Bab 6 : Stalker

"Jaka."

"Hari ini saya mau ketemu sama Marissa bisa gak ya kira - kira?"

Waduh, sial.

***

Hari ini Marissa begitu serius berdandan demi menepati janji dengan teman baiknya, Rossa. Mereka akan pergi untuk bersenang - senang di mall dan membeli beberapa barang kesukaan mereka disana seharian ini.

"Lo udah didepan?"

"Iya, tapi gue sama kakak gue gak papa, kan?"

"Santai aja, selagi kakak lo gak mengganggu ya gapapa lah." Ucapnya sembari berlari keluar dari kamarnya.

Ia mengunci pintu dan mulai menyiapkan sistem keamanan canggih yang ada dirumahnya tersebut sebelum akhirnya keluar dan masuk kedalam mobil yang sudah menunggunya selama beberapa menit itu.

"Maaf ya bikin nunggu." Serunya.

"Gapapa kok, santai aja, kita juga tadi lagi ngobrol santai kok." Saut kakak Rossa, Kai.

"Hari ini gue ikutan gapapa, kan? Mau sekalian pergi ke tempat lain soalnya."

"Gapapa dong." Jawab Marissa.

Mereka pun berangkat ke salah satu mall besar disana, Kai tidak ikut turun dan memilih untuk langsung pergi. Marissa dan Rossa turun dan masuk kedalam mall hanya berdua, berniat mengunjungi banyak tempat dan merencanakan untuk mampir ke beberapa tempat makan juga.

Seolah tidak akan ada hari esok, mereka jalan - jalan tanpa melirik jam sedikitpun. Merasa bahagia dan bersenang - senang, sampai pada akhirnya Marissa mulai merasa aneh dengan situasi.

***

Derap langkah kaki yang begitu keras dan cepat itu sesekali mengundang perhatian orang lain untuk melihat apa yang terjadi, namun si pelaku tetap berlari tanpa memperdulikan sekitarnya.

Napasnya begitu berat dan tersengal - sengal, namun tidak sedikitpun ingin istirahat.

Sebuah ponsel masih ia tempelkan ketelinganya, tetap mendengar arahan yang diberikan seseorang diseberang sana.

"Lantai 5, ada di starbucks."

"Lo kira lantai 5 cuman segede kamar lo! Seharusnya lo tanya lebih detail dong!" Kesalnya sembari menekan - nekan cepat tombol liftnya.

"Emangnya lo gak pernah ke starbucks? Really? Bener - bener deket sama lift!" Teriak seseorang tersebut dibarengi dengan terbukanya pintu lift dan ia bergegas berlari setelah melihat dimana Starbucks berada.

Ia menyerobot beberapa orang didepannya dan langsung masuk kedalam sana untuk mencari orang yang membuat dirinya rela kebut - kebutan dijalan dan berlari kencang hingga kehabisan napas.

"Marissa!" Teriaknya membuat perempuan yang sedang duduk sendirian tersebut menoleh.

"Jaka!? Ada apa lo kesini?" Kagetnya sekaligus heran.

Jaka bergegas duduk disamping Marissa dan menyandarkan kepalanya kebahu perempuan tersebut, mencoba mengatur napasnya dan menenangkan pikirannya yang acak adul selama perjalanan tadi.

"Apaan sihㅡ"

"ㅡplease, diem dulu, gue butuh bahu lo." Seketika Marissa diam dan mematung.

Jaka bertahan selama beberapa menit dan kembali menegakkan tubuhnya saat Rossa datang dengan tergesa - gesa juga.

"Aduh! Untung lo disini Jak!" Seru Rossa sesaat setelah ia mengetahui Jaka disana bersama Marissa, "Marissa diikutin orang! Ngeri banget sumpah!"

"Dimana orangnya? Masih disini?" Tanya Jaka.

"Kita minta tolong sama pihak mall untuk kasih warning ke orang itu tadi, sumpah creepy banget!" Lanjutnya, "tapi itu orang masih disini sih, gue yakin banget, apalagi tadi satpamnya cuman ngajak ngobrol sebentar doang."

Jaka melirik Marissa yang hanya diam dengan wajah pucatnya, "diikutin doang?" Tanyanya kepada Marissa.

Marissa hanya mengangguk lemah sebagai jawabannya.

"Beneran ngikutin lo doang atau sama Rossa?"

"Kita sempet mencar sebentar buat buktiin kalo itu orang ngikutin siapa, ternyata dia milih turun eskalator bareng Marissa daripada ke gue." Jelas Rossa membantu Marissa yang kurang siap bercerita.

Nekat banget sih tua bangka itu, apa yang dicari coba?

"Lo balik sama gue aja."

***

"Hari ini abang mau ke kampus bentar ya bun, mau ketemu temen abang disana."

"Anak sulung bunda sibuk banget ya bunda liat - liat," ucap sang bunda untuk menggoda Sevian, "bunda gak pernah loh makan malem sama Sevian, sadar gak?"

Hal ini membuat Sevian menggaruk belakang kepalanya dan merasa tidak enak kepada bundanya sendiri, "yaudah deh, abang gak jadi berangkat."

Ia beralih duduk didepan TV dan meletakkan tasnya kembali.

"Bunda bercanda doang abang, berangkat aja gak papa." Tawa beliau membuat Sevian tersenyum.

"Enggak deh, abang dirumah aja, mau nemenin bunda sambil nungguin Jaka sama ayah pulang."

"Oh ya, Jaka kemana bun?" Tanyanya.

Namun belum sempat sang ibunda menjawab, suara gusar terdengar dari pintu rumah yang ternyata Jaka datang bersama Marissa.

Jaka menarik tangan Marissa untuk duduk disalah satu sofa ruang tamu, anak itu terlihat sangat tidak baik - baik saja. Seakan - akan telah terjadi sesuatu selama mereka diluar sana.

"Kenapa ini? Ada apa Jaka?" Tanya sang ibunda sembari merangkul dan mengambilkan minuman untuk Marissa.

"Jaka sama Marissa habis diikutin orang, mereka mau narik Marissa tadi jadi Marissa ketakutan. Bunda tolong jagain Marissa sebentar ya, Jaka mau ngobrol sama abang." Ucap Jaka sembari berlutut didepan Marissa yang masih setia menunduk.

"Sama bunda dulu, gue mau ngobrol sama abang ya, sebentar doang."

Marissa mengangguk dan Jaka bergegas pergi dari ruang tamu untuk menarik Sevian ke kamarnya.

"Pak fino."

Sevian menghela nafas, "udah pasti sih, lo kasih laporan apa terakhir?"

"Gue nolak untuk kasih, lagi libur juga bang, gue gak tau Marissa ngapain." Jelas Jaka.

"Kenapa dia bisa nyusulin Marissa?"

"Cerita awalnya itu gini," Jaka berusaha menjelaskan, "dia nemuin gue yang lagi latihan taekwondo disekolah, dia bilang mau ketemu Marissa, gue bilang gak bisa kan karena emang lagi libur jadi Marissa udah pasti ada kegiatan lain kan?"

"Dia masih kekeuh mau minta gue anterin ke rumah Marissa soalnya dia gak tau, tapi gue nolak bang karena gue tau kalo dia bukan bapaknya Marissa."

"Terus? Dia dikasih tau siapa lokasi Marissa?"

"Salah satu temen gue, dia tiba - tiba dateng dan diajaklah kenalan sama Pak Fino. Pak Fino ngenalin diri sebagai bapaknya Marissa lagi dan temen gue percaya, dia bilang kalo Marissa lagi jalan di mall sama Rossa soalnya dia abis nonton IG Story Marissa."

"Gue pengen nonjok dia tapi keburu mau ngejar Pak Fino yang langsung pergi gitu aja gak pamit ke gue setelah dikasih info soal Marissa."

"Berarti yang ngikutin mereka bener - bener Pak Fino sendiri?"

"Iya, gue tau itu Pak Fino, tapi Marissa sama Rossa gak tau."

Sevian menghela napas, seketika ikut pusing bersama sang adik dan memikirkan masalah yang sama.

"Marissa sendirian dirumah bang, gimana kalo dia dalam bahaya? Siapa yang mau bantuin dia disana?"

"Orang tuanya?"

"Marissa udah gak punya orang tua, mereka meninggal karena kecelakaan tunggal." Jaka mendengar suara Rossa dikepalanya yang membicarakan soal orang tua Marissa saat mereka akan pergi dari mall.

"Meninggal gara - gara kecelakaan tunggal."

Sevian mendelik kaget mendengar itu, "yang bener lo!?"

"Iya, Rossa sempet bilang ke gue."

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!