CLASS CLOWN!
Jarum jam terus berdetik, angka 10 sudah terlewati 10 menit yang lalu yang berarti bel masuk sudah kembali berbunyi setelah istirahat pertama tadi. Murid - murid kelas tersebut sudah mulai masuk satu persatu dan kembali ke mode belajar, mempersiapkan diri mereka menerima pelajaran selanjutnya sebagai siswa kelas 12.
Seorang guru datang membawa sebuah map dan tas, mengabsen satu persatu anak - anak didiknya sebagai wali kelas dan menemukan fakta bahwa salah satu anaknya hilang entah kemana. Absen paginya terisi, namun setelah istirahat pertama perempuan itu hilang seakan ditelan bumi. Beliau meminta bantuan beberapa anak didiknya untuk mencari perempuan itu selagi ia menyiapkan bahan untuk voting hari ini.
Hari kedua mereka sebagai kelas 12 akan diisi dengan pemilihan ketua kelas. Siapa yang mau menanggung segala bentuk kelakuan anak - anak dikelas, siapa yang mau mengatur dan menjaga nama baik kelas mereka nantinya.
"Jaka Ardinan!"
Seruan dari seluruh siswa dan siswi dikelas tersebut membuat siswa bernama Jaka Ardinan yang namanya disebut itu tersenyum dengan bangga.
"Mulai hari ini kamu resmi jadi ketua kelas 12 IPS 1."
Jaka mengangguk senang, "terima kasih, pak."
Setelah melakukan voting bersama teman - temannya dikelas, namanya berakhir dengan voting terbanyak meskipun ada 3 orang yang masih belum masuk kedalam kelas.
Ada 3 kandidat yang digadang - gadang handal menangani jabatan ketua kelas, namun 2 lainnya sudah pernah satu kelas dengan Jaka dan berakhir kalah voting. Sedangkan Jaka sudah 3 kali berturut - turut menjadi ketua kelas dan ia tidak akan pernah bosan melakukannya.
Reputasinya sangat bagus disekolah, menjadi murid pintar dan berbakat, banyak melakukan perlombaan akademi yang bisa membuat dirinya pulang membawa medali.
Segala hal tentang Jaka Ardinan memang sangatlah sempurna bagi banyak murid disana. Ingat juga! Fakta bahwa Jaka tidak akan pernah bisa jatuh dan lemah karena siapapun.
***
"Gue tau arah jalan ke kelas kok,"
"Tapi Pak Max minta kita jemput lo, Marissa."
Perempuan dengan nametag Marissa Putri itu menghela nafas dan memutar matanya malas. Hal ini selalu terjadi kepadanya hampir setiap hari, ada saja teman sekelasnya yang dengan rela menuruti kemauan guru mereka untuk menyusulnya meskipun mereka tidak tau Marissa dimana.
"Udah sana balik duluan, sebelum gue bikin lo jungkir balik ya disini, sumpah." Marissa berusaha menahan suara tingginya agar tidak keluar.
Untungnya temannya itu pergi setelah ia meminta mereka, sedangkan Marissa kembali masuk kedalam kamar mandi dan mengambil alat makeup yang sempat ia tinggalkan.
Perjalanan kembali menuju kelas ia lanjutkan setelah mampir ke loker untuk meletakkan barang - barangnya, lorong sudah sangat sepi dan hanya diisi dengan suara - suara guru yang mencoba menjelaskan pelakaran kepada murid - muridnya.
12 IPS 1
Papan kelasnya sudah didepan mata, suara seruan anak - anak dikelas ia dengar. Marissa mengintip dari jendela, melihat beberapa anak sampai berdiri untuk menyoraki salah satu murid didepan kelas.
"Udah kepilih?" Batinnya sembari masuk kedalam kelas tanpa memperhatikan siapapun bahkan gurunya disana.
Keriuhan itu perlahan memudar sesaat setelah Jaka kembali duduk dan pelajaran ketiga dimulai.
"Heboh banget ketua kelas doang." Gerutu Marissa setelah melirik 2 perempuan disebelahnya yang masih senang Jaka jadi ketua kelas.
Mereka berhenti berbicara sesaat setelah mendapat komentar dari Marissa, sedangkan teman sebangku Marissa tertawa melihat itu.
"Kok lo yang marah sih?" Marissa menoleh, "alay soalnya, begituan doang heboh banget." Jawab Marissa tanpa beban.
Sesaat setelah Marissa menoleh kedepan, ia bertatap mata langsung dengan Jaka, si ketua kelas. Matanya tajam setajam belati, raut wajahnya datar, namun Marissa tidak takut sedikitpun. Marissa malah memasang wajah mengejek kepada Jaka karena ia tau Jaka sedang membuat rencana untuk menegur segala perbuatannya dihari yang akan datang.
***
"Hari ini gue balik langsung ke rumah aja."
"Terus? Gue disini sendirian dong? Gila lo, bocil!"
Jaka berdecak sembari memasang tasnya ke salah satu bahunya, "ya lo balik juga apa susahnya sih?"
"Jauh ya, bensin gue gimana kabarnya?"
Jaka melirik ke suatu arah setelah ia sampai didepan pintu kelas yang sudah kosong itu, "alay banget, gitu doang heboh." Ucapnya sembari mem-blocking pintu dengan tangan dan tubuhnya.
Alasannya?
"Lo sengaja ya?"
Suara itu membuat Jaka menoleh dan mematikan panggilan ponselnya dengan sang kakak, "emang." Ucapnya singkat.
"Minggir, gue mau balik." Meskipun Marissa memaksa dan mendorong tubuh Jaka ia tetap tidak bisa keluar.
"Jaka! Keburu ditutup gerbang sekolahnya tau!"
"Biarin aja, biasanya kan lo naik pager." Seketika Marissa terdiam.
Jaka mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya, memberikan itu kepada Marissa dan meminta perempuan itu untuk membukanya disana.
"Apaan sih! Seniat itu lo jadi ketua kelas sampe bikin surat perjanjian? Udah deh Jaka, gak usah banyak gaya."
"Khusus buat lo," sautnya, "spesial buat salah satu Class Clown IPS."
"Eh, satu - satunya maksud gue," Jaka memasang topinya dan perlahan mundur, "satu - satunya Class Clown disekolah dan sialnya gue harus nanggung kelakuannya selama 6 bulan kedepan." Jaka beralih pergi meninggalkan Marissa dipintu kelas.
"Sumpah, itu anak serius amat hidupnya."
***
Marissa melangkahkan kakinya masuk kedalam sebuah rumah besar disalah satu perumahan elite disana, ia melihat sebuah mobil yang sudah lama tidak ada disana.
Ia menghela nafas, melepas sepatunya dan mulai masuk tanpa mengatakan apapun, namun seseorang yang selama ini pergi sudah berdiri dan menunggunya sejak tadi.
"Icha."
"Ngapain balik sih?" Tanya Marissa datar.
"Cha, kita masih berharap kamu setuju sama perjanjiannya loh."
Marissa terkekeh geli, "perjanjian apaan sih? Soal harta papa sama mama?"
"Gak disekolah, gak dirumah, ada aja yang bikin perjanjian. Sayangnya, perjanjian mereka pada gak ada untungnya di aku."
"Cha! Ini juga kan untuk kepentingan kita bareng - bareng Cha!"
Marissa berhenti melangkah ditangga dan menoleh kebawah dimana kakak perempuannya berada, "kepentingan bersama apa kepentingan suami kakak?"
"Kamu gak boleh ngomong gitu, Marissa!"
"Kenapa enggak? Aku berhak kali mempertahankan apa yang udah papa sama mama perjuangkan dari dulu, daripada diambil sama si bangsat yang masih aja kakak sayang - sayang itu." Sarkasnya membuat si kakak tidak bisa berkata - kata lagi, sedangkan temannya yang berada dibelakang hanya bisa diam.
"Aku kan udah bilang dari dulu, kalo kakak milih minggat ke Paris sama dia yaudah gak usah balik, ngapain terusan disini?"
"Sok bikin perjanjian lagi, punya apaan kakak mau menghidupi aku yang masih jauh ini masa depannya?"
"Cinta? Kakak aja sana yang makan, aku mah ogah."
Marissa berlari kembali turun untuk membuka pintu rumah tersebut, memberi isyarat untuk meminta kakak perempuannya dan temannya pergi dari sana sebelum ia kembali meledak - ledak.
"Bahasamu kasar tau gak! Keliatan kalo mama sama papa gagal didik kamu!" Umpat si kakak sebelum keluar.
"Enggak tuh, tapi yang pasti kakak lebih gagal daripada aku."
Kakaknya menoleh, menatap sang adik dengan mata berair dan dada yang sesak. Sayangnya, Marissa malah menatap kakaknya dengan tatapan remeh dan tidak suka sebelum menutup pintu dengan keras.
"Manusia emang gak ada yang punya malu apa ya?" Ucapnya random, "sialnya, gue juga manusia."
Ia melangkah menuju kamarnya, meletakkan segala perlengkapan sekolahnya dimeja termasuk kertas perjanjian dari Jaka yang sudah ia buat kusut.
"Perjanjian macem apa yang isinya cuman menjunjung tinggi martabat seorang Paduka Raja Jaka Ardinan, iya benar, perjanjian yang dia buat sendiri." Marissa tertawa setelah membaca surat perjanjian itu untuk sekali lagi.
Hanya tentang peraturan yang harus Marissa lakukan sebagai anak sekolahan biasa, tapi juga hal ini demi nama baik Jaka.
Apakah Marissa mau melakukannya?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Putrynxx
mantap, jangan lupa mampir kak ke karyaku ASKARA😊
2024-05-31
0
there
wah seru kak.
jangan lupa mampir yaaa
2024-05-11
0
Harala
Mampir kak 'Ilene For Atlas' thanks/Smile/
2024-04-15
1