Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–

08 Maret 2023

SEKARANG pukul dua pertiga malam. Diluar, kota masih terang benderang. Menyisakan para pekerja kantoran yang lembur. Separuh penduduk sudah terlelap di kasur. Separuh yang lain sedang beroperasi dalam gelap. Seperti pabrik satu ini.

Buk!

Pipa besi melayang ke arahku, meleset, malah mengenai temannya di belakangku. Aku cepat meninju musuh di depan, buk! Tepat di wajah. Jatuh tersungkur.

"Tangkap lelaki itu!"

Rusuh. Belasan tukang pukul mengincarku, baru setengah jam berlalu sejak aku minum teh dengan santai diatas balkon pabrik dengan pemilik pabrik. Bos itu mengamuk setelah kuledakkan persediaan obat-obatan mereka di tengah pabrik. Nona Luxia yang menyuruh, kini tugasku adalah keluar dari pabrik berukuran stadion bola ini. Aku tak di izinkan untuk membunuh seorang pun oleh Nona. Ugh, ini merepotkan. Karena itu aku bertarung dengan tangan kosong tanpa azimat dan pedang sihir.

Buk!

Hiraukan bau asap obat yang semakin pekat, pintu pabrik masih tertutup tidak membiarkanku keluar. Dor! Aku menembak propeler pintu besi pabrik. Membuat pintu itu terbuka lebar keatas. Peluru mendesing mengarah kepalaku, mengelak, peluru itu mengenai udara kosong.

Aku mengambil nafas dibalik kontainer terbakar sejenak. Oh ya, pabrik ini disamping pelabuhan omong-omong. Karena itu mereka mudah menyelundupkan obat-obatan dari luar maupun dalam negeri.

TRA TATATATAT!

Peluru senapan api memuntahkan tembakan. Mengenai tembok kontainer. Sesekali berhasil tembus. Setelah menghitung angka musuh, hanya tersisa belasan. Baiklah, mari kita selesaikan dengan cepat.

Aku menengok, mengacungkan pistol. Dor!Dor!Dor! Tiga terkapar dalam sekejap. Tembakan ku tepat mengenai pelipis, membuat mereka pusing lalu terjatuh. Hei, aku masih menaati perintah Nona. Jika beruntung mereka tidak akan mati karena pendarahan itu.

"Tembaki kontainer itu!"

TRA TATATATAT!

Ups, kembali bersembunyi. Oke, ini semakin menegangkan. Dari pandanganku hanya tersisa sepuluh lagi. Mereka berjalan perlahan mendekat.

Aku melemparkan sebuah kertas jimat kesamping.

"Flash!"

BANG!

Sekejap cahaya membutakan mata. Lawan kesusahan melihat. Cukup satu magazin pistolku untuk menembak sepuluh peluru. Dor!Dor!Dor! Sepuluh orang jatuh tersungkur dengan luka di pelipis. Baiklah, beres. Bos mereka sudah kabur begitu aku meledakan sumber penghasilannya. Entah kemana, tapi itu bukan urusan ku. Aku mencoret daftar keenam dari tujuh pabrik.

Sembilan jam yang lalu hanya ini kerjaanku. Memeriksa isi pabrik, jika berkaitan dengan obat-obatan dan bisnis gelap, Nona Luxia menyuruhku untuk membereskannya. Jika pabrik biasa yang masih dibatas wajar, maka abaikan. Rata-rata bos preman yang menguasai pabrikan seperti ini.

Hujan gerimis membasuh permukaan sekarang. Diluar, air becek menggenang. Sudah enam pabrik dari pelanggan An. Aku masih belum dapat petunjuk tentang organisasi gelap yang dipimpin oleh Fuchai. Arch Witch kuno yang merencanakan bencana besar pada malam berdarah nanti. Tugasku disini mencari missing puzzle yang kurang lengkap. Yaitu, antek-antek manusia yang mendukung raja terkutuk itu. Yah, dugaanku mereka menggunakan obat-obatan untuk manusia agar mereka berani mengorbankan nyawa pada rencana tertentu. Seperti penyerangan keluarga Tao kemarin, orang-orang berbaju hitam itu nekat sekali menyerang. Tak peduli nyawa.

Aku menepuk jas hitamku yang kotor terkena debu dan asap. Ini berarti, tersisa satu pabrik lagi. Baiklah, semakin cepat semakin baik. Aku kembali menaiki taksi yang setia menungguku semenjak awal aku menaiki taksi itu. Supir taksi itu tampak tak peduli dengan apa yang aku lakukan, melihat pabrik meledak itu sudah seperti biasa saja. Atau itu memang etika seorang supir. Apapun itu, dia akan menutup mulut setelah kuberi segepok uang kertas.

"Kita menuju kemana Tuan?" Bertanya sopan.

Aku memberi koordinat selanjutnya. Supir itu mengangguk, menyalakan mobil, menekan pedal gas.

"Bagaimana dengan kali ini Manajer Jianying? Ada kaitannya dengan organisasi gelap?" Luxia bertanya lewat alat komunikasi canggih di telingaku. Kotak kecil berhologram dari An sudah kuberi pada Nona Luxia. Dipindai. Lantas, semua isi kotak itu berpindah ke pandangan ku. Seperti quest game. Terpampang disamping atas.

"Buntu. Itu hanya preman bandar ngobat lainnya. Organisasi gelap itu belum tentu menggunakan obat-obatan untuk anak buahnya. Jika daftar pabrik berikutnya masih sama, aku akan segera pindah ke kota selanjutnya." Aku memberi laporan. Menatap datar perkotaan yang menyala terang. Lengang.

"Kerja bagus, Manajer Jianying. Kamu bisa ambil rehat sejenak. Aku sedang mencari info lainnya mengenai organisasi gelap itu. Sedikit tambahan, tampaknya An Haocun memang bersih dengan keterkaitan anak buah Fuchai. Dia Hunter mata duitan biasa." Suara lembut Luxia terdengar jelas. Jam segini pun Nona masih belum mengambil istirahat. Sibuk mencari petunjuk.

Aku mengangguk, walau aku tahu Nona Luxia tidak melihatnya. "Hâo, terima kasih atas pujiannya." Lantas, alat komunikasi canggih itu terputus. Aku masih menatap keluar jendela. Sepi.

"Pekerjaan Tuan sangat keras, ya? Apa Tuan sudah makan malam?" Kang Supir bertanya, basa-basi.

Aku menggeleng. "Aku tidak ingat waktu makan."

"Dengan kerendahan hati saya, bolehkah saya menawarkan sebuah restoran. Tuan bisa rehat sejenak disana." Kang Supir sopan menawarkan. Hmm, setidaknya membuat perutku terisi juga penting. Baiklah.

"Silahkan."

Tukang supir mengangguk semangat. Mobil kemudian mampir sejenak ke restoran cepat saji. Walau sudah lewat larut malam, tempat itu masih buka. Aku masuk ke dalam. Sepi. Tak ada satupun pengunjung dalam restoran. Pemilik restoran menyambut begitu aku masuk.

"Selamat malam, silahkan Tuan memilih hidangan menu." Wanita cantik berkacamata itu ramah menyambut pendatang. Aku mengambil tempat duduk. Ini restoran kecil yang hangat. Banyak menu khas tersedia disini. Aku memilih makanan berat.

"Baiklah, harap tunggu sebentar."

Tukang Supir tadi ikut duduk di sampingku. Membuka topi birunya. Eh, Tunggu ...

"Malam ini sangat sibuk bukan, Tuan Jianying? Aku pesan yang sama nona!"

An? Dia sedari awal menyamar menjadi tukang supir? Aku tidak menyadarinya. Alat canggih ini hanya menunjukan data seorang tukang supir biasa saat pertama kali bertemu. Dan juga, intonasi suaranya berbeda dengan tukang supir taksi barusan.

"Apa yang kau lakukan, heh? Bermain mata-mata? Kau bilang tidak bisa membantu lebih." Aku meliriknya sinis. Dia bermain-main ternyata.

"Tehee~ Sudah menjadi kebiasaanku untuk ingin tahu. Lagipula, kau dalam misi rahasia untuk menyelamatkan dunia bukan? Biarkan aku ikut. Aku ingin menebus kesalahanku." Mata An berbinar-binar menatapku. Ugh, pria seumuran ku ini sangat menyebalkan. Jadi, selama ini dia hanya menontonku beraksi, menghancurkan pengedaran obat-obatan nya seperti film aksi di televisi? Apa maunya pria satu ini? Tanganku gatal ingin menjitak wajahnya yang sedang tersenyum tipis.

Aku mengangkat bahu, terserah.

Mi kuah jumbo dengan kuah kental siap saji. Aku mengambil sumpit, makan perlahan. Menyesap kuah hangat. Lima menit, mangkuk tandas. Aku segera membayar pada pemilik restoran. An buru-buru menyusul.

"Kau tak bisa rehat sejenak Jianying. Istirahat itu penting loh." An mengekor di belakang. Aku masuk ke dalam mobil. Karena sudah tahu ini mobil An, aku mengambil kursi kemudi. Mengunci seluruh pintu. Tak membiarkan pria picik itu masuk.

"Hey! Kau tampaknya masih marah padaku Jianying." An berisik mengetuk-ngetuk jendela mobil. Aku menurunkan kaca mobil. Menatapnya datar.

"Jalan kaki, kau punya kaki kan?" Lantas menginjak pedal gas. Tak peduli, meninggalkan An di restoran. Melirik kaca spion. Dia benar-benar serius mengejarku. Berlari sekuat tenaga.

Cekriit ...

Aku menginjak pedal rem. Menubruk An yang berlari kencang. Buk! Bumper belakang sedikit penyok.

"Hah, kau benar-benar serius Jianying. Nona Luxia yang menyuruhku ... Hah ... Jika tidak, jabatan dan posisi ku akan dilepas paksa. Ayolah, biarkan aku masuk Jianying." An menahan jendela kaca dinaikan. Memasang wajah memelas. Aku menatapnya tajam seperti menatap sampah.

"Tidak." Menginjak pedal gas kencang. An dibelakang meneriakiku sembari berlari.

Sepuluh menit kemudian, pabrik terakhir dari daftar. Aku tiba dibagian pelabuhan Shanghai barat. Kali ini dengan pabrik yang luas, lapangan dipenuhi tumpukan kontainer, dermaga kapal-kapal besar siap bersauh. Banyak orang-orang sibuk berlalu lalang disini. Mengangkat barang. Tubuh mereka berisi dan berotot. Juga tato semacam rune terlihat jelas di lengan mereka.

"Hey! Jianying, kau sangat tidak punya hati. Jahat sekali meninggalkan rekan tersayang begitu saja." An terngos-ngos capek. Berdiri di sampingku. Aku meliriknya jijik. Siapa yang sudi menganggapnya rekan? Batinku.

"Cepat angkat! Tuan muda butuh obat lebih banyak untuk persiapan nanti!" Suara pecut terdengar menggelegar. Seorang pria kekar, dengan perawakan seperti preman, menggunakan masker berduri besi–entah apa gunanya–meneriaki anak buahnya. Menyuruh mereka bergerak cepat mengangkat kotak seberat puluhan kilogram. Sepertinya mereka hanya pegawai buruh biasa. Lihat wajah letih yang terpaksa itu. Menyedihkan.

Tut Tuuut ...

Suara kapal besar mendekat. Memasang jangkar di pelabuhan.

"Wow, kapal bagus." An sibuk sekali berusaha memotret dengan kamera ponselnya. Jepret sana, jepret sini. Berisik.

"Diam An! Kau memancing perhatian musuh." Seruku, ketus. Menariknya ke balik tembok pabrik.

Kebetulan salah satu tukang pukul sedang berpatroli. Lewat tepat didepan kami. Sebelum tukang pukul itu berseru, An langsung menangkapnya dengan tali kawat. Mencekiknya. Terkapar pingsan. Kami membawa badannya sembunyi-sembunyi kedalam pabrik. Melemparnya sembarang.

Kami kembali ke balik tembok pabrik, mengintip.

Pria muda berambut panjang hitam, berkulit pucat, bermata merah bak monster, dengan jubah hitam besar. Suara dia berbicara seakan mendengar sesuatu dari lubang dalam nan gelap. Demi melihat sosoknya dengan jelas di kacamata ku. Aku mengepalkan tangan hingga berdarah, menahan rasa emosi yang membuncah.

Plak!

Ringan tangan An menampar pipiku. Pelan saja, namun itu membuatku kembali tersadar. Pikiranku kembali jernih.

"Hawa membunuhmu menguar kemana-mana, Jianying. Fokus. Nona menyuruh kita mencari informasi, bukan membunuh." ucap An tegas. Kali ini dia benar. Alasan tidak harus membunuh, karena bisa menciptakan konflik masyarakat dengan agensi Hunter. Walau Agensi Hunter memiliki kuasa, tetap saja hukum tertinggi dimiliki pemerintah pusat. Hukum kejahatan selain sihir diserahkan pada pihak berwajib. Kami hanya berhak mengambil tindakan ketika kasus itu sudah masuk dalam kategori berwenang Agensi. Contohnya didepan mataku ini. Penyihir, merekalah tanggung jawab kami.

Aku bersiap, memegang dua pistol ditangan. Membenarkan kacamata. An membenarkan sarung tangan berkawatnya. Kawat itu bisa bergetar seperti gerigi cepat dengan sihir uniknya. Sihir khas An adalah Telekinesis. Radius aktifnya sekitar sepuluh meter, namun berbahaya. Dalam satu kejapan, An bisa memutus tangan seseorang tanpa jejak dengan benang kawat tajam itu.

Aku memberi isyarat, kau ke kanan, aku ke kiri. An mengangguk, mengacungkan jempol. Kami berpisah diam-diam. Menjaga suara langkah sesenyap mungkin. Aku merekam aktivitas pria muda pucat tersebut. Setelah melihatnya lebih dekat, semakin jelas raut wajah pembunuh kakakku. Tidak salah lagi, memang orang itu yang selama ini aku cari. Geram rasanya, jantungku berdegup, mengatupkan rahang keras. Sabar, aku harus melaporkan ini pada Nona Luxia.

TRANG!

Disisi kanan sana, An sudah mulai merusuh. Riuh teriak tukang pukul berkumpul. Dia tampaknya tidak sengaja menjatuhkan pipa besi yang tergeletak sembarang. Segera, senjata api bermain peran. An dalam keadaan terdesak setelah menebas beberapa leher dalam sekejap.

Aku keluar dari persembunyian, mulai membantu di sisi kiri. Membuat perhatian tukang pukul terpecah. Sorak saling memberitahu menggema di pelabuhan. Meletus sudah pertempuran besar. Bahkan botol molotov ikut meramaikan suasana. Prang! Prang! Pecah membakar permukaan.

"Di arah kiri!"

Dor! Dor!

Dua puluh tembakan tanpa meleset. Peluruku tepat mengenai dahi. Menembus dalam. Terkapar dua puluh mayat.

TRA TATATATAT!

Mereka balas memuntahkan peluru senapan api. Aku mengeluarkan sebuah kertas jimat. Melemparnya.

"FLASH!"

BANG!

Sekejap putih silau membutakan pandangan sekitar. Membuat para tukang pukul sembarang mengacungkan senjata. Tidak sengaja menembak teman atau hal lain.

"Hey! Hati-hati mengeluarkan sinar!" An berseru protes. Dia tidak sempat menutup pandangan.

Dor! Dor!

Kesempatan! Aku bisa mendekati pria muda pucat tersebut. Aku santai menembaki sisanya di lapang terbuka, berjalan ke arah dermaga kapal besar tadi.

Pria muda itu menyadariku. Lantas, berkomat-kamit sesuatu. Aku segera berlari mendekat. Lima puluh meter jarakku dengannya. Pria muda bermata merah itu mengacungkan tangannya padaku. Angin berhembus sangat kencang ibarat meriam membuatku terpelanting menabrak kontainer besi. Penyok ke dalam. Aku menggeram, menembakan sisa peluruku. Dor! Dor! Peluruku melayang di udara, berhenti tepat di depan mata pria muda tersebut.

"Requiem."

Satu kata, semua orang yang baru saja menjadi mayat tadi, kembali bangkit berdiri. Rune tato di lengan mereka menyala gelap. Lantas, seperti mayat hidup menyerangku. Aku bangkit berdiri. Abaikan pakaian jas kotor dan basah. Aku me-reload magazin pistol. Menembak cepat mayat-mayat yang kembali hidup.

"Yuuhuu, zombie!" An berseru semangat, memutilasi mayat-mayat hidup.

"An! Kejar orang itu! Kemungkinan dia salah satu penyihir bawahan Arch Witch!"

"Hah, ini merepotkan." An menggunakan benang kawatnya menempel pada besi alat pengangkut kontainer. Melompat tinggi, berayun penuh gaya, seperti seekor laba-laba. Memutus leher mayat hidup yang dia lewati.

Sepuluh meter, An bersiap menerkam. Mengendalikan jaring kawatnya, hendak memutilasi lawannya.

Bum!

An terpental lima puluh meter terkena hantaman meriam angin. Meringis, memegang perutnya yang sakit.

"Ugh, sepertinya aku mual Jianying." An memuntahkan semua makanan yang baru saja dia makan. Ugh, menjijikan.

Aku sibuk menembaki mayat-mayat yang kembali hidup. Melewati celah kepala mayat hidup, aku berusaha menghalangi pria pucat itu naik kapal. Dor! Peluruku sama sekali tidak tembus. Berhenti tepat di depan matanya. Aku mengeluarkan sebuah jimat. Berseru.

"BLAZE!"

Puluhan bola api besar melesat mengenai pria muda itu telak. Hanya asap hitam mengepul, pria muda itu melenggang menaiki tangga kapal. Tidak memedulikan keadaan yang semakin riuh. Tidak, aku tidak akan membiarkan pria pucat itu lari. Saatnya menggunakan itu.

Pedang waktu Goujian.

Keluar dari sarung pedang, waktu seakan berjalan lambat. Aku berlari cepat mengejar sebelum pria muda itu masuk kedalam kapal. Menebas semua orang yang menghalangi. Tak peduli pedang dan tangan bersimbah darah. Satu meter aku berhasil menyusul. Hendak mengayunkan pedangku. Dia menggumamkan sesuatu. Mengacungkan tangannya. Tak terpengaruh sihir waktu.

"Ini belum saatnya."

Bum!

Aku terhempas sejauh seratus meter, mendarat jatuh ke dalam laut. Tenggelam. Termakan hanyut air gelap nan dingin.

"Jianying!"

***

Terpopuler

Comments

Ayanagi Souma

Ayanagi Souma

hehe lupa

2024-02-18

0

Filanina

Filanina

sebenarnya apa maksudnya tadi tidak boleh membunuh?

2024-02-18

0

Filanina

Filanina

lah, tadi dibunuh 1

2024-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1 –[ Agensi Hunter 01 ]–
3 Chapter 2 –[ Agensi Hunter 02 ]–
4 Chapter 3 –[ Agensi Hunter 03 ]–
5 Chapter 4 –[ Zhàn dòu 01 ]–
6 Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–
7 Chapter 6 –[ Zhàn Dòu 03 ]–
8 Chapter 7 –[ Sihir dan Penyihir 01 ]–
9 Chapter 8 –[ Sihir dan Penyihir 02 ]–
10 Chapter 9 –[ Sihir dan Penyihir 03 ]–
11 Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–
12 Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–
13 Chapter 12 –[ Liburan? ]–
14 Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–
15 Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–
16 Chapter 15 –[ Investigasi Rahasia 01 ]–
17 Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–
18 Chapter 17 –[ Investigasi Rahasia 03 ]–
19 Chapter 18 –[ Lucifer 01 ]–
20 Chapter 19 –[ Lucifer 02 ]–
21 Chapter 20 –[ Simposium ]–
22 Chapter 21 –[ Pesan Terakhir ]–
23 Chapter 22 –[ Hunter Tamer ]–
24 Chapter 23 –[ Pertandingan Evaluasi 01 ]–
25 Chapter 24 –[ Pertandingan Evaluasi 02 ]–
26 Chapter 25 –[ Pernyataan Perang ]–
27 Chapter 26 –[ Mata-Mata Ganda ]–
28 Chapter 27 –[ Lao Tzu 01 ]–
29 Chapter 28 –[ Lao Tzu 02 ]–
30 Chapter 29 –[ Lao Tzu 03 ]–
31 Chapter 30 –[ Memento Mori ]–
32 Chapter 31 –[ Fang Tzu ]–
33 Chapter 32 –[ Gerbang Gehenna ]–
34 Chapter 33 –[ Transmigrasi Jiwa ]–
35 Chapter 34 –[ Bintang Aries ]–
36 Chapter 35 –[ Yohan ]–
37 Chapter 36 –[ Kebangkitan Raja Kuno 01 ]–
38 Chapter 37 –[ Kebangkitan Raja Kuno 02 ]–
39 Chapter 38 –[ Kebangkitan Raja Kuno 03 ]–
40 Chapter 39 –[ Kebangkitan Raja Kuno 04 ]–
41 Chapter 40 –[ Kebangkitan Raja Kuno 05 ]–
42 Chapter 41 –[ Kebangkitan Raja Kuno 06 ]–
43 Chapter 42 –[ Kebangkitan Raja Kuno 07 ]–
44 Chapter 43 –[ Ketenangan Sebelum Badai 01 ]–
45 Chapter 44 –[ Ketenangan Sebelum Badai 02 ]–
46 Chapter 45 –[ Ketenangan Sebelum Badai 03 ]–
47 Chapter 46 –[ Shanghai dan Hong Kong 01 ]–
48 Chapter 47 –[ Shanghai dan Hong Kong 02 ]–
49 Chapter 48 –[ Shanghai dan Hong Kong 03 ]–
50 Chapter 49 –[ Kutukan Dan Pembalasan 01 ]–
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1 –[ Agensi Hunter 01 ]–
3
Chapter 2 –[ Agensi Hunter 02 ]–
4
Chapter 3 –[ Agensi Hunter 03 ]–
5
Chapter 4 –[ Zhàn dòu 01 ]–
6
Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–
7
Chapter 6 –[ Zhàn Dòu 03 ]–
8
Chapter 7 –[ Sihir dan Penyihir 01 ]–
9
Chapter 8 –[ Sihir dan Penyihir 02 ]–
10
Chapter 9 –[ Sihir dan Penyihir 03 ]–
11
Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–
12
Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–
13
Chapter 12 –[ Liburan? ]–
14
Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–
15
Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–
16
Chapter 15 –[ Investigasi Rahasia 01 ]–
17
Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–
18
Chapter 17 –[ Investigasi Rahasia 03 ]–
19
Chapter 18 –[ Lucifer 01 ]–
20
Chapter 19 –[ Lucifer 02 ]–
21
Chapter 20 –[ Simposium ]–
22
Chapter 21 –[ Pesan Terakhir ]–
23
Chapter 22 –[ Hunter Tamer ]–
24
Chapter 23 –[ Pertandingan Evaluasi 01 ]–
25
Chapter 24 –[ Pertandingan Evaluasi 02 ]–
26
Chapter 25 –[ Pernyataan Perang ]–
27
Chapter 26 –[ Mata-Mata Ganda ]–
28
Chapter 27 –[ Lao Tzu 01 ]–
29
Chapter 28 –[ Lao Tzu 02 ]–
30
Chapter 29 –[ Lao Tzu 03 ]–
31
Chapter 30 –[ Memento Mori ]–
32
Chapter 31 –[ Fang Tzu ]–
33
Chapter 32 –[ Gerbang Gehenna ]–
34
Chapter 33 –[ Transmigrasi Jiwa ]–
35
Chapter 34 –[ Bintang Aries ]–
36
Chapter 35 –[ Yohan ]–
37
Chapter 36 –[ Kebangkitan Raja Kuno 01 ]–
38
Chapter 37 –[ Kebangkitan Raja Kuno 02 ]–
39
Chapter 38 –[ Kebangkitan Raja Kuno 03 ]–
40
Chapter 39 –[ Kebangkitan Raja Kuno 04 ]–
41
Chapter 40 –[ Kebangkitan Raja Kuno 05 ]–
42
Chapter 41 –[ Kebangkitan Raja Kuno 06 ]–
43
Chapter 42 –[ Kebangkitan Raja Kuno 07 ]–
44
Chapter 43 –[ Ketenangan Sebelum Badai 01 ]–
45
Chapter 44 –[ Ketenangan Sebelum Badai 02 ]–
46
Chapter 45 –[ Ketenangan Sebelum Badai 03 ]–
47
Chapter 46 –[ Shanghai dan Hong Kong 01 ]–
48
Chapter 47 –[ Shanghai dan Hong Kong 02 ]–
49
Chapter 48 –[ Shanghai dan Hong Kong 03 ]–
50
Chapter 49 –[ Kutukan Dan Pembalasan 01 ]–

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!