Hujan mulai mengguyur jalanan malam itu, namun itu tidak membuat Jaka dan sang kakak berhenti untuk melakukan apa yang mereka rencanakan sebelumnya.
"Vector tempatnya segede apaan kak emang?"
Sang kakak merain ponselnya dan mulai mencari salah satu foto yang menampilkan markas besar gengnya, Vector.
"Ngadi - ngadi banget bikin tempat tongkrongan kayak bikin rumah pribadi."
"Sebenernya bukan sekedar buat nongkrong," ucapnya sambil tetap fokus menyetir, "itu rumah salah satu temen gue, dia ngerasa sepi kalo tinggal sendirian disana jadi sering didatengin satu geng."
"Oh ya? Selama ini juga lo suka main kesana?"
"Hampir tiap hari, kayaknya juga ada beberapa temen gue yang punya kamar sendiri disana sangking seringnya nginep." Jelasnya membuat Jaka tertawa.
Jaka akan diperkenalkan kepada seluruh teman dari sang kakak yang selama ini Jaka idam - idamkan. Jaka selalu senang jika kakaknya, Sevian Bramastya, bercerita tentang Vector.
Pertemanan mereka sangatlah sehat dan tidak seperti yang lainnya, hal - hal yang mereka lakukan pun sama sekali tidak menimbulkan bahaya dan hujatan masyarakat sekitar.
Mereka bukan geng motor ataupun geng yang suka bertarung dijalanan, tapi mereka juga tidak kehabisan kegiatan untuk bersama dan bersenang - senang.
Jaka ingin punya teman seperti itu, selama menjadi anak teladan dan pintar disekolah membuat Jaka banyak dijauhi oleh orang karena mereka merasa insecure atau sungkan, atau bahkan tidak suka dengan Jaka.
Jaka tidak punya banyak teman, hanya Jehian dan Haris, mereka pun tidak bisa sering bertemu meskipun ada disatu sekolah karena kesibukan masing - masing sebagai anak pintar disekolah.
Kali ini Jaka akan memanfaatkan kesempatan untuk mengambil hati para Vector, termasuk hokage mereka yang digadang - gadang sangat strict soal orang baru (kata Sevian)
"Gue udah didepan sih ini, lo dimana emang?"
"Masih dijalan, ini para hokage banyak banget permintaan dijalan anjing! Ngeselin banget!" Omelan itu membuat Sevian yang bersandar dipintu mobilnya tertawa.
"Yaudah sih Zan, tinggal anterin doang apa susahnya coba? Lagipula abang lo juga hokage ya kalo lo lupa." Seru Sevian.
"I didn't paid enough for this shit, kalo lo lupa." (Gue gak dibayar cukup buat begini)
"Tapi abang lo menghidupi lo bisa sampe lo nikah bahkan."
"Goblok ah, pake bener lagi lo, susah emang kalo urusan sama orang kaya tuh."
"Lo juga kaya kalo lo lupa."
"Adek lo jadi ikutan bang?" Tanyanya mengalihkan topik pembicaraan sebelumnya. Sevian hanya berdehem sembari melirik Jaka yang masih berada didalam mobil.
"Gabung gak?"
"Urusan para hokage kalo itu, gue mah iya iya aja."
"Hokage Vector emang bisa kasih free pass gitu? Lo gak inget dulu lo sama Bang Sagara begimana dulu sebelum jadi Vector HAHA."
"Ya semoga jangan gitu lah, masa iya adek gue sekarat dulu baru bisa gabung."
"Inget, freepass itu cuman khusus buat ceweknya Bang Nathan."
"The only queen?" Ucapnya dengan tawa kecil, "emang kalo kita ada cewek gak lolos freepass juga?" Tanyanya iseng.
"Jangankan elo, gue adeknya Hokage aja gak lolos freepass bawa cewek."
"Masih bocil aja banyak gaya lo."
"Adek lo juga ya!"
"Jaka Ardinan itu spesial. Lo gak bakalan bisa lawan dia, hokage sekalipun gak bakalan bisa setir dia kayak kita." Ucap Sevian sembari membuka pintu mobilnya untuk mengkode Jaka keluar.
"Udah dateng?" Tanya Jaka yang sepertinya tidak mendengar apapun sebelumnya.
"Belom, tapi kita bisa masuk kedalem, ayo."
***
Jaka : besok pake atribut lengkap. Ada kunjungan dari dinas ke sekolah.
Jaka : awas aja lo kalo gak pake
Marissa : ewh. Galak banget.
Marissa : gue gak punya atribut sekolah, lagipula mereka yang dateng kenapa gue yang ribet?
Jaka : temenin gue ketemu mereka besok
Marissa : ngapain?
Jaka : perwakilan kelas, Sa. Ada seminar juga besok buat ketua sama sekretaris.
Marissa : ngapain sama gue, ya sama sekretaris lo lah monyet!
Jaka : lo sekretaris IPS 1 kalo lo belok tau.
Jaka : gue yang menentukan bareng sama walas beberapa hari lalu dan lo sekretarisnya.
Marissa : KENAPA GUE??? JAKA MONYETTTTTTTT
Jaka : biar lo ada tanggung jawabnya sedikit jadi manusia.
Marissa : gue gak mau.
Jaka : bisa gak sih lo memanfaatkan keadaan sedikit?
Jaka : lo gak pengen tau soal Pak Fino yang ngaku - ngaku bapak lo itu?
Marissa : emang lo bisa kasih tau?
Jaka : gue kan ordalnya dia, gimana sih?
Marissa : iya juga ya
Jaka : makanya jadi sekre yang bener lo. Imbalannya informasi.
Marissa : sialan.
"Masih dikasih kewenangan sama yang punya sekolah?" Jaka mengangguki pertanyaan itu, "tapi itu bukan bapaknya Marissa, bang."
Sevian yang semula serius bermain dart dengan teman - temannya langsung menoleh kaget, "seriusan?"
"Iya, gue sempet singgung soal beliau pas sama Marissa tapi Marissa bilang nama ayahnya Heru bukan Fino."
Hal ini membuat teman - teman Sevian yang sudah menerima Jaka disana pun menoleh dan ingin tau apa topik yang dibicarakan kakak beradik itu.
"Soal apaan sih?"
"Jaka dikasih kewenangan buat ngurus dan ngebantu anak dari yang punya sekolah, ngakunya sih bapaknya, tapi Jaka dikasih tau anak itu kalo yang punya sekolah bukan bapak dia." Jelas Sevian.
"Lah terus gimana? Selama ini lo disuruh sama siapa?"
Jaka menggeleng pelan, "gue belom ada info apa - apa soal beliau, tapi yang pasti beliau bener - bener mantau Marissa sampai sekarang dan link dia disekolah bukan cuman gue doang."
"Gue takutnya Marissa jadi target dari suatu rencana gitu, apalagi banyak orang bilang keluarganya Marissa agak berpengaruh gitu."
"Tapi anaknya sekarang aman? Masih sama lo?"
"Masih," jawabnya, "agak bandel sama gak bisa diurus, cuman kalo dibaikin pelan - pelan dia bakalan lunak sih yang pasti."
"Saran gue sih bikin dia nempel sama lo."
Jaka melirik salah satu hokage disana yang dituakan, "buat apa?"
"Kalo misal ada hal yang gak diinginkan terjadi, lo bisa protect dia, dan juga usahain gali lebih banyak informasi dari yang punya sekolahan tuh." Jelasnya.
"Lo gimana disuruhnya emang? Ada alasannya gak? Kok iya iya aja padahal lo gak tau itu bapaknya beneran atau enggak."
"Aduh bang, gue disana tuhkan udah di-anakemas-kan dari kelas 10, gue ngerasa harus bales budi gitu." Jaka berusaha menjelaskan perasaannya.
"Bales budinya bener, cuman seharusnya lo tetep tanyain lah alasan kenapa lo dikasih tugas ini dan kenapa targetnya Marissa."
"Gak kepikiran."
"Bener kata papa, gak ada orang yang pinter sempurna, adanya pinter setengah aja." Saut Sevian sambil kembali bermain dart.
"Kok bisa sih bang lo pinter banget," celetuk salah satu teman Sevian yang paling muda disana, "padahal Bang Ian biasa aja, ngerjain soal ekonomi aja nyontek temennya."
"Heh! Ini gue pegang benda tajem ya kalo lo gak tau."
"Bercanda doang!"
***
"Kenapa harus bilang gitu sih? Kan bisa bikin salah paham."
"Gapapa, biar mereka bisa cari tau sendiri kalo emang udah waktunya."
"Kamu nyimpen fakta ini selama 18 tahun bareng sama Heru, tapi kenapa mau dibongkar sekarang? Dari dulu kemana aja?"
"Semua itu ada alasannya dan kamu gak perlu tau itu."
"Aku perlu tau, dia juga punyaku!"
"Kamu gak pernah ikut biayain hidup dia dari kecil! Jangan coba coba untuk ambil dia! Kamu gak berhak!"
"Ini itu urusanku ya! Dia anakku! Aku punya hak untuk ambil dia sekarang!"
"Gak akan pernah bisa! Kamu gak ada jasa apa apa dihidupnya inget! Aku bakalan jadi sainganmu mulai sekarang untuk ambil Marissa dan aku bakalan menang!"
"Oh ya? Liat aja nanti."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments