Ha Yun memang lebih sering memarkirkan di area samping dari pada depan makam, sehingga hal itu yang membuat Sheny awalnya tidak mengetahui jika Ha Yun juga datang untuk ziarah.
Ketika hampir sampai di parkiran mobilnya, Ha Yun terkejut melihat Sheny di dekat mobilnya. Ia msih terdiam berpikir apakah yang ia lihat benar-benar Sheny atau makhluk halus.
“Tapi masak hantu menyerupai Sheny seperti tidak ada wanita yang lebih tinggi buat di plagitin,” gumam Ha Yun dalam hatinya.
“sepertinya itu benar-benar Sheny.” Ujar Ha Yun seraya melanjutkan langkahnya kembali.
Ia melangkahkan kaki nya dengan sangat pelan dengan perasaan takut jika wanita itu bukanlah Sheny.
“Gadis berponi,” sapa Ha Yun gugup.
***“Dokter Ha Yun, kamu lama sekali sih keluarnya, aku kan takut di sini sendirian,” keluh Sheny.***
***“Harusnya kamu sms aku kalau kamu nungguin di sini,”***
***“Pulsa aku habis,”***
Ha Yun kemudian mendukkan wajahnya seraya berkata, “Maaf ya! Karena aku tidak bisa datang ke acara ulang tahun kamu.”
***“Aku tahu kok alasan Dokter Ha Yun tidak datang, aku mendengar semua apa yang Dokter Ha Yun ucapkan saat di makam almarhumah Tante Yunita,”***
Mendengar hal itu tentu membuat Ha Yun terkejut, bagaimana tidak ia bahkan mengutarakan perasaannya kepada Sheny.
“jadi kamu sudah tahu semuanya?”
Sheny mengangguk.
“Maaf jika,” belum selesai Ha Yun bicara Sheny pun langsung memot0ng ucapan Ha Yun, “Setiap manusia itu pasti meninggal, dan tugas seorang Dokter hanya berusaha mengobati pasiennya, tapi soal umur seseorang tetaplah Allah yang mengaturnya.”
Ha Yun masih terdiam, ia merasa heran mengapa Sheny tidak membahas soal apa yang kini ia rasa, bahkan seharusnya jika Sheny mendengarnya, maka Sheny akan tahu jika Ha Yun dan Bisma adalah saudara sepupu.
“Kenapa Dokter Ha Yun menatapku seperti itu? Dokter marah karena saya mendengarkan apa yang di ucapkan Dokter? aku tidak banyak kok, Cuma itu saja, selebihnya aku tidak dengar,” lanjut Sheny yang merasa tidak nyaman.
***“Bisakah kamu sedikit santai, tidak perlu pakai kata Dokter,”***
“Sudah kebiasaan,”
Ha Yun melangkah kearah mobilnya dan membuka pintu mobilnya arah sopir, Sheny yang melihatnya hanya melongo, berpikir jika Ha Yun akan meninggalkannya sendirian.
Namun terlihat Ha Yun hanya mengambil sesuatu dan kembali melangkah kearah Sheny.
“Ini buat kamu.” Ujar Ha Yun seraya menyodorkan sebuah bingkisan kado.
“Terima kasih,” ucap Sheny dengan senyuman.
***“Hanya dengan melihat senyumnya sudah membuat aku bahagia, tapi mengapa kau ciptakan rasa ini jika hanya menimbulkan luka dan perih yang mendalam,” gumam Ha Yun.***
***“Ayo pulang.” Ajak Ha Yun kemudian seraya membukakan pintu mobilnya.***
Selama di perjalanan, Ha Yun memuji bakat Sheny dalam pelajaran ekonomi, namun bagi Ha Yun Sheny masih sangat jauh dari kata pintar untuk pelajaran bahasa Inggris.
Memang jika di banding dengan Ha Yun yang memang sedari kecil sering menggunakan bahasa Inggris bahkan almarhumah ibunya keturunan Belanda, hal itu tentu membuatnya sangat mahir berbahasa Inggris, sehingga saat bertemu dengan Sheny, baginya Sheny terlalu payah.
“Kamu sedang memuji atau menghina?” sungut Sheny.
***“Aku hanya bicara fakta, kenapa kamu selalu membawa Kamus bahasa Korea? sedangkan bahasa Inggris kamu sangat payah,”***
“Akukan sudah bilang, siapa tahu nanti aku bisa bertemu dengan bias aku,”
Ha Yun hanya dapat menggelengkan kepalanya, melihat bagaimana Sheny yang sangat menyukai Korea. Bagi Ha Yun itu hal yang sia-sia karena akan menggangu aktifitasnya.
“Sudah sampai,”
***“Makasih,”***
Ha Yun mengangguk kemudian berkata, “Selamat ulang tahun.”
***“Makasih untuk semuanya,”***
***“Tidur yang nyenyak ya!”***
***“Kamu juga.” Balas Sheny kemudian keluar dari mobil Ha Yun.***
Sesampainya di dalam, Sheny pun langsung kena marah Ibu Sarita di karenakan Sheny yang pulang terlalu malam.
***“Kamu mau jadi apa?” sungut Ibu Sarita.***
terima kasih untuk yang sudah mampir jangan lupa komen dan like nya
jika ada penulisan yang salah mohon di koreksi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
anjurna
Cinta mereka berempat rumit. Saling suka-menyukai.
2024-05-14
0
anjurna
Jam dua belas malam ke makam dong😖😭
2024-05-14
0
Utayi💕
Cintaaa kah/Sweat/
2024-04-26
0