" Kalau sudah tidak ada yang mau ditanyakan lagi, paman pamit, paman harus kembali kerumah sakit " pamit dokter Agung.
Dokter Agung berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Dika, dokter Agung menyentuh pundak Dika dan menepuknya perlahan-lahan. " Kamu punya adik dan sahabat yang selalu ada untukmu, jangan pernah merasa sendiri, masih ada paman juga " Ucap dokter Agung menguatkan Dika.
" Makasih paman " gumam Dika pelan, Dika menengadah keatas menatap wajah dokter agung yang sekrang sudah berdiri didepannya.
Dika bermaksut berdiri untuk mengantarkan dokter Agung keluar tapi pundaknya langsung ditahan dokter Agung sambil berucap " Tidak perlu diantar, paman bisa sendiri, kau istirahat saja.."
Dokter Agung berjalan keluar menuju pintu, dan saat tiba dipintu kelua ruang kerja, dokter Agung bertemu Dean yang baru saja hendak membuka pintu.. " Kamu masuk kedalam dan temani Dika, sekarang dia membutuhkan teman bicara dan pendengar "
" Makasih paman, dan hati-hati.. " ucap Dean sopan.
" Gak usah terlalu dipikirkan, paman pergi.." kata dokter Agung sambil menepuk pelan pundak Dean.
Dokter Agung berjalan keluar dari pintu rumah besar Dika, setelah sampai disamping mobil, pengawal Dika langsung membukakan pintu penumpang dan mempersilahkan dokter Agung masuk dan langsung mengantar pulang.
Sementara diruangan Dika, tak terdengar suara yang ada hanyalah keheningan.
Dean memperhatikan Dika yang duduk dilantai sambil memegang erat kepalanya sambil menundukan kepalanya, sepertinya Dika sedang menangis...
Dean berjalan perlahan-lahan mendekati Dika, Dean berjongkok disamping Dika dan menepuk pundaknya pelan.
" Menangislah, karena dengan kita menangis kita bisa meringankan sedikit beban,walaupun tidak semua beban menghilang tapi setidaknya bisa menguranginya "
Dika mengangkat wajahnya dan menatap wajah Dean, sahabat berasa saudaranya " Apa aku terlihat pria lemah ?? aku memang pria yang bodoh Dean..
Dean hanya diam mendengarkan Dika berbicara,.
Sekarang waktunya Dean menjadi pendengar yang baik buat sahabatnya.
" Aku bodoh bro.. aku terlalu lama membiarkan adikku menderita tanpa bertindak. Harusnya dari dulu aku sadar, sadar sesadar sadarnya kalau kita berdua cuma orang luar, tapi aku terlalu naif. Terlalu percaya kalau mereka butuh waktu untuk berubah dan menerima adikku... Aku bodoh bodoh!! dan karena kebodohanku, aku telah membiarkan adikku disiksa bertahun-tahun " rutuk Dika pada dirinya.
" Dan kamu tau Dean ??, Kami berdua cuma orang asing,orang luar. Aku dan Vilia bukan anak mami Erlina !!"
Bruakk praang..
Terdengar suara keras didepan pintu ruang kerja Dika.
Dean kaget dan melihat kearah Dika seakan bertanya... tanpa menunggu reaksi Dika, Dean langsung berdiri dan berjalan cepat menuju pintu kearah pintu, dibukanya pintu yang ternyata tidak tertutup rapat, Dean memperhatikan kesekeliling, tapi tidak menemukan siapapun.. yang ada hanyalah pecahan gelas kristal dan meja kecil yang roboh dekat pintu.
" Bibiii bi..
Dean teriak-teriak memanggil pelayan untuk membersihkannya, tapi sepertinya semua pelayan sudah tidur membuat Dean membersihkannya sendiri. Selesai membersihkan pecahan kristal, Dean kembali kedalam ruangan kerja.
" Ada apa..
" Bukan apa-apa..
" Aku mendengar suara barang pecah.
" Mungkin kucing yang menyenggol kristalnya hingga jatuh " kata Dean asal tapi muka Dika tiba-tiba mengkerut.
" Kau tau dirumah ini tidak ada kucing Dean, apa sekarang kamu kurang awas ? "" kata-kata Dika membuat Dean tersadar, " Terus maksut lo ?"
" Apa ada penyusup dirumah ini ?? apa ada mata-mata dirumah ini?? berani sekali !! " batin Dika dan Dean.
Dika berdiri dan melangkahkan kaki panjangnya kearah pintu dan membukanya, disana Dika melihat pecahan kristal yang Dean bersihkan, Dika menatung sebentar sambil berpikir, dan..tiba-tiba Dika teriak.
" Dean !! cari vilia " Dika langsung berlari menuju lantai dua, Dika menuju kamar Vilia. Dia melihat tempat tidur Vilia kosong, Dika melanjutkan langkahnya menuju ruang ganti tapi Vilia tidak ada.
" Vilia!! dek.. kamu dimana ?? Vilia Stevani !!!" Dika teriak-teriak memanggil nama Vilia sambil terus memeriksa setiap sudut kamar sampai kebalkon kamar tapi Vilia tidak ditemukannya.
" Kamu dimana dek " teriak Dika frustasi sambil mengusap wajahnya kasar, Dika menundukan kepalanya sambil meremas rambut kepalanya kasar..
Tiba-tiba Dean muncul " Aku sudah periksa seisi rumah tapi Vilia tak bisa aku temukan "
Dika menatap Dean jengah, dan memilih keluar dari kamar Vilia dan turun kebawah, Dika teriak-teriak memanggil pengawalnya
" Ricko"
Dengan langkah tergesa-gesa, Ricko masuk kedalam rumah besar dan langsung mendekati Dika, " Ya tuan..
" Cari Vilia sampai ketemu!!
Ricko menganggukan kepala paham dan langsung pergi dari hadapan Dika. Ricko langsung memerintahkan anak buahnya berpencar, sedangkan dirinya masuk keruang CCTV untuk melihat pergerakan Vilia.
5 menit kemudian Ricko keluar dari ruang cctv dan berjalan menuju ketempat Dika berada.
" Tuan, saya rasa nona Vilia masih disini, saya sudah periksa ruang cctv tidak ada tanda-tanda nona Vili meninggalkan rumah besar, tapi..
" Tapi apa Ricko!!
" Ada satu ruangan yang tidak terpantau cctv..
Belum selesai Ricko bicara, Dean dan Dika sudah berlari meninggalkan Ricko.
Mereka berdua berlari kearah tempat yang dimaksut Ricko..
Dika sampai duluan didepan pintu ruangan besar itu, Dika menarik napas kasar kemudian membuka pintu pelan-pelan..belum juga terbuka semua pintunya, sudah terdengar suara..
dor dor dor prung prang....
Terdengar suara tembakan dan barang-barang yang hancur.spontan Dika dan Dean tiarap diatas lantai..
Perlahan-lahan Dika memutar kepalanya yang sedang menunduk menghadap muka Dean yang ikutan tiarap disampingnya.
" Dia disini " bisik Dean pelan..
Dika tak bisa mengeluarkan kata-kata, kerongkongannya terasa tercekat. Melihat apa yang Vilia lakukan sekarang.
Dika menganggukan kepalanya kearah Dean dan mereka berdua merangkak mencari tempat yang aman untuk mengintip Vilia yang mengamuk.
Dika memperhatikan Vilia dengan cermat, dengan mata dipicingkan " lima tahun kau tidak menyentuh barang-barang itu tapi tidak mengurangi keahlianmu, kau memang genius hebat dek " batin Dika awas.
Vilia masih asik dengan amukannya, dia menggunakan semua alat-alat yang berada diruang latihan, mulai dari pistol, samurai,panah..dan sekarang tongkat panjang. Vilia melakukan semua gerakannya dengan mata tertutup..
" Aku akan mendekat " Bisik Dean tapi Dika menahannya. " jangan coba-coba mendekatinya, nanti kau terluka " jawab Dika, tapi Dean sudah keburu merangkak pergi.
" Dasar keras kepala, kamu akan terluka bro.." gumam Dika geram.
Dika tetap waspada memperhatikan gerakan Vilia yang sekarang memakai tongkat panjang dan tetap memejamkan matanya..
" Apa yang kau pikirkan dek!! gerakanmu mengerikan, kakak harap kau bisa mengendalikan emosimu "
" Ooh shit!! Kenapa sibodoh itu mendekat " teriak Dika tiba-tiba saat melihat Dean sudah mendekati Vilia.
" Ooh tidak Dean, kamu bodoh! " teriak Dika.
Vilia yang merasakan ada yang mendekatinya semakin waspada dalam gerakannya. Dengan lihay Vilia memainkan tongkat, dia memukul dan menghantam benda- benda dan apa saja yang dianggapnya sasaran buat tongkatnya, tak pelak Dean yang berusaha mendekat, berusaha mati-matian mengimbangi setiap jurus dan gerakan Vilia.
Setiap gerakan, pukulan yang Vilia lontarkan sangat keras, dan tiba-tiba..
" Aargghh buk buk gubrak.." Dean tumbang tak berdaya.
Apa yang ditakutkan Dika terjadi juga...
Dean terkena pukulan Vilia yang dipastikan fatal untuk orang biasa.
" Ooh shit!!
#
#
#
#
#
#
💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Kevin Marcelino Manoppo
Mulai tertarik..
2020-11-08
2