Bab 20 : Worry

Jaka selaku ketua kelas dengan senantiasa melakukan tugasnya dengan baik didalam kelas, seperti menertibkan teman – temannya atau menegur mereka jika sudah mulai mengganggu kelas lainnya saat jam pelajaran sedang berjalan. Jaka benar – benar serius mengerjakan tugasnya sebagai ketua kelas.

Sedangkan Marissa, ia hanya seorang pelajar biasa yang kali ini sedang berada di jiwanya yang lain. Dulu memang Marissa sangat keras kepala, susah diurus, bahkan tidak ada yang bisa menahannya melakukan banyak hal. Kali jni, semuanya berubah begitu saja hanya karena si ketua kelas.

Satu – satunya Class Clown IPS berhasil ditaklukan dalam waktu beberapa bulan sebelum ujian sekolah akan dilakukan bulan depan. Jaka berhasil merubah Marissa, tapi tidak berhasil mempertahankan kesetiaannya dengan Pak Fino. Demi keselamatan dan kenyamanan hidup Marissa, ia rela jika suatu saat nanti Pak Fino melakukan hal buruk terhadap dirinya hanya karena balas dendam.

Yang pasti Jaka tidak mendukung perilaku buruk seorang manusia, ia ingin mendukung siapa yang benar dan perlu dukungan dan bantuannya.

Marissa.

“hari ini ada rencana kemana?” tanya Jaka saat berhasil mengambil kesempatan di jam kosong yang terjadi karena guru sedang rapat diruangan mereka.

Marissa menoleh dan menunjukkan sebuah foto kepada Jaka diponselnya, “mau beli ini, sama Rossa.”

“ke mall?” Marissa bergegas mengangguki pertanyaan Jaka, “berdua aja?” tanyanya lagi dan juga diangguki oleh Marissa.

Entah kenapa Jaka bukannya santai malah pusing dibuatnya, ia menghela napas sembari menatap Marissa cemas. Marissa menatap Jaka heran, ia mengangkat bahunya berusaha bertanya kepada Jaka apa yang membuatnya menghela napas segitu beratnya. Nihil, Jaka hanya menatapnya cemas tanpa mengatakan apa – apa dan itu membuat Marissa kesal setengah mati. Ia memukul bahu Jaka keras berusaha membangunkan dan menyadarkan Jaka dari lamunannya yang sudah berjalan hampir 2 menit lamanya.

“Sa, sakit tau.” Keluhnya mengeluh pundak yang jadi sasaran pukulan Marissa barusan.

“salah sendiri ngelamun, lo kenapa, monyet?” Umpatnya kesal.

“gak mau sama gue aja?” lagi – lagi sebuah pertanyaan muncul dari mulut Jaka, “kenapa sih? Emang kalo sama lo bedanya apa sama kalo gue berangkat bareng Rossa?” seru Marissa membuat Jaka berpikir keras.

Kali ini Jaka bukan main kepikirannya, ia ingin Marissa pergi bersamanya saja daripada harus bersama Rossa dan kejadian lama kembali terulang. Dulu ia bisa langsung menyusul dan membantu mereka, tapi sekarang? Kalau bisa ya, syukur, tapi kalo tidak bisa? Jaka harus bagaimana? Membiarkan Marissa dalam bahaya dan disakiti orang?

“ayo, kasih gue alasan yang kuat biar gue mau pergi sama lo daripada sama Rossa.”

“lo jauh lebih aman kalo sama gue, Marissa.”

“Kalo sama Rossa gak aman gitu? Bahaya?”

“Iya, banget. Lo harus percaya sama gue dan biarin gue pergi sama lo, ya?”

Harap – harap Marissa langsung mengangguk dan mengiyakan keinginannya, tapi Marissa malah menggeleng dan menepuk pelan pundak Jaka.

“sabar ya, kapan – kapan coba lagi. Skill ngerayu lo kurang kuat, gue tetep mau berangkat sama Rossa.”

Jaka kembali menghela napas dan menidurkan kepalanya lemas keatas meja dan tetap menatap kearah Marissa, wajahnya seolah memohon untuk Marissa bergegas berubah pikiran dan mau pergi bersama dirinya dibanding dengan Rossa.

“Ayolah, Sa. Feeling gue dari tadi gak enak banget, sumpah.”

Marissa tertawa kecil mendengar ucapan Jaka, “perasaan lo doang, jangan makin dipikirin biar gak makin kepikiran lonya. Gue baik – baik aja dan Rossa bakalan bawa gue balik dengan aman.”

“kabarin gue ya nanti.”

“Kalo gue udah dirumah?”

“Kalo lo berubah pikiran mau berangkat sama gue aja.”

“Jaka...”

***

“Sevian, jangan pernah bilang ke Marissa kalo saya masih disini, ya.”

Sevian mengangguk mengerti dengan permintaan dari salah satu orang yang kali ini meminta bantuannya untuk menjaga anaknya dari jauh, Bella. Beliau adalah ibu Marissa, yang dibilang sudah meninggal karena kecelakaan tunggal bersama suaminya setahun yang lalu namun ternyata masih bisa bernapas dengan baik dan bahkan bisa memantau kehidupan anaknya selama setahun belakangan dibantu dengan Sevian sendiri.

Semua orang mengira beliau sudah hilang dan meninggal karena sejak dulu memang mayatnya tidak pernah ditemukan. Namun, yang sebenarnya terjadi adalah beliau selamat dari kecelakaan dan berusaha bertahan hidup sendirian demi meluruskan semuanya. Beliau menyimpan banyak rahasia besar, salah satunya alasan dibalik adanya kecelakaan yang beliau dan suaminya alami, lalu juga rahasia tentang Marissa sendiri.

“Jaka sudah saya wanti – wanti soal ini dan dia sudah janji sama saya, bu. Kalo misal nanti semya sudah selesai, ibu bisa langsung temui Marissa.” Jelas Sevian.

“terus bagaimana? Soal Jaka sama Pak Fino? Masih lanjut?”

“Jaka sudah berhasil lepas dari beliau, bu. Tapi saya kurang yakin soal Pak Fino sendiri, takut – takut beliau melakukan hal – hal diluar perkiraan kita selama ini.”

Bella tertawa kecil mendengar ke khawatiran Sevian terhadap manusia itu, “sudah pasti, itu gak bakalan bisa dihindari. Tapi setidaknya kita bisa siap – siap dengan hal itu semisal nanti terjadi.”

“Lagipula, dia kali ini gak punya orang dalam yang langsung punya hubungan erat dengan Marissa. Jadi sudah pasti susah untuk ngalahin seorang Marissa tanpa orang dalam, kan?”

Sevian menelan ludahnya susah payah, ingin menahan untuk mengadu tapi hal ini harus segera ia adukan kepada Bella. Banyak hal yang harus dibicarakan lagi dan waktu mereka tidak banyak untuk sekedar bertemu disebuah resto seperti ini, Sevian harus segera menjelaskan apa yang mau ia bicarakan.

“Bu, tapi sebenarnya, Pak Fino berhasil bekerja sama dengan Dinda.”

Sudah pasti, berita itu membuat Bella kaget bukan main. Bagaimana bisa seorang Dinda, notaben anak kandungnya sendiri bisa bekerja sama dengan Fino untuk menyerang Marissa dan mendukung niat buruk Fino selama ini. Ia pikir Dinda akan diam di Paris dan tidak akan kembali lagi sekalipun ia mati.

“kamu bercanda ya?”

“Saya serius, bu. Saya dapat informasi ini langsung dari orang terpercaya yang memang punya hubungan sedarah dengan suami dari beliau sendiri.” Jelas Sevian mencoba membuat Bella percaya akan ucapannya.

“Gimana bisa? Kenal dari mana? Dia saja gak tau soal Fino dan Marissa dulu, gimana bisa mereka malah kerja sama?”

“banyak kebetulan yang bisa saja terjadi dikeadaan mereka yang sama – sama mau merampas apa yang Marissa kuasai sekarang, bu. Itu pasti terjadi.”

“benar juga, sebaiknya kita fokus jaga Marissa sekarang.”

“Sudah pasti, saya pastikan Marissa akan aman bersama Jaka dan dalam pantauan saya seterusnya. Rencana sudah dibuat sejak awal, bu, tinggal eksekusi saja. Saya juga berhasil dapat bantuan dari beberapa orang yang memang handal dalam mengatasi masalah semacam ini sejak lama, Ibu tunggu saja hasilnya dan terima Marissa dengan aman nanti. Saya janji.”

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!