Bab 10 : Home

"hari ini hari apa?"

Pertanyaan itu seolah mengganggu nyawa Jaka yang masih terombang - ambing belum terkumpul sempurna, Sevian sengaja melontarkan pertanyaan itu berulang kali kepada adiknya dan membuat Jaka kesal dibuatnya.

"Berisik lo, bebek."

"Gue nanya, badak. Dijawab kalo ada pertanyaan tuh."

Jaka berdecak semakin kesal dan mulai mengumpulkan nyawanya dengan cepat, "BUNDA! ABANG NIH GANGGUIN JAKA TERUS!"

"heh! Bisa - bisanya udah SMA masih ngaduan lo." Seru Sevian sembari tertawa.

"Biarin."

Hari itu dibuka dengan aduan Jaka yang berakhir dengan Sevian yang kena omel Bunda. Sedangkan Jaka? Ia beranjak pergi untuk membersihkan diri dan berniat untuk santai dirumah menikmati hari libur yang hanya akan berakhir kurang dari 24 jam ini.

Namun, rencananya gagal. Sevian kembali mengganggunya bukan main, mengajaknya bermain game, mengajaknya bernyanyi, bahkan mengajaknya untuk menonton film bersama dan semuanya Jaka tolak mentah - mentah. Namun, ada satu tawaran yang Jaka terima dengan semangat.

"Ke markas?"

Jaka mendelik dan bergegas duduk dikasurnya, "disana ada siapa emang?"

"Hokage, siapa lagi kalo bukan mereka?"

"Pada ngumpul semua!?"

"Iya kan minggu, pasti mereka kesana lah."

"Lo kok dirumah?"

"Mau ngajak lo sekalian."

"YAUDAH AYO!"

***

Jika Jaka akan menghabiskan waktu liburnya dengan bertemu teman - temannya, Marissa hanya mau diam dikamar bersama Rossa, menonton film bergenre action/thriller yang menarik perhatian mereka.

Mereka tidak merasa bosan ataupun lelah dan mengantuk, mereka malah berdiskusi alot tentang apa yang akan terjadi di scene berikutnya pada film yang mereka tonton sejak pagi. Tidak ada yang bisa mengganggu kegiatan mereka sekalipun kakak Rossa berteriak dari luar kamar itu, mereka tidak akan peduli.

Namun, satu hal yang akhirnya berhasil mengganggu fokus Rossa sejak tadi. Ia terus mendapat kiriman pesan dari seseorang yang membuatnya gusar, seseorang itu sedang dengan seriusnya menjelaskan tentang jawaban dari pertanyaannya sejak dulu. Hanya saja waktu yang berjalan terlalu cepat, seharusnya Rossa menyelesaikan waktu asiknya bersama Marissa sebelum mengetahui fakta yang mengagetkannya itu.

"Kenapa? Lo keliatan bingung gitu?" Heran Marissa saat sadar Rossa mulai hilang fokus.

Rossa berusaha menenangkan dirinya, "ini loh, si.. Jehian! Masa iya dia ngancem gue bakalan dikunciin dikamar mandi kalo aja besok gak kasih dia traktiran."

"Anjir, beneran lo diancen begitu?"

"Iya! Asli! Ini makanya gue takut banget, Sa. Aduin dong ke Jaka, temennya jahat banget sama gue." Terlanjur membuat naskah asal, Rossa teruskan saja meskipun entah nantinya akan seperti apa.

"Halah, besok gue temuin itu anak. Enak aja malakin temen gue, emang dia siapa? Mentang - mentang anak emas sekolahan gitu bisa malakin orang lain." Heboh Marissa membela sahabatnya yang sebenarnya makin takut jikalau nanti Marissa benar - benar melabrak Jehian.

"Iya.. labrak ya ... Besok.."

"Iya, tenang aja. Besok liat aja itu monyet, gue jitak palanya pake batu."

Seharusnya memang Rossa tidak membuat skenarionya secara tiba - tiba tadi, tidak menyangka jika Marissa akan menganggapnya secara serius bahkan sudah berencana sedetail itu untuk membalas dendam kepada Jehian yang sebenarnya tidak tau apa - apa.

Kasihan Jehian, nanti.

***

"Siapa aja yang tau soal ini?"

"Jehian sama Haris," ucap Jaka sembari melihat pesan singkat dari Marissa yang baru terkirim, "kayaknya Rossa juga udah tau."

"Semakin banyak orang tau, semakin besar kemungkinan beliau berani nyakitin Marissa. Stop disini sekarang juga." Jelas salah satu anggota Vector yang digadang - gadang sebagai pemimpinnya, Nathaniel.

"Bukannya kalo semakin banyak orang tau malah semakin banyak yang bantu, ya?"

"Khusus kasus ini enggak. Gue udah nyoba buat cari tau soal semuanya dan berakhir dapet fakta kalo dia udah punya banyak backingan bahkan sebelum dia ketemu sama lo dan minta tolong lo." Jelas Sevian.

"Lo nyari tau sedetail itu? Bisa? Dapet dari mana?" Heran Jaka bukan main.

Sedangkan Sevian malah tertawa kecil, "bener kata ayah, gak ada orang yang pinternya itu sempurna, adanya cuman pinter setengah aja."

"Lo kan selama ini jadi anak kampus yang aktif banget perasaan, ada gitu waktu buat bantuin Marissa?"

Jaka benar - benar kebingungan dibuatnya, bukannya mendapat jawaban malah mendapat tawa dari para anggota Vector lainnya.

"Yang pasti kan abang lo bisa bantu, gak perlu tau caranya gimana, Jaka." Ucap seorang wanita yang datang dari arah dapur dengan nampan berisi beberapa gelas minuman.

Itu the only queen yang sempat dibahas beberapa waktu lalu haha

Pacar Nathan yang lolos tanpa kendala apapun alias mendapat freepass setelah berhasil memenangkan hati sang ketua Vector.

"Jangan lihat prosesnya, lihat hasilnya aja. Hidup harus dibuat simpel."

Jaka menghela napas dan melirik Sevian yang asik bermain gitar disampingnya, merasa aneh namun juga bersyukur bisa dapat bantuan meskipun sedikitnya informasi yang didapat.

***

"Kita kasih dia waktu selagi kita diskusikan semuanya, banyak hal yang harus diselesaikan sebelum kita mengeksekusinya, kan?"

"Pintar, kamu memang pintar."

"Anak remaja bodoh itu gak bakalan bisa melawan kita, sekalipun dia berani tetap aja dia bakalan kalah."

"Seharusnya memang dari dulu dia tidak pernah dilahirkan, jika saja ibunya tidak memaksa untuk mempertahakan kehamilannya, dia gak bakalan hidup dan kita akan baik - baik saja."

"Seharusnya memang seperti itu, kenapa dipaksa?"

"Ibunya sayang, tapi saya enggak."

***

"Besok gue kayaknya harus balik kerumah deh. Berhari - hari disini bikin kepikiran rumah takut dimaling orang." Ucap Marissa sembari merapikan barang - barangnya dikamar itu.

"Kenapa? Ada sesuatu yang lo denger disana, kah?"

"Enggak, Jaka. Cuman gue ngerasa udah baik - baik aja sekarang."

"Yakin? Lo bakalan tetep sendirian disana, dan gak bakalan ada yang jagain lo." Ucapan Jaka mulai membuatnya resah, merasa bimbang dengan pilihannya.

Marissa mulai merasa sungkan dengan keluarga Rossa, hidup menumpang seperti gelandangan membuatnya merasa menjadi orang asing dan mengganggu kehidupan apik milik keluarga Rossa. Banyak hal yang seharusnya bisa keluarga itu lakukan bersama tapi malah terhalang hanya karena ada dirinya disana, takut menyinggung atau malah membuatnya terganggu, malah sebenarnya ia yang mengganggu keluarga tersebut.

Berusaha sebisa mungkin tegar untuk kemabli pulang dan mulai berhasil, keinginan itu ada hanya karena sebuah berita perampokan besar yang ia baca di internet tentang rumah kosong yang ditinggal penghuninya liburan dan dirambok segerombol maling handal. Pulang liburan bukan senang malah rugi milyaran rupiah.

Tapi, Jaka malah meruntuhkan keyakinan itu hanya dalam satu kalimat pertanyaan.

"Jangan gitu, gue takut dimaling orang beneran tau."

"Ya ayo kalo mau pulang, besok balik sekolah gue anterin kerumah."

"Tapi gue takut sendirian disana, Jaka. Gimana dong?"

"Mau gue temenin?"

Pertanyaan itu seolah menarik seluruh fokus Marissa sesaat, sebelum..

"Kalo digrebek pak RT terus dinikahin paksa jangan nyalahin gue tapi."

"Monyet lo."

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!