Manager restoran itu tak percaya akan kemampuan Sheny, di tambah dia hanya seorang pengantar bunga yang bahkan penampilannya seperti anak culun dan anak di bawah umur. Hal itu tentu membuat sang manajer langsung menolak Sheny.
Namun Sheny terus memohon kepada sang manajer restoran itu agar memberi Sheny izin untuk membuktikan kemampuan memasaknya.
“Tapi izinkan saya membuktikan kemampuan saya dulu, saya janji, tidak akan mengecewakan bapak,” pinta Sheny dengan ekspresi memohon.
Manager itu pun merasa kasihan karena Sheny memohon-mohon, meski ia sendiri tak yakin melihat tampang Sheny yang terlihat polos dan lugu, namun akhirnya ia pun luluh.
“Ok lah, sekarang kamu coba masak salah satu menu di restoran ini.” Perintah sang manager.
Gadis berambut di atas sebahu, dengan poni setengah dahi serta berkacamata itu mulai menunjukkan keahliannya dalam memasak. Siapa sangka gadis yang terlihat polos ternyata cukup mahir memasak.
Melihat bagaimana cara Sheny memasak, Manajer itu justru merasa kagum dan level Sheny terlihat beda. Namun bagaimana pun sang manajer harus mencoba masakannya terlebih dahulu.
“Coba Pak.” Ucap Sheny seraya menyodorkan piring yang berisi masakannya.
Manager itu pun mengambil sendok dan memasukkan sesuap dari masakan Sheny. Saat ia mulai mengunyah makanan itu mata sang manager pun langsung membulat.
“Kenapa Pak? apa masakannya tidak enak?” tanya Sheny penasaran penuh dengan rasa takut.
Manager itu pun tersenyum.
“Masakan kamu benar-benar enak.”
Sheny tersenyum.
“Apa saya di terima?”
“Besok kamu boleh bekerja, karena kamu masih kuliah kamu boleh bekerja sesuai waktu luang kamu, sebenarnya saya tidak pernah menerima mahasiswi, tapi masakan kamu enak, jadi saya terima kamu,”
“Terima kasih Pak.” Ucap Sheny seraya mencium punggung tangan bapak manager itu.
Bakat Sheny tak luput dari ajaran Sang ayah, Sheny ia adalah seorang putri dari chef terkenal, bahkan saat kecil ia hidup penuh berkecukupan namun kejadian tragis hingga kepergian sang ayah membuat hidupnya berubah drastis.
Tapi Sheny adalah gadis yang pantang menyerah saat Ibu Sarita mengatakan akan berhenti membiayai sekolahnya, ia pun bekerja keras agar dapat membayar sekolahnya, hingga ia pun lulus sekolah dan kini tengah kuliah meski setelah lulus sekolah ia tidak langsung kuliah karena mengumpulkan uang terlebih dahulu.
Sepulang dari restoran itu, Sheny merasa degdegan untuk memberi tahu Ibu Merry jika dirinya ingin resign apalagi dengan waktu dadakan begitu. Namun ketakutan Sheny berbanding terbalik dengan respons ibu Merry yang mana ia justru mendukung keputusan Sheny. Karena menurut Ibu Merry itu adalah kesempatan yang bagus untuk Sheny memulai Karier dan tentu gajinya akan lebih besar di sana di banding dengan gaji yang di berikan Ibu Merry. Sheny benar-benar sangat bersyukur melihat respons Ibu Merry. Ia bahkan berterima kasih atas semua apa yang di berikan Ibu Merry selama ini.
“Kamu tunggu dulu ya!” pinta Ibu Merry seraya bergegas ke dalam toko.
Tak berselang lama, Ibu Merry kembali keluar dengan memberinya sebuah amplop berwarna coklat. Sheny pun mengambil amplop itu.
“Apa ini Bu?” Tanya Sheny saat membuka amplop itu.
“Gaji kamu bulan ini.”
“Tapi ini terlalu banyak, Sheny kan belum sebulan penuh bulan ini,”
“Tidak apa, anggap saja bonus Ohh iya seringlah berkunjung kesini, dan jika ada yang menyakitimu di sana, kembalilah kesini,”
Mendengar itu tentu Sheny merasa terharu.
Sheny juga berpamitan dengan Wilda dan Aini, teman kerja mereka, selama bekerja di sana mereka juga sangat baik kepada Sheny, seakan ia dapat menemukan kehangatan saat bersama mereka.
Sesampai di rumah ia pun segera pergi menuju kamarnya untuk istirahat, kala itu Sheny memang pulang lebih cepat dari biasanya.
“Sheny, bantu Ibu melipat baju.” Panggil Ibu Sarita.
“Ya Bu.” Jawab Sheny seraya bergegas keluar kamar.
Ibu Sarita bekerja sebagai tukang cuci. Meski ia hanya mencuci dengan tangan namun masih banyak orang yang memakai jasa nya karena hasilnya yang bersih. Namun Ibu Sarita memang hanya menerima pakaian yang ringan. Jika selimut atau kain yang besar atau pun tebal, ia memang mengatakan tidak sanggup dan takut jika hasilnya tidak memuaskan.
“Bagaimana kuliah kamu?” tanya Ibu Sarita dengan nada sinis.
“Alhamdulillah baik Bun,”
“Bagaimana uang untuk bayar ujian adik kamu sudah ada?” tanya Ibu Sarita kembali.
“InsyaAllah segera.” Jawab Sheny.
“Baguslah.” Ujar Ibu Sarita sambil melipat.
Keesokan harinya.
Masih dalam keadaan libur, Sheny masih ada di rumah untuk bantu-bantu sang Ibu, hal itu tentu membuat Ibu Sarita bertanya karena toko bunga Ibu Merry biasanya buka jam delapan pagi, namun hingga jam delapan lewat Sheny tak kunjung berangkat.
“Kenapa kamu belum berangkat?
“Hari ini Sheny masuk jam sepuluh, Sheny pindah kerja,”
“Kerja apa?”
“Chef.”
Jawaban Sheny pun langsung membuat Ibu Sarita Shock.
“Apa tidak ada pekerjaan lain, mengapa kamu memilih profesi seperti ayah kamu?”
“Bun, Bunda kan tahu Sheny sangat menyukai memasak, dan ini sebagai pembuktian apa yang pernah di ajari oleh Ayah,”
“Terserah kamu.” Sungut Ibu Sarita.
Terlihat jika Ibu Sarita tidak begitu suka jika Sheny bekerja sebagai Chef, meski nanti gaji Sheny lebih besar.
Jam telah menunjukkan pukul sembilan lebih, Sheny sudah siap-siap berangkat ke restoran. Sesampainya di sana, Sheny pun langsung ke dapur, sang manajer pun memberi tahu apa saja yang harus di masak. Waktu teramai di restoran itu adalah di saat siang untuk jam istirahat kerja serta malam sekitar jam delapan.
Sheny pun langsung paham apa yang di jelaskan sang manager.
Mereka pun mulai mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing, hingga dua orang pelayan di restoran itu rebutan untuk pergi ke sebuah meja makan tamu yang biasa setiap siang datang ke sana.
“Gue yang akan layanin Mas ganteng itu.”
“Gue.” Balasnya sambil mend0rong balik teman nya itu.
“Apaan sih kalian, biar gue aja.” Sambung salah satu pelayan pria itu.
“Tapi,” Keluh keduanya.
“Ingat dia itu sahabat dari Mas Alan, kalau Mas Alan tahu, kalian akan di marahi.” Tegur pelayan pria itu.
Karena sudah tidak tahan akan ker!butan yang di lakukan dua Staf wanita itu, pelayan pria itu segera melayani tamu itu.
“Mas Ha Yun mau pesen apa?”
“Pesen makanan seperti biasanya ya!”
“Minum nya?”
“Citrus Squash saja,”
“Baik Mas.”
“Oh ya! Alan tidak kesini hari ini?”
“Mas Alan liburan.”
“Oh Ya sudah,”
Pelayan itu pun ke dapur untuk menyiapkan makanan yang di pesan Ha Yun.
“Pantes di telepon tidak di angkat.” Gumam Ha Yun.
Tak berselang lama, pesanan Ha Yun pun tiba. Ia pun mulai memakan makanan yang ia pesan. Namun ia justru merasa aneh dengan makanan yang ia makan.
“Kenapa rasanya beda dari biasanya?” Keluh Ha Yun pada dirinya sendiri.
Ia kembali memakan makanan itu, ia terus memakan itu secara perlahan, agar bisa lebih merasakan bagaimana rasanya.
“Kenapa ini seperti masakan Chef Rian, kenapa terasa sama, kentalnya, bumbu-bumbunya?” Tanya Ha Yun bingung.
Ha Yun masih terus tertegun, memang ada buku tentang resep-resep yang sering di pakai Chef Rian, namun rasanya itu masih cukup jauh, namun kali ini seakan mempunyai kemiripan yang sama hampir 100% sehingga hal itu membuat Ha Yun bertanya-tanya akan hal itu.
“Tapi kenapa baru hari ini rasanya yang mirip ya?” tanya Ha Yun kembali masih dengan perasaan bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Bilqies
2 🌹 untukmu Thor ☺️
semangat terus menulisnya
2024-05-23
0
🌞MentariSenja🌞
🌹untuk Sheny
2024-05-03
1
aku kasih mawar thor🌹
2024-04-19
0