15:30 pm
Dikantor pusat Neptunecorps.
Sesuai schedul Violet hari ini dia akan meeting bersama pihak perusahaan Neptunecorps untuk membahas produk dan kontrak Violet sebagai Brand Ambasador produk mereka.
Mobil yang dia tumpangi sudah berada dipintu depan kantor induk perusahaan tersebut. Ada banyak wartawan berada disekitar tempat itu.
"Pak. Mereka ada disini. Amankan Violet dari mereka." ucap Uci pada dua bodyguard yang disewa oleh Lisa.
"Siap bu." jawab seorang diantara mereka.
"Emang ada event apa disini mbak kok banyak sekali wartawan?"
"Sudah abaikan mereka. Kamu bersiap-siap, nanti begitu turun dari mobil kamu harus berjalan cepat masuk kedalam gedung itu. Jangan memberikan tanggapan apapun atas pertanyaan mereka." Uci mewanti-wanti Violet.
"Loh memangnya kenapa? Bukannya sebagai BA aku harus mengadakan promo produk mereka dengan baik untuk mempermudah market mereka? Menjawab pertanyaan wartawan seputar produk akan membantu penjualan produk mereka. Bukannya itu menjadi tugasku nanti?"
"Sudahlah Vio, sekali ini saja tolong percaya sama mbak Uci dan kakakmu. Oke? Lagipula kamu mau menjawab apa, kamu bahkan belum detil mengenai produk itu."
Violet menganggukkan kepalanya meskipun sebenarnya dia merasa sangat aneh.
Beberapa scurity dari pihak perusahaan membantu mengamankan dan memberi jalan untuk Violet masuk.
Bodyguard sudah bersiap didekat pintu mobil Violet. Begitu Violet keluar dari mobil banyak wartawan mengambil gambar dan merekam dirinya.
"Violet, bagaimana tanggapanmu dengan berita yang sedang hangat saat ini?"
"Violet, apakah kamu menjadi brand ambasador Neptunecorps ada hubungannya dengan kedekatanmu dan CEOnya?"
"Violet, tolong sedikit komentarnya tentang pemberitaan yang sedang trending saat ini?"
"Violet, apakah hubungan kalian akan serius?"
Para paparazi terus menghujani Violet dengan pertanyaan. Tapi satupun tidak ada yang dijawab, Violet hanya memberikan senyuman manisnya dan melambaikan tangan menyapa mereka sambil buru-buru masuk kedalam gedung.
"Mbak Uci apa maksud mereka tadi?" tanya Violet penasaran.
"Biasalah. Mereka wartawan infotainment kalo gak bikin gosip mereka gak laku."
"Ha ha haa... Bisa aja mbak Uci."
Seorang wanita cantik menyambut mereka.
"Selamat sore. Kenalkan saya sindy, sekretaris Mr. Kay."
"Selamat sore. Bukankah sekretaris Kay adalah Mark?" tanya Violet binggung.
"Saya sekretarisnya khusus dikantor pusat ini saja bu. Sedangkan Mr. Mark adalah sekretaris yang menghandle semua bisnis Mr. Kay." jelas Sindy. Violet manggut-manggut.
Sindy membawa mereka naik lift ke lantai teratas gedung itu.
Lalu sampai pada ruangan yang sangat menyejukkan pandangan mata. Ruang meeting yang didominasi warna putih dan berbagai jenis tanaman hias hijau yang tampak terawat.
Meja kaca yang sangat besar dan kursi kayu berjejer rapi mengelilingi meja tersebut.
"Nona Violet, mari saya antar ke ruang tunggu. Karena Mr. Kay masih dalam perjalanan. Mungkin akan tiba 1 jam lagi."
"1 jam? Huuh lama sekali." grutu Violet.
"Maaf nona atas keterlambatannya. Mari saya antar supaya nona bisa istirahat dengan nyaman." kemudian Sindy memandu Violet dan Uci kesebuah ruangan yang tidak kalah nyaman dari tempat meeting tadi. Sebuah ruangan dengan tirai putih, Beberapa lukisan didinding, sofa panjang yang dilihat dari bahannya saja sudah bisa dipastikan sangat lembut dan empuk, juga sebuah ranjang disudut ruangan itu.
"Ini kamar siapa?"
"Ini ruang santai Mr. Kay jika dikator. Tadi beliau berpesan jika nona Violet sampai duluan maka disuruh menunggu disini sampai nanti meeting dimulai."
"Humm begitu? Baiklah, ini tidak buruk."
"Nona, disana ada kulkas jika nona ingin minum atau yang lainnya ada disana. Jika perlu hot drink nanti biar diantar kemari. Apa nona memerlukan sesuatu yang lain?"
"Tidak, terima kasih."
"Sama-sama nona. Kalau begitu saya permisi dulu. Selamat beristirahat." kemudian Sindy meninggalkan Violet dan Uci.
"Vio, kamu istirahat dulu. Aku mau masih ada keperluan. Nanti kalau sudah selesai aku akan kembali kesini."
"Oke." jawab Violet singkat sambil menganggukkan kepalanya.
Violet berjalan mendekat jendela kaca ruangan tersebut. Tampak pemandangan kepadatan kota dari atas.Tiba-tiba bayangan pertemuan pertamanya dengan Kay kembali melintas dalam ingatannya.
Saat bibir lembut Kay dan aroma mint nafasnya masih terasa dibibirnya. Violet mengusap lembut bibirnya yang masih memiliki sisa rasa sentuhan bibir Kay. Kemudian ingatannya kembali pada moment dimana Kay memasangkan cincin dijari manisnya yang sekarang masih dia pakai.
"Aku harus melepas cincin ini. Jika dia melihat aku masih memakainya nanti dia bisa berikir kalau aku menerima semua perlakuannya yang seenak hatinya sendiri itu.
Tapi kemarin dia berpesan kalau aku tidak boleh melepasnya, jika aku melepasnya dia akan marah dan menghukumku.
Akh masa bodoh dengan ancamannya. Memang dia pikir dia bisa mengaturku dengan ancamannya? Lagipula dia tidak akan berani kurang ajar lagi padaku karena disini ada mbak Uci juga meeting dengan banyak orang." batin Violet.
Violet akhirnya memutuskan untuk melepas dan menyimpan cincin itu didalam tasnya.
"Huuuft lama sekali. Aku capek." keluh Violet sudah mulai bosan.
Tubuh letihnya dia sandarkan pada sofa lembut yang membawanya pada mimpi indah.
30 menit kemudian.
Kay masuk keruangan dimana Violet menunggunya. Kay melihat Violet tertidur pulas, kemudian Kay menghampirinya.
Kay memperhatikan wajah cantik Violet saat tidur.
"Sangat cantik, luar biasa." batin Kay.
Tangannya menyingkirkan beberap helai rambut Violet yang menghalangi pandangannya.
Dug.. dug... dugg...
Tiba-tiba jantung Kay berdetak melemah.
"Aaaakhhh..." keluh kay menekan suaranya agar tidak membangunkan Violet.
Kay membuka kancing kemeja putihnya,
tampak kulit dadanya memerah membentuk pola seperti api.
Kay kemudian mengatur nafasnya dan merasa lebih baik.
Kay kembali melihat wajah Violet.
"Tolong aku Violet." bisiknya sangat pelan.
Kay tidak tega melihat posisi tidur Violet, kemudian menggendong dan menidurkannya diranjang yang ada dipojok ruangan tersebut.
Setelah menidurkan Violet diranjang Kay duduk ditepi ranjang tersebut sambil kembali mengamati wajah cantik Violet.
1 Jam kemudian.
Violet membuka matanya.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa..." teriak Violet kaget melihat Kay sedang menatapnya.
"Kau...! apa yang kamu lakukan?" tanya Violet marah.
"Aku duduk saja menunggumu bangun."
"Tadi.. tadi aku ketiduran disofa kenapa sekarang ada disini?" tanya Violet gugup.
Aku yang memindahkanmu.
"Lancang!" teriak Violet penuh amarah.
"Vi, mestinya kamu berterima kasih padaku sudah mau susah payah menggendong dan memindahkanmu disini. Karena jika tidak aku yakin lehermu saat ini sudah sulit untuk bergerak."
"Aku tidak memintanya jadi jangan berharap aku akan berterima kasih padamu. Dasar laki-laki mesum!"
"Apa? Kamu bilang aku mesum? Memang perbuatan mesum apa yang aku lakukan padamu tadi sampai kamu mengatai aku mesum?" tanya Kay tidak terima dengan tudingan Violet.
"Ya kamu mesum. Laki-laki mesum!" ulang Violet dengan nada lebih tinggi.
"Kamu mengatakan aku mesum lagi? Sekali lagi kamu bilang aku mesum, aku bisa marah Violet!" Kay memperingatkan Violet.
"Kenapa marah. Kamu memang mesum. Kay kamu adalah laki-laki mesum!" Violet tidak menggubris peringatan dari Kay.
Selesai Violet mengucapkan makiannya Kay memegang kedua bahu Violet mendorong tubuhnya sampai kembali terbaring diranjang.
"Kamu bilang aku apa? Mesum? Padahal tadi aku tidak melakukan hal mesum apapun padamu. Sekarang aku akan melakukan hal mesum padamu supaya tuduhanmu itu menjadi benar, aku tidak suka tuduhanmu itu. Daripada hanya sebatas tuduhan lebih baik jika aku memang benar-benar melakukan hal mesum kepadamu." selesai Kay dengan kalimatnya bibirnya langsung melahap bibir Violet dengan rakus.
"Emmpphh.. eemmpphh.."
Violet mencoba melepaskan ciuman Kay tapi gagal. Tenaganya kalah besar dibandingkan tenaga Kay.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments