Ha Yun membuka amplop itu, ternyata itu adalah undangan acara di kampusnya dulu.
Ha Yun memang selalu datang ke acara-acara yang ada kampusnya, hanya tahun kemarin ia tak datang karena mendapatkan tugas keluar kota selama tiga bulan. Ha Yun pun berniat meminta izin cuti satu hari agar bisa dapat menghadiri acara di kampusnya.
Keesokan harinya.
Ha Yun kembali melakukan rutinitas nya di rumah sakit sebagai dokter. Terlihat beberapa suster tengah menggosipkan dirinya.
“Dokter Ha Yun itu tampan tapi dia sangat cuek,” Celetuk salah satu dari mereka.
“Benar sudah empat tahun aku bekerja di sini, tapi aku tidak pernah melihat dokter Ha Yun dekat dengan seorang wanita, bahkan secantik dokter Saira pun di tolak,” sambung suster satunya lagi.
Ha Yun yang tak sengaja mendengar nya langsung berkata.
“Lakukan pekerjaan kalian dengan baik.” Tegur Ha Yun kemudian melanjutkan langkahnya kembali mengunjungi pasiennya.
Dokter yang bertubuh tinggi, hidung mancung dan mata belo memang terlihat sangat cuek namun benar-benar berkarisma. Tak ayal banyak wanita yang menyukai termasuk beberapa suster di rumah tempat ia bertugas, namun mereka menyadari, seorang Dokter Saira pun ia tolak apalagi mereka.
Hari di mana Ha Yun mengambil cuti pun tiba. Pagi-pagi pun ia olah raga terlebih dahulu di sekitar apartemen tempat ia tinggal.
“Lama sekali aku tidak olah raga pagi.” Ucap Ha Yun seraya meneguk minuman yang ia pegang.
Merasa sudah lelah, Ha Yun pun kembali ke apartemen nya. Terlihat jika Mbok Darmi sudah menyiapkan sarapan untuk dirinya.
“Wah Mbok masak banyak sekali,”
“Hari ini kan Den Ha Yun lagi cuti jadi Mbok Masak yang banyak,”
“Tapi tetap saja Ha Yun juga keluar Mbok,”
“Pokoknya hari ini Den Ha Yun harus sarapan yang banyak.” Putus Mbok Darmi sambil mengambil nasi ke piring Ha Yun.
“Tapi Mbok tahu saja, jika Ha Yun tidak sarapan tanpa nasi itu nanti Ha Yun cepat lapar lagi,”
“Ya kan Mbok sudah merawat Den Ha Yun dari lahir,”
Sambil makan Ha Yun menanyakan keluarga Mbok Darmi, karena sebelumnya keluarga Mbok Darmi meminta si Mbok berhenti bekerja karena kini usia sudah tidak mudah, namun Mbok Darmi menolak, dengan alasan ia tidak akan meninggalkan Ha Yun sampai Ha Yun mendapatkan pasangan.
“Mbok kan sudah bilang, jika Mbok tidak akan meninggalkan Den Ha Yun,” Tegas Mbok Darmi.
Mendengar itu Ha Yun tersenyum penuh haru. Meski keduanya tak ada hubungan darah, namun Mbok Darmi benar-benar menyayanginya dengan tulus.
Selesai sarapan Ha Yun mulai bersiap-siap untuk acara di kampusnya dulu yang akan di mulai jam sepuluh pagi.
Ia mulai memikirkan pakaian yang ia pakai, karena ini sebuah acara, tentu ia akan memakai pakaian formal, namun ia sendiri tidak begitu suka memakai Jaz di padukan dengan kemeja lengkap dengan dasi dengan alasan itu seperti seorang pengusaha. Ia tak membenci sebuah profesi itu namun sang ayah yang hampir setiap hari di lihat Ha Yun memakai itu hal itu membuat Ha Yun enggan memadukannya.
“Dalemannya aku pakai kaos saja.” Putus Ha Yun.
Ha Yun pun memadukan Jas nya dengan sebuah kaos berwarna putih, dengan Jas warna hitam juga celana hitam dan dengan snicker putih.
“Aku tampan sekali.” Puji Ha Yun pada dirinya sendiri.
Bukan hal baru, jika Ha Yun selalu mengatakan hal itu. Kalimat itu sering ia ucapkan pada sang ibu yaitu Yunita Seckly.
Namun karena sang ibu telah pergi ia hanya mengatakan itu pada foto sang Ibu.
Terlihat jam menunjukkan pukul 09:46 WIB. Ia sengaja tidak datang begitu cepat, karena ia ingin sampai di sana acara sudah di mulai. Dan betul saja Ha Yun sampai di sana jam 10:04 hal itu. Sehingga acara sudah akan di mulai.
Ia mulai menyapa para dosen, dekan, rektor dan lain-lainnya. Ha Yun salah seorang mahasiswa teladan dan berprestasi. Ia seorang mahasiswa kesayangan para dosen karena ia selalu mengerjakan dengan cepat dan tepat.
“Kamu terlihat sangat tampan dan tambah muda,”
“Itu sudah dari dulu.” Balas Ha Yun malu-malu.
Mereka justru tertawa akan jawaban Ha Yun.
“Ah usia Ha Yun sudah tambah berumur, tahun depan sudah kepala tiga,” Lanjut Ha Yun kembali.
“Tapi kamu terlihat seperti seorang berusia belasan tahun,” Puji sang dekan.
Ha Yun jadi tersenyum malu mendengar ucapan sang Dekan.
“Mana kekasih kamu?” tanya sang Dekan berbisik di telinga Ha Yun.
“Ah belum ada.” Jawab Ha Yun saat sang Dekan menjauhkan diri nya dari Ha Yun.
“Selalu sama,” keluh sang Dekan.
Bukan rahasia umum jika Ha Yun ketika di kuliah paja di puja para mahasiswi di sana, bahkan para juniornya sampai banyak yang menulis surat untuknya. Para senior dan junior di sana banyak yang merebutkan Ha Yun, hanya Ha Yun sangat cuek, sehingga tidak ada satu pun di antara mereka yang di tanggapi oleh Ha Yun.
“Ini acaranya apa saja?” tanya Ha Yun.
“Ada lomba dance, lomba menyanyi ada juga puisi sesuai kemampuan mereka.” Jelas sang Dosen.
“Kamu sangat jago main gitar, bagaimana jika kamu jadi pembukaannya.” Sambung sang rektor.
Mata Ha Yun langsung membulat.
“Sepertinya saya harus ke sana seperti anak-anak yang lain sudah datang.” Ujar Ha Yun seraya menunjuk ke arah salah seorang alumni di kampus itu.
“Itu alasan kamu untuk menolak permintaan kami, ayolah! Kami sangat ingin mendengarkan kamu bernyanyi sambil main gitar,” Sambung Dekan.
Merasa tak nyaman Dokter Ha Yun akhirnya pun mengiyakan permintaan mereka.
Selain parasnya yang tampan dan tubuhnya yang tinggi hal itu pun sudah berhasil mengalihkan para mahasiswa dan mahasiswi, di tambah suara Dokter Ha Yun yang indah.
“Siapa sih yang nyanyi itu?” tanya seorang mahasiswi di sana pada dirinya sendiri.
Panggung di tata dengan tambahan lampu di atas nya agar dapat membuat panggung lebih terang karena acara di lakukan di dalam gedung, tentu hiasan lampu perlu meski acara di lakukan siang hari.
Terlihat lampu itu mulai bergoyang-goyang seolah-olah akan terjatuh.
Salah seorang mahasiswi yang melihat itu mulai merasa ada yang tidak aman sehingga ia pun mulai berteriak agar Dokter Ha Yun segera turun dari panggung. Namun terlihat wajah Dokter Ha Yun tak mengerti dengan panggilan seorang mahasiswi itu. Dokter Ha Yun justru melihat ke sang mahasiswi yang berlari ke arahnya hingga tubuh Dokter Ha Yun terjatuh karena dorongan yang di lakukan mahasiswi itu.
Melihat dahi sang mahasiswi itu yang terluka karena terkena jatuhan lampu tersebut membuat Ha Yun juga orang-orang di sana panik.
“Gadis berponi.” Ucap Ha Yun terkejut.
“Sepertinya lukanya cukup dalam.” Ucap sang Dekan.
“Kita bawa ke UKK saja,” Saran salah seorang Dosen di sana.
“Jangan, biar saya bawa ke rumah sakit,” Sambung Ha Yun.
Mereka pun menyetujui saran dari Ha Yun karena Ha Yun adalah seorang Dokter. Di situ Ha Yun langsung menggendong tubuh Sheny, melihat itu para mahasiswi di sana merasa iri kepada Sheny.
“Enak banget dia di gendong alumni kampus itu.” Sungut Jenny salah seorang mahasiswi populer di kampus itu.
*jangan lupa like dan komen nya & terima kasih sudah mampir 🤗
jangan loncat bab ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)
keren, udah ganteng, dokter, bisa main gitar pula si Ha Yun
2024-06-02
0
Teteh Lia
tamvan ... muji diri sendiri. 🤣🤣
2024-05-12
0
Teteh Lia
ghibahin nya jangan kenceng2. jadi ketahuan orangnya deh....🤭
2024-05-12
0