“sama aku.” Jawab seorang yang baru saja datang.
“Ohh sama pacar kamu,” ujar ha Yun.
“Ya Dokter tampan, eh maksudku Dokter Ha Yun,” balas Ariana cengengesan.
“Kalian sedang apa di sini? Sheny tidak ikut?” tanya Ha Yun.
“Dokter tidak lihat kita sedang apa?” sungut Andre.
“Andre,” gertak Ariana.
“Maaf ya Dok dia memang suka begitu,” lanjut Ariana dengan ekspresi tak nyaman akan perlakuan kekasihnya tadi.
“Tidak apa-apa,” balas Ha Yun.
sebenarnya kami belanja buat kejutan ulang tahun Kak Sheny nanti malam,” jelas Ariana menjawab pertanyaan Ha Yun yang sebelumnya.
“Sheny ulang tahun?”
Ariana mengangguk, mengetahui hal itu, Ha Yun tak tinggal diam, ia ikut menyumbang membelikan bahan-bahan persiapan untuk makanan nanti malam. Ia pun juga ikut membantu menyiapkan semuanya seperti membantu meniup balon serta memasangnya.
Acara tersebut akan di lakukan di panti asuhan hingga hal itu membuat Ha Yun penasaran dan menanyakan alasan Ariana memilih tempat itu. Akhirnya Ariana pun menjelaskan alasan utamanya, yaitu selain Ibunda nya yang mungkin akan melarangnya merayakan ulang tahun Sheny, Ariana juga ingin berbagi pada anak-anak yatim piatu di panti itu.
Ariana juga menjelaskan jika dulu almarhum ayahnya adalah donator tetap di panti itu namun karena perekonomian mereka yang memburuk, akhirnya mereka pun berhenti menjadi donator namun Ariana menekankan jika silaturahmi mereka terus berjalan hingga saat ini bahkan jika ada rezeki lebih, Sheny akan menyumbang ke panti ini.
Mendengar hal itu, Ha Yun semakin mengagumi sosok Sheny. Iya wanita yang pekerja keras dan selalu berbagi.
“Ada apa dengan aku?” tanya Ha Yun pada dirinya sendiri.
Jam terlihat telah menunjukkan pukul sepuluh lebih, Ha Yun berpamitan untuk pulang karena setengah satu ia sudah waktunya ia ke rumah sakit.
“Tapi nanti malam Dokter ganteng ke sini lagi kan?” tanya seorang anak kecil di panti itu.
Ha Yun menjongkok kemudian berkata, “Tentu.” Ucap Ha Yun sambil mengelus kepala adik kecil itu.
“Ya kan betulkan kata Umi,” sambung Umi Aminah pengasuh panti asuhan itu.
“Kalau begitu saya pulang dulu!” pamit Ha Yun seraya mencium punggung tangan Umi Aminah.
Ha Yun pun pulang dari panti asuhan karena harus siap-siap ke rumah sakit. Namun sebelum itu ia berhenti di sebuah toko untuk mencari hadiah yang akan ia berikan kepada Sheny.
Ha Yun yang tidak begitu mengenal sosok Sheny membuat dirinya semakin bingung hadiah apa yang harus ia kasih karena ia tak tahu apa yang di sukai dan tak di sukai Sheny.
Sambil melihat-lihat, Ha Yun berpikir keras tentang kado yang akan ia bawa dan akhirnya ia pun menemukan kado yang pas menurutnya.
“Tolong bungkus sekalian,” pinta Ha Yun kepada karyawan toko itu.
“Baik.” Jawab karyawan itu.
Terdengar suara ponselnya berdering, ia pun mengambil ponselnya yang berada di kantong celananya.
Terpanpang jelas di layar ponselnya jika panggilan itu dari rumah sakit, segera Ha Yun pun menjawab panggilan itu. Dalam panggilan itu pihak rumah sakit meminta Ha Yun untuk segera datang ke rumah sakit karena ada kecelakaan beruntun sehingga pihak rumah sakit membutuhkan banyak Dokter untuk menanganinya dan pihak rumah sakit pun menjelaskan jika pasien membutuhkan operasi segera mungkin.
Mendengar penuturan itu Ha Yun pun langsung mengiyakan.
“Baik saya akan berusaha datang secepat mungkin.” tegas Ha Yun kemudian mematikan sambungan teleponnya.
“cepetan ya Mbak,” pinta Ha Yun pada sang karyawan toko itu yang terlihat masih sibuk mensolasi bingkisan kadonya.
“Sabar ya Mas,” balas sang karyawan.
Selesai di bungkus Ha Yun pun langsung membayar barang yang ia beli dan bahkan saking buru-buru nya Ha Yun menolak kembaliannya.
Meski Ha Yun telah berusaha semaksimal mungkin untuk datang lebih cepat namun ternyata keadaan tak berpihak kepadanya, hal itu di sebabkan di karena ada sebuah mobil truk yang mogok sehingga membuat perjalanannya pun terhambat.
Ponsel Ha Yun beberapa kali berdering dan setiap kali Ha Yun menjawabnya, pihak rumah sakit meminta Ha Yun semakin cepat di karenakan kondisi pasien semakin kritis.
Iya karena kecelakaan tersebut adalah kecelakan Bus dan dua buah mobil tentu pasien cukup banyak, bahkan sebagian di pindahkan ke rumah sakit terdekat untuk mereka yang tidak terlalu parah sedangkan yang mempunyai luka serius mereka tangani lebih dulu dan lebih parahnya ada beberapa dokter yang tengah melakukan tugas ke luar kota sehingga hal itu semakin membuat pihak rumah sakit kewalahan.
Sesampai di rumah Sakit Ha Yun langsung ke ruang operasi, namun sebelum itu ia terlebih dahulu membersihkan tangannya agar tak ada bakteri di tangannya saat menjalankan tugasnya.
Pasien tersebut mengalami luka dalam di bagian kepala sehingga membuat sang pasien mengalami pendarahan otak atau pecahnya pembuluh darah (pendarahan otak juga merupakan salah satu resiko fatal akibat cedera kepala, pendarahan biasanya terjadi di ruang sekitar otak (pendarahan subarachnoid) atau di dalam jaringan otak (pendarahan intraserebral) dan di saat operasi berlangsung jantung pasien semakin melemah.
“Jantungnya semakin melemah Dok,” ujar sang perawat panik.
“Ambil defibrillator,” titah Ha Yun.
suster itu mengambil defibrillator dan memberikannya pada Ha Yun, segera Ha Yun meny3trumkannya pada pasien untuk menormalkan kembali tekanan jantungnya. Namun hal itu ternyata tak memberikan efek apa pun, karena jantung pasien kian terus melemah, hal itu di karenakan pasien mempunyai riwayat serangan jantung, sehingga di pertengahan operasi nyawa pasien sudah tidak dapat tertolong lagi.
Meninggalnya sang pasien tidak hanya menjadi pukulan bagi keluarganya namun juga bagi Ha Yun. Karena selama tiga tahun ia menjadi Dokter, ini adalah operasi pertamanya yang gagal, di mana pasien meninggal di ruang operasi.
Saat itu merasa sangat menyesal dan ia bahkan menyalahkan dirinya sendiri atas kemat*an pasien di karenakan ia terlalu lambat datang ke rumah sakit.
Di sisi lain Sheny yang tengah mendapatkan kejutan oleh Ariana, Andre juga anak-anak panti asuhan Al-barakah serta ummi Aminah (pengasuh panti asuhan Al-barakah) menunggu kedatangan Ha Yun.
Sebelumnya Ariana menjelaskan jika Ha Yun juga membantu mempersiapkan kejutan itu, bahkan Ha Yun juga berjanji untuk datang ke acara tersebut.
Namun menit demi menit, hingga hampir tiga puluh menit tetap saja Ha Yun tak kunjung datang. Pandangan Sheny terus terarah ke arah pintu dengan harapan Ha Yun akan segera datang. Melihat anak-anak di sana yang mulai merasa bosan dan tak sabar, Ariana meminta Sheny untuk segera memulainya.
Sheny pun akhirnya memulai acaranya, terlebih dahulu mereka berdoa bersama-sama untuk ulang tahun yang ke dua puluh satu tahun. Tak lupa Sheny juga mendoakan Ha Yun agar kebaikan atas dirinya.
Selesai berdoa, Sheny membagikan nasi kuningnya sebagai pengganti kue.
Pertama-tama Sheny memberikan kepada Ariana sebagai adik terbaiknya baru setelah itu kepada Umi Aminah. Di situ Ariana juga menyiapkan sebuah kue dengan wadah kardus kecil yang akan di berikan kepada anak-anak panti.
“Kamu dapat dari mana uangnya?” tanya Sheny penasaran.
“Itu Riri nabung sisa uang saku Riri, Andre ikut nyumbang, Dokter Ha Yun yang membelikan kue untuk di bagikan sama anak-anak,” jelas Ariana.
Sheny sangat terharu akan apa yang di lakukan oleh Ariana dan menyiapkan ulang tahunnya meski terkesan sederhana.
Sampai acara selesai, Sheny terus berharap jika Ha Yun akan datang, ia megerti jika Ha Yun yang mempunyai dinas siang maka pulangnya pun akan cukup malam sehingga ia memaklumi ke tak hadiran Ha Yun. Namun hingga jam sepuluh lewat bahkan setengah sebelas, Ha Yun pun tak kunjung datang, bahkan tak ada panggilan atau pun sms masuk ke ponselnya itu.
Sheny mengambil ponsel jadulnya, Sheny memang masih memakai ponsel jadul sehingga ia sering menghospot ke ponsel Ariana jika mengerjakan tugas, namun kini ibu kontrakannya sudah memasang wifi sehingga Sheny pun bisa memakainya dengan hanya membayar seper empat dari harga ibu kontrakan biasanya membayar wifi.
Kembali lagi, di mana Sheny yang terus meunggu kedatangan Ha Yun, Ariana yang melihat Sheny murung akhirnya mengajak pulang di tambah waktunya sudah sangat malam.
“Kakak masih menunggu dokter Ha Yun ya?” tanya Ariana.
“Tidak kok,” kilah Sheny.
“Ini kan sudah malam, kita pulang yuk, kebetulan Andre bawa mobil jadi kita bisa pulang bersama,” ajak Ariana.
“Ya kak,” sambung Andre.
“Kalian pulang saja duluan, Kakak masih mau ziarah ke makam ayah,” jelas Sheny.
“Tapi ini sudah malam kak,” ujar Ariana khawatir.
Sheny pun mengeluarkan botol dari kantong plastiknya dimana Sheny telah menyiapkan bubuk cabe, sehingga jika ia akan menggunakan nya jika ada yang mengganggu dirinya.
“Kita bareng saja ya kak ke makamnya,” saran Ariana kembali.
“Tidak perlu, kakak ingin sendiri,”
“Baiklah,” ucap Ariana menyerah.
Ariana dan Andre pun pulang berdua, sedangkan Sheny pergi ke rumah sakit lebih dulu, di sekitar panti banyak ojek yang mangkal hingga malam, sehingga hal itulah membuat Sheny tak kesulitan untuk mencari ojek. Sheny memang berniat datang ke makam, namun ia juga berniat datang ke rumah sakit lebih dulu.
Saat sampai di rumah sakit, Sheny pun bertanya kepada suster kapan Ha Yun akan pulang, namun suster mengatakan jika Ha Yun pulang lebih cepat hari ini, di mana Ha Yun pulang jam tujuh, sehingga hal itu membuat Sheny khawatir semakin khawatir akan keadaan Ha Yun.
“Kemana Dokter Ha Yun?” tanya Sheny pada dirinya sendiri dengan kebingungan.
terima kasih untuk yang sudah mampir
jangan lupa komen dan like nya
bisa komen jika ada yang tidak benar penulisnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Tanz>.<
iya si pasti terpukul banget Ha Yun
2024-05-14
0
Tanz>.<
bibir nya selalu gak bisa di rem
2024-05-14
0
anjurna
Dokter Ha Yun mu sedang berduka Shen😞
2024-05-14
0