Melihat tingkah Ariana, Sontak membuat Sheny dan Ha Yun tertawa secara bersamaan. Tersedar akan hal itu, Sheny pun langsung berhenti tertawa.
“Riri, kakak hanya bercanda,” terang Sheny.
“ih kakak ngeselin.” keluh Ariana seraya keluar dari persembunyiannya dengan wajah cemberut.
Waktu pun terus berjalan, Ha Yun pun menyadari jika ia kini justru selalu merindukan sosok wanita yang sering ia panggil gadis berponi. Sesuatu yang tak pernah terjadi sebelumnya, sesuatu yang terkadang membuat dirinya bingung entah perasaan apa yang kini ia rasakan. Bahkan Sheny seakan selalu muncul dalam pikirannya.
“dia lugu, polos, meski sedikit galak, tapi stylenya seperti anak usia belasan tahun,” ujar Ha Yun sambil tersenyum membayangkan wajah Sheny.
Bisma yang sedari tadi memperhatikan Ha Yun, melihat Ha Yun senyum-senyum sendiri pun bertanya-tanya. Apakah kakak sepupunya itu kini tengah jatuh cinta. Di usianya yang kini telah menginjak dua puluh Sembilan tahun dan belum pernah pacaran bahkan jatuh cinta, tentu hal itu membuat Bisma dan keluarganya sedikit khawatir. Mereka khawatir jika Ha Yun akan hidup sendiri dan tak mau membuka hatinya setelah trauma masa kecilnya.
“Bisma lihat dari tadi kak Ha Yun senyum-senyum sendiri, apa kak Ha Yun sedang jatuh cinta?”
“Masih banyak yang harus Kakak kerjakan.” Kilah Ha Yun sambil membuka laptopnya.
“bukan jawaban itu yang ingin aku dengar,” keluh Bisma.
“lalu?”
“bukalah sedikit hati kakak,”
“Apa yang kamu bicarakan? Kenapa wajah kamu sangat serius,” sahut Ha Yun yang terlihat jelas tak suka dengan bahasan Bisma.
“Jangan hanya mengisi hati kakak dengan satu wanita saja.” Pesan Bisma sambil mengelus bahu Ha Yun dan bergegas keluar dari kamar Ha Yun.
Semenjak kepergian ibu Yunita, Ha Yun mempunyai trauma yang berat. Masih tergambar jelas dalam benak pikirannya, tepat di hari ulang tahunnya yang ke tiga belas tahun ibunya meninggal di depan matanya. Wanita yang selalu menggendongnya, wanita yang selalu membangunkannya dengan sangat lembut. Bahkan jika Ha Yun susah bangun, ibu Yunita masih tetap membangunkan dia dengan begitu lembut dengan mengelus telapak kakinya. Saat bangun tidur, susu pun telah siap di bawa oleh ibu Yunita sehingga saat bangun ibu Yunita langsung menyuruh Ha Yun meminum susu.
Bisma yang tak ingin kakak sepupu menjomblo selamanya, karena hal itu Bisma pun mencarikan pasangan untuk Ha yun bahkan membuatkan jadwal kencan buta. Namun dari semua gadis yang di pilihkan Bisma tak ada satupun dari mereka yang cocok dengan Ha yun. Bahkan gadis-gadis itu mengeluh jika Ha yun sangar membosankan, meski secara fisik dan ekonomi Ha Yun adalah pria idaman.
“Kak, dari dua puluh gadis yang aku kenalkan sama Kakak, kenapa tidak ada satu pun yang cocok, bahkan kakak juga bilang ke mereka kalau kak Ha Yun sedang tidak ingin pacaran,”
“memang iya,”
“memangnya tidak ada satupun yang cocok, mereka itu wanita terbaik yang Bisma carikan, ada yang sudah jadi Ceo, punya butik sendiri, dokter juga ada, ada yang model, apa itu belum cukup, memangnya wanita seperti apa yang kak Ha Yun inginkan?”
“sudahlah lebih baik kamu balik ke kamar kamu.” Titah Ha Yun sambil mendorong Bisma keluar dari kamarnya dan menutup pintunya.
“kenapa kakak sepupuku tidak seperti aku,” keluh Bisma.
Sebuah pesan pun masuk ke ponselnya, ya sebuah kabar yang tengah di tunggu-tunggu oleh Bisma. Sebuah info tentang kakak senior yang telah merebut hatinya.
“Akhirnya aku tahu di mana dia bekerja,” ujar Bisma dengan wajah sumringah.
Tak ingin membuang waktu keesokan harinya Bisma pun Langsung menemui kakak seniornya itu di tempat kerjanya. Meski ia harus menunggu berjam-jam, namun Bisma tak merasa lelah sedikitpun karena ia yakin penantiannya akan sebanding dengan hasilnya nanti. Akhirnya setelah menunggu hampir tiga jam, Bisma pun dapat bertemu dengan gadis pujaan hatinya yang telah menganggu pikirannya selama empat tahun ini.
“Kamu?” ucap kakak seniornya dengan ekspresi kaget.
“Kakak senior masih ingat?”
“sedikit,” jawab wanita itu singkat.
Tanpa basa-basi, Bisma menjelaskan apa tujuanya dirinya datang. Ya sebuah rasa yang telah lama Bisma simpan, rasa itu masih sama seperti empat tahun lalu saat dirinya menyatakan perasaannya namun gadis itu menolaknya dengan alasan Bisma masih belum lulus kuliah sedangkan dirinya sudah hampir lulus. Dan pada saat itu Bisma pun berjanji akan datang kembali saat ia mendapatkan gelar S1 nya. Gadis itu sangat terkejut dengan pernyatan Bisma, ia tak menyangka jika Bisma benar-benar serius kepada dirinya, bahkan selama perpisahan tiga tahun lalu tanpa adanya komunikasi antara keduanya, perasaan Bisma tidak pernah berubah.
“Aku berterima kasih karena kamu telah mencintai aku, tapi tetap saja aku tidak bisa terima kamu,”
“Apa kakak senior sudah punya pacar?”
“Maaf, tapi aku tidak mungkin merima kamu saat di hatiku ada pria lain,”
Bagaimana sambaran petir di siang bolong, kini tubuhnya seakan remuk berkeping-keping dan seakan tubuhnya tak lagi mampu berdiri dengan tegap. Namun semuanya seketika semangatnya kembali bangkit saat kakak seniornya itu menjelaskan memang dirinya belum menjalin hubungan dengan siapa pun termasuk pria yang ia cintai itu. Mendengar hal itu membuat Bisma kembali bertekat untuk merebut hati dari kakak seniornya itu.
“tolong izinkan aku masuk dalam kehidupanmu!” pinta Bisma sambil memegang kedua tangan kakak seniornya itu.
“Tapi…” belum selesai bicara, Bisma pun langsung m3mot0ng ucapannya gadis itu, “tidak apa, jika kakak senior belum bisa membuka hati untuk Bisma, tapi biarkan Bisma yang membantumu untuk menghilangkan rasa sakit yang di ciptakan pria itu, dan jika sekarang belum bisa menerima Bisma maka kita bisa menjalin hubungan ini sebagai teman,”
Kala itu kakak seniornya masih enggan menerima permintaan Bisma, namun melihat kesungguhan dan perjuangan Bisma setelah beberapa Minggu terakhir, ia pun memberi kesempatan pada Bisma, meski ia sendiri tak yakin jika dirinya dapat melupakan pria itu. Namun ia berjanji akan berusaha belajar mencintai Bisma dan membuka hatinya untuk bisma.
*Jam pulang*
Waktu jam pulanglah pun telah tiba, dokter Saira berniat makan di sebuah restoran, namun saat ia mengurungkan niatnya saat melihat Ha Yun dan Sheny tengah makan bersama.
“Ternyata rasa ini masih sama, bahkan sakitnya pun lebih,” gumam dokter Saira.
“Dokter kenapa meminta saya untuk menemani dokter makan bersama, apa kata manager saya nanti?” keluh Sheny.
“Pertama karena sekarang kita sudah berteman jadi jangan pakai kata saya, tapi aku, kedua karena aku ingin makan bersama teman aku.” Jawab Ha Yun dengan santai.
“ha! Sejak kapan kita berteman?”
“sejak di pasar,”
“Dia benar-benar dokter yang aneh,” gumam Sheny dalam hati.
Sheny pun semakin kesal kepada Ha Yun karena seolah bersikap egois dan melakukan sesuatu tanpa persetujuan dirinya.
“Sekarang sudah selesaikan? saya mau lanjut kerja.” Tegas Sheny beranjak dari duduknya dan meninggalkan Ha Yun.
“Lain waktu kita makan bersama lagi ya!” ucap Ha Yun sambil tersenyum.
Sheny hanya membalasnya dengan wajah ketus dan tanpa jawaban apa-apa.
Jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam, semua karyawan sudah mulai membereskan dan bersiap-siap untuk pulang termasuk Sheny.
“kenapa kamu selalu terlihat buru-buru kalau pulang kerja,” tanya salah satu seorang karyawan.
“Soalnya aku masih mau ziarah ke makam ayah,” terang Sheny.
Ya sepulang kerja Sheny memang selalu menyempatkan waktu untuk ziarah, karena jika tidak pada waktu pulang kerja, ia sulit mendapatkan waktu luang karena selain kuliah dan kerja, ia juga membantu ibu Sarita. Sekalipun tak ada pekerjaan rumah, ibu Sarita akan memarahi Sheny jika berangkat lebih awal. Oleh sebab itulah ia datang ke makam ayahnya hanya saat pulang bekerja.
Sesampai di parkiran depan restoran ternyata Ha Yun telah menunggunya untuk pulang bersama. Namun seperti biasa, Sheny akan menolak meski Ha telah berusaha keras. Sheny memang cukup keras kepala, ia bahkan rela berjalan kaki dan menolak tawaran Ha Yun. Butuh waktu hampir satu jam dari tempat ia bekerja ke makam chef Rian. Tapi ia tak pernah mengeluh karena ia merasa bahagia saat bisa mengunjungi makam ayahnya itu.
Sepulang dari makam jam telah menunjukkan pukul hampir jam dua belas malam, tentu jalanan pun sangat sepi di tambah di sekitar makam. Sehingga Sheny yang sendirian pun di ganggu oleh beberapa orang pria. Di situ Sheny berlari, namun beberapa pria itu mengejar Sheny dengan motor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
anjurna
Hm, cukup aneh jika saat itu Ha Yun menganggap mereka sudah berteman/Facepalm/
2024-05-04
0
anjurna
Suka tuh Ha Yun, atau bahkan udah cinta🧐🤔🤭
2024-05-04
0
Tanz>.<
bener tu, jadi temen aja dulu, cinta bisa tumbuh dengan seiring berjalannya waktu dan dengan terus bersama
2024-05-03
0