Sheny yang berlari akhirnya pun terjatuh. Beberapa pria itu pun akhirnya menghentikan laju motornya dan turun dan semakin membuat Sheny ketakutan, langkah mereka semakin dekat ke arah Sheny, hingga sinar sebuah lampu mobil menyilaukan mata mereka. Mobil itu pun berhenti. Sheny menoleh ke arah mobil itu, terlihat seseorang keluar dari dalam mobil itu. Namun Sheny belum mampu mengenali siapakah pengendara mobil itu di karena silau lampu mobil itu yang masih menyala. Hingga akhirnya terlihat seorang pria tampan yang lain dan tak bukan adalah Bisma.
“Apa yang kalian lakukan?” tanya Bisma.
“he! Kamu itu jangan ikut campur,” ucap salah satu dari mereka.
”Saya tidak ingin rebutan dengan kalian, jadi bagaimana jika kita buat kesepakatan saja?” tawar Bisma.
Tiga pria itu menanggapi ucapan Bisma dengan senyuman smirk. Bisma pun mengeluarkan dompetnya dari kantong celananya kemudian mengambil beberapa lembar uang ratusan ribu.
“Apa kalian tidak mau ini?” tanya Bisma.
Beberapa pria itu pun menoleh satu sama lain, terlihat dari mereka mulai tergiur dengan uang yang di tawarkan Bisma.
“Apakah kamu hanya ingin kami menyerahkan gadis ini hanya dengan uang itu?” ujar satu salah dari mereka.
Bisma pun kembali mengambil uang di dompetnya bahkan hingga isi dompetnya kosong.
“Apa masih kurang? Bukanlah ini lebih dari cukup, kalian mer@mpok belum tentu dapat segini?”
Tiga pria itu pun akhirnya menerima tawaran Bisma, dengan mengambil uang yang di berikan Bisma dan tak menggangu Sheny sama sekali.
“terima kasih ya!” ucap Sheny.
“Aku kan teman kamu, jadi wajar dong jika aku menolong kamu, tapi lain waktu jangan jalan tengah malam sendirian,”
“Iya,”
“Ayo pulang biar aku antar.” Ujar Bisma seraya membukakan pintu mobilnya.
Hubungan keduanya memang cukup dekat, hingga akhirnya untuk pertama kalinya Bisma menceritakan tentang wanita yang ia cinta di mana ia telah mencintai wanita itu selama empat tahun lamanya. Sungguh bagaikan petir yang menyambar tiba-tiba dan tubuh Sheny seakan kaku.
Sesampai di rumahnya, Sheny pun langsung masuk ke kamarnya. Padahal malam itu adalah waktu tayang drakor kesukaan Sheny dan Ariana. Ia memang menonton drakor di kamar Ariana hal itu di karena kan ia tak mempunyai ponsel android, bahkan jika mengerjakan tugas di laptopnya ia meminta hotspot pada Ariana.
Sheny yang kini hatinya tengah hancur hanya bisa termenung di balik jendela kamarnya sambil menatap langit.
“Rasa sakit itu datang lagi, dan bodohnya aku yang selalu jatuh pada rasa sakit yang sama,” ucap Sheny pada dirinya sendiri.
“Mungkin aku yang terlalu terbawa perasaan akan kebaikan Bisma, dan seharusnya aku tidak pernah berharap pada sesuatu yang tidak pasti,” lanjutnya sambil tersenyum akan kebodohannya sendiri.
Paginya di mana Sheny juga Ariana dan Ibu Sarita pun sarapan bersama. Sheny kali ini lebih banyak diam, hingga membuat Ariana semakin khawatir di tambah semalam Sheny tidak datang ke kamarnya. Akhirnya Ariana pun menanyakan keadaanya kakaknya itu, namun seperti biasa Ibu Sarita justru memarahi Ariana untuk jangan terlalu memikirkan Sheny dan lebih fokus akan pelajarannya sendiri. Tak ingin Ariana khawatir Sheny pun menjelaskan jika dirinya baik-baik saja.
“Sepertinya kak Sheny ada masalah,” gumam Ariana dalam hatinya.
Namun meski begitu, Ariana tak ingin memaksa Sheny untuk bercerita apalagi di depan ibunya. Karena hal itu justru hanya akan semakin menambah masalah.
“Bunda, kak Sheny, Riri berangkat dulu ya!” pamit Ariana seraya mencium tangan mereka bergantian.
Sedangkan Sheny yang masuk kuliah jam satu siang namun ia masuk kerja jam sepuluh pagi. Sehingga ia pun masih membantu-bantu ibu Sarita terlebih dahulu, seperti membilas pakaian tetangga juga menjemurnya. Melihat jam sudah mulai setengah sembilan, Ibu Sarita pun menyuruh Sheny mandi agar tidak telat kerja. Meski ibu Sarita sering galak, namun ia selalu sigap menjaga waktu untuk anak-anaknya.
“Baik Bun.” Ujar Sheny seraya meletakkan sisa pakaian yang belum selesai di jemur.
Sheny pun bergegas ke kamarnya untuk mengambil handuk kemudian mandi. Sheny jika mandi memang tidak lama, tidak sampai lima menit pun sudah selesai. Tak hanya mandi, ketika berganti pakaian pun ia tak perlu lama, apalagi ia juga tidak menggunakan banyak skincare cukup bedak padatnya saja tanpa lipstick atau sejenis alat-alat skincare lainnya. Namun karena ia tak punya kendaraan, Sheny harus menunggu angkot yang lewat sehingga ia harus lebih siaga untuk berangkat.
“Bunda, Sheny berangkat dulu ya!” pamit Sheny pada ibu Sarita.
“Hati-hati.” Jawab ibu Sarita.
Mendengar itu, Sheny merasa sangat bahagia, karena memang sudah sejak lama sikap Ibu Sarita sangat dingin. Meski terlihat raut wajahnya tanpa senyuman, cukup kata hati-hati pun itu sudah sangat berarti bagi Sheny.
Saat sheny sudah keluar dari gang rumahnya, terlihat Ha Yun telah menunggu dirinya. Ha Yun bahkan memarahi Sheny karena telah membuat dirinya menunggu lama.
“Dari mana Dokter tahu alamat rumah saya?”
“Kamu kan pernah jadi pasien aku,”
“Tapi untuk apa Dokter menunggu saya?”
“Sudah aku bilang jangan bicara formal, dan kenapa aku nunggu kamu, karena aku ingin jalan sama teman aku,”
“Aku mau kuliah,” sahut Sheny.
“Tidak perlu bohong, aku tahu kamu masuk jam satu siang hari ini,”
“Saya mau kerja, eh tapi kenapa Dokter kok bisa tahu?”
“Informasi tentang kamu itu hal mudah aku dapat, Tapikan biasanya kamu masuk sore?”
“sok tahu, saya masuk kerja sesuai waktu renggang kuliah saya,” jelas Sheny.
Ha Yun yang dari awal tahu jika Sheny pasti Sheny akan menolak ajakannya. Namun ia bertekat untuk bisa jalan bersama Sheny apa pun itu. Ha Yun pun terus memohon kepada Sheny agar mau ikut dirinya dan berjanji mengantar Sheny ke tempat kerja tepat waktu. Terlihat ketulusan dari wajah Ha Yun sehingga Sheny akhirnya pun luluh akan ajakan Ha Yun.
Sungguh di luar dugaan Sheny, ia mengira akan membawa ke taman atau mall dan semacamnya, namun ternyata itu salah besar. Ha Yun justru membawa Sheny ke TPU(Tempat Pemakaman Umum). Tak lupa sebelum ke sana Ha Yun telah membeli mawar putih kesukaan almarhumah ibunya.
Setelah mendoakan ibunya, hati Ha Yun pun bergumam, “Ma… untuk pertama kalinya Ha Yun membawa teman wanita Ha Yun, tapi dia bukan pacar Ha Yun, hanya saja Ha Yun selalu memikirkan dia, Ma… bolehkan Ha Yun membawanya kemari?”
“Ayo pulang!” ajak Ha Yun pada Sheny seraya beranjak dari duduknya.
Sheny pun mengikuti langkah Ha Yun, di situ Ha Yun pun memberi tahu siapa wanita yang paling special dalam hidupnya. Tentu penuturan Ha yun di luar dugaan Sheny. Sheny tak pernah menyangka jika wanita yang paling Special bagi Ha Yun adalah almarhumah ibunya dan bunga yang pernah Ha Yun pesan adalah bunga yang Ha Yun bawa untuk ziarah. Bahkan Sheny pun tak menyangka jika pria yang sering membuatnya kesal dengan sering mengatakan dirinya pendek, anak SMA, juga gadis berponi adalah seorang pria yang sangat mencintai ibunya, karena hal itu ia seakan melihat sosok lain dari sebelumnya.
“Maaf, saya kira dulu bunga itu untuk pacar dokter,” ujar Sheny.
Ha Yun tersenyum mendengar ucapan Sheny.
“Aku belum pernah pacaran,” jelas Ha Yun.
Tentu Sheny tak mempercayai itu, karena Ha Yun yang seorang dokter, berpendidikan tinggi, serta sukses, bahkan sudah memiliki segala itu hal yang mustahil jika tak memiliki kekasih bahkan tak pernah menjalin hubungan sama sekali.
“Terserah kamu jika tak percaya.” Ucap Ha Yun seraya menyalakan starter mobilnya menuju restoran tempat Sheny bekerja.
Selesai mengantar Sheny, Ha Yun pun balik ke Apartemen nya karena ia mendapat shift malam. Sesampai di apartementnya terlihat beberapa orang tak di kenal telah menunggu dirinya.
Next tunggu kelanjutannya. jangan lupa like komennya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
anjurna
Pertemanan di buat alasan nih Ha Yun/Sweat//Proud/
2024-05-04
0
anjurna
Mata duitan tuh tiga orang🤭🤭🤭
2024-05-04
0
Albirru Novan
cogan uuuu🥰🥰🥰🥰
2024-05-03
0