Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–

07 Maret 2023

"ORGANISASI BRENGSEK!" Yuze sembarang menebas ke pembatas jalan. Memotongnya.

"Tenang Yuze! Tidak ada gunanya kau melakukan itu." Aku menarik tangan Yuze agar berhenti menebaskan pedang.

Asap hitam masih mengepul tinggi. Kediaman Yuze habis terbakar. Sepertinya, orang-orang berbaju hitam itu memasang semacam peledak setelah mencuri semua pedang sihir. Wajar Yuze tampak sangat marah, karena pedang-pedang sihir itu secara tak langsung adalah harta warisan temurun dari keluarganya. Dia terus-menerus menarik nafas, mencoba tenang.

"Lalu, apa yang akan kita lakukan?"

"Kita akan mengejar mereka. Sebaiknya kita berpindah ke tempat yang lebih nyaman. Sebentar lagi orang-orang akan datang."

Kami bertiga memutuskan duduk sejenak di taman yang terletak tidak jauh dari kediaman Yuze. Mobil-mobil pemadam dan polisi mulai menghambur, mencoba memadamkan api. Wartawan-wartawan berhidung tajam gegas memeriksa TKP. Untungnya mereka tidak sempat melihat kami.

"Saya bisa mengurus berita media. Hanya saja saya tidak mengerti apa rencana organisasi sialan itu. Mereka sangat rakus harta." Yuze menghela nafas panjang. Wajahnya kusut, berbalik saat dia menyambut kami beberapa menit yang lalu.

"Tenang saja Yuze. Aku memiliki sebuah rencana." ucap Luxia tenang, dia sedang menatap sekumpulan orang yang sibuk memadamkan api. Berseru-seru. Sirene pemadam kebakaran meraung. "Namun, sebelumnya. Mari kita ambil satu pusaka terakhir di rumah keluarga Tao. Tempat ini hanya kantor bukan? Rumahmu bukan berada disini, Yuze."

Yuze pelan mengangguk. "Baiklah, mari kita susun rencana disana." Yuze mengeluarkan ponselnya, menelopon seseorang. Nihil, ponselnya sudah diretas. Dia tidak bisa menggunakan ponselnya.

"Organisasi brengsek! Kalian akan membayar harganya!" Membanting ponselnya sangat keras hingga hancur berkeping.

"Manajer Jianying, bisa kamu panggilkan pilot pribadimu? Kita butuh tumpangan menuju lembah."

"Baik Nona." Aku mengeluarkan ponsel, menelepon Fei. Menyuruhnya segera datang ke koordinat yang kuberikan.

Lima belas menit kemudian, Fei sudah melesat menggunakan super jet. Turun ditengah taman. Membuat orang yang tidak sengaja melihat berdecak kagum.

Kami segera naik, lalu berangkat sesuai arahan Nona Luxia. Melesat cepat ke puncak gunung Shenzhen.

Tiba lima menit berlalu, Jet mendarat di halaman depan kuil Phoenix–atau begitu keluarga Tao menyebutnya. Kuil besar sekaligus rumah istana keluarga Tao. Mereka menjadikan kuil itu sebagai salah satu tempat wisata warga. Karena pemandangan yang indah terbentang dibawah sana. Lampu kota menerangi layaknya bintang. Sekaligus pemandangan alam yang asri. Banyak pohon pinus disekitar. Beberapa binatang malam menyambut. Lolongan burung hantu salah satunya.

Seorang pria tua berjubah merah keluar menyambut. Dia ayah Yuze, Zhuang Tao. Awaknya berumur seratus tahun, namun raganya terlihat segar bugar untuk seorang pria tua. Sebuah pedang golok tersampir dipinggangnya. Dia membungkuk hormat ketika melihat kami turun dari pesawat jet. Aku menyuruh Fei kembali ke pangkalan, bersiap menunggu perintah.

"Selamat datang dan selamat malam, Nona Luxia."

"Selamat malam juga Tetua Zhuang. Kami ada urusan mendesak saat ini. Boleh kami masuk?" Luxia balas membungkuk. Meminta izin.

"Tentu, diluar angin sedang berhembus. Silahkan, anggap saja rumah sendiri."

Kami segera masuk kedalam istana kuil. Duduk di teras depan. Banyak tukang pukul yang bersiaga. Pelayan tangkas membawa jamuan untuk tamu. Kedatangan kami memang mendadak, keluarga Tao sudah terbiasa menjamu tamu sedia setiap saat.

Luxia menatap pelayan wanita disamping Zhuang. "Kami akan langsung menuju intinya Tetua Zhuang. Kediaman Yuze baru saja diserang beberapa menit yang lalu. Semua pedang sihir raib tercuri."

Zhuang menatap tajam pada putranya. "Ini mengecewakan Yuze, baru tujuh tahun aku mewariskan pedang-pedang sihir itu padamu. Dan ini hasilnya? Kau sangat mengecewakan Yuze. Bertahun-tahun pedang-pedang itu terjaga bahkan seekor serangga pun tidak ada yang berani masuk. Bagaimana bisa kau lengah Yuze? Sebagai putraku satu-satunya, kau sangat mengecewakan. Bertanggung jawablah atas kejadian ini." Suara berat Zhuang terdengar mengintimidasi. Yuze terdiam seribu bahasa.

Luxia berdeham, "Maaf mengganggu Tetua Zhuang, tapi kami butuh bantuan untuk merebut kembali pedang-pedang sihir berharga itu. Ada hampir dua puluh macam pedang dengan atribut sihir masing-masing. Satu ditangan Yuze, satu milik anda, sisa delapan belas yang berhasil tercuri. Namun, setauku ada satu pedang sihir yang khusus disimpan disini bukan?" Luxia menatap lawan bicaranya serius. Tersenyum.

Zhuang menghela nafas berat. "Pedang sihir itu adalah yang paling berharga bagi kami. Karena itu kami simpan secara khusus disini bukan di kediaman sana. Nona menginginkan pedang Goujian bukan? Pelayan! Tolong ambilkan kotak persegi panjang di depan kuil, cepat!" Pelayan yang disuruh lekas menunaikan perintah tuannya.

"Rencana apa yang Nona miliki untuk menghadapi organisasi gelap itu. Dahulu kala aku juga pernah mengalami hal serupa. Namun, mereka tidak berhasil menembus penjagaan kediaman Tao. Apa yang terjadi disana sehingga mereka berhasil mencuri delapan belas pedang sihir di kediaman?"

Luxia menceritakan secara ringkas kejadian barusan. Zhuang mengangguk mendengarkan.

"Mereka tampak mengincarmu, Nona. Mereka mengetahui posisi Nona yang mendatangi Yuze. Mereka mengumpulkan kekuatan dalam waktu singkat, lalu merencanakan penyerangan. Sekali dayung, dua-tiga pulau terlewati. Musuh kali ini memang cerdas. Kalian tidak merasa sedang diikuti saat dalam perjalanan kesini bukan?"

Luxia tersenyum ganjil. Mengeluarkan sesuatu alat sekecil kancing. "Aku sengaja melakukannya. Mereka sedang mendengarkan. Aku mengambil alat ini dari salah satu mayat saat kejadian tadi. Dan kancing ini, pasti Tetua pun tahu dari baju apa ini." Zhuang terkejut bukan kepalang. Keras wajah tegasnya. Memukul meja keras.

"Ada pengkhianat di dalam kediaman!? Kalian bersiap diluar! Mereka akan menyerang saat ini juga!"

Tepat selesai Zhuang meneriaki tukang pukulnya. Sebuah pesawat meluncur ke arah kami.

BUM! DUAR!

Luxia sudah memasang pelindung lapis tiga. Kami berempat berhasil selamat, tapi tidak dengan sekitar kami. Tukang pukul Zhuang terkena dampak ledakan. Entah kemana mayatnya. Suara tembakan senjata api menyusul dari atas langit. Belasan capung helikopter menembaki kuil dan rumah.

"Yuze! Cepat lindungi keluarga kita didalam!"

Yuze segera mengangguk, melompati meja, membuat berantakan hidangan jamuan, menerobos masuk jendela kaca.

"Jangan khawatir Tetua Zhuang. Sedari tadi aku sedang merapal sesuatu."

Luxia mengangkat tangannya ke atas. Lingkaran sihir biru terang menyala dengan radius satu kilometer terbentuk. Lantas membuat pelindung tipis nan kokoh.

Penyerang dari atas langit tidak bisa masuk. Mereka berhenti menembak. Menurunkan orang-orang berbaju hitam ketat. Lengkap pedang tersampir dan senjata api di tangan. Peperangan meletus. Tukang pukul Zhuang sigap mengambil tindakan, menyerang musuh yang mendekat.

Aku menembaki orang-orang yang gesit berlari mendekat. Tepat sasaran, lima mayat tersungkur. Seratus meter lagi mereka mulai mendekat. Aku sibuk menembak. Zhuang pergi kedalam rumahnya, melindungi istri dan cucunya.

Mereka mengaktifkan suatu aura hitam. Peluruku terpental entah karena apa. Mengeluarkan kertas jimat, berseru.

"BLAZE!"

Puluhan bola api melesat menembaki orang-orang berbaju hitam. Telak. Namun, bukannya terbakar, bagai memakai armor tebal, satu gores pun tidak ada. Orang-orang berbaju hitam itu terus berlari menembus tembakan api. Tidak ada efek. Dua puluh meter lagi.

"Nona, cepat masuk ke dalam!"

Aku masih sibuk berusaha menahan mereka. Tampaknya serangan proyektil tidak mempan. Aku bersiap mengeluarkan pisau, bersiap melakukan pertarungan jarak dekat.

Dua orang berhasil masuk ke dalam. Aku menyambut mereka dengan tusukan pisau. Mereka gesit bereaksi. Menangkis. Membalas serangan, Buk! Satu orang terhempas karena tendanganku. Cepat memutar pisau, menyayat otot paha kaki, otot lengan kiri, menarik tangan kanannya lantas, jleb! Menembus leher. Satu gugur. Tiga orang datang.

Didalam ruang tamu yang separuh terbakar akibat ledakan, empat lawan satu. Ini menyebalkan. Baiklah, fokus. Aku harus memastikan Nona Luxia selamat apapun yang terjadi.

Ke empat orang itu merangsek serentak. Mereka menggunakan senjata Shundao, pedang kecil khas. Mengayunkan serempak. Aku melompat mundur, menghindar. Satu orang nekat mengejar. Mengayunkan pedang dari atas. Aku cepat menangkap satu lengannya, berputar, menyayat tangan kanannya cepat, berpindah menggorok lehernya. Satu beres. Dibalas dua, menyabet bersama, berusaha mengenaiku. Gesit pisauku membelokkan satu sabetan. Sembari melangkah kebelakang mengelak sabetan kedua.

Menggeram, mereka menebas semakin ganas. Aku menghindari sabetan satu persatu. Menangkisnya, membelokkan arah serangan, menunggu celah. Dapat! Satu orang terburu-buru melangkah, cepat kakiku menyambar, menendang Achilles heel-nya, terjatuh. Menyambar pisauku menyayat lehernya. Satu lagi gugur. Temannya tidak rela, mengamuk menebas pedang semakin cepat. Aku melangkah mundur, sial! Dinding membatasi gerakanku. Orang itu mendapat kesempatan, bersiap menebasku.

Buk!

Tendangan ku tepat mengenai zakarnya. Menciptakan satu detik berharga. Cepat membalas serangan, menusuk lehernya yang terbuka. Darah segar membasahi jas hitamku. Sengat baunya. Satu orang lagi tampak ragu untuk menyerang.

"Ayo kemari, mari kita selesaikan!"

Giliranku merangsek maju, hendak menyayat cepat lehernya. Jleb! Anak panah menancap di kepala musuhku. Anak panah yang lain menyusul menembakiku.

Aku berlindung menggunakan tubuh musuhku tadi. Ini gila! Mereka rela menembaki rekannya untuk membunuhku. Aku segera mengambil tempat berlindung. Pindah ke ruang utama. Ruang depan sudah tidak aman.

Zhuang dan Yuze sibuk menebas musuh yang berani mendekat ke dalam. Mereka menebas cepat. Kepala-kepala orang bergeletakan.

"Manajer Jianying! Tangkap ini!" Luxia melemparkan sebuah pedang perunggu dengan tulisan emas di tengahnya. Bersinar.

Pedang ini, terasa sangat ... Entah, rasanya aku sangat tertarik dengan pedang ini. Aura kuning keemasan menyeliputi bilah pedang, merambat ke sekujur tubuhku.

"Pedang itu memilihmu, nak! Gunakan untuk menebas musuh!" teriak Zhuang, pedang berbalut aura hijaunya seperti tanaman menari lincah, memotong kepala musuh.

Tak perlu diteriaki, aku tahu itu. Inderaku meningkat, lima musuh yang mendekat seakan berlari melambat. Bahkan anak panah yang mendesing lebih cepat dari peluru terlihat seperti melayang lambat. Aku menangkis anak panah itu, seakan waktu sedang slowmo, aku menebas lima kepala musuh dalam sekejap.

Whoa, pedang sihir apa ini?

"Pedang Goujian telah aktif! Cepat rebut pedang itu!"

Belasan orang berbaju hitam merangsek ke dalam rumah. Diantara teriakan, panas api, dingin malam, dengus nafas, riuh jejak, dan lontaran panah, di mataku, semua terlihat lambat. Aku melangkah santai ke arah mereka. Menebas satu per satu leher musuh. Lantas dalam sekejap belasan kepala menggelolong di lantai kayu yang terbakar. Darah menggenang. Orang-orang berbaju hitam itu habis. Tak ada lagi yang menyerang.

Separuh rumah istana kuil terbakar akibat ledakan pesawat tadi. Untung Fei sudah kusuruh bersedia di pangkalan. Jika tidak super jet seharga miliaran dolar itu akan ikut meledak.

Mayat-mayat musuh tergelepak dimana-mana. Seluruh keluarga Tao berhasil diselamatkan. Belasan tukang pukul dan pelayan tewas. Mereka mulia mengorbankan nyawa.

Tak lama tukang pukul yang tersisa membantu memadamkan kebakaran. Dengan menggunakan sihir itu jauh menjadi mudah.

"Apa yang kau pikirkan, Nona Luxia!? Kau mengorbankan nyawa anak buahku dengan sia-sia!" Wajah Zhuang merah padam membentak Luxia. Dia tidak ragu mengacungkan pedangnya ke arah Luxia. Aku segera memasang badan, menghalangi.

"Maafkan aku atas kekacauan malam ini Tetua Zhuang. Ini tidaklah sia-sia. Aku sengaja memancing mereka untuk memastikan tujuan mereka. Lihat." Luxia menunjuk kearah salah seorang pelayan wanita. Dia adalah pelayan yang disuruh membawa pedang tadi. Terikat di tiang kayu oleh tali sihir.

"Apa maksudmu? Pelayan ini yang telah mengkhianatiku? Dia lahir dan dibesarkan di kuil ini. Itu mustahil wanita itu berkhianat. Berhenti bermain-main Nona." Zhuang menggertakan gigi. Tak sabar hendak menusukan pedangnya karena marah.

Luxia menggeleng pelan. "Wanita itu hendak membawa pedang Goujian kepada musuh jika aku tidak mencegatnya tadi. Mereka sudah menunggu hari ini dengan sangat hati-hati. Tampaknya pelayan itu juga memiliki kancing yang sama dengan kancing yang aku miliki." Luxia mengangkat alat kecil berbentuk kancing. Dia tahu itu salah satu alat komunikasi canggih. Namun, kancing itu memiliki bentuk khas yang dipakai di baju keluarga Tao.

Zhuang melangkah menuju pelayannya, menamparnya keras.

"Setelah bertahun-tahun dibesarkan ini balasanmu, hah!? Beritahukan padaku siapa yang menyuruhmu?" Zhuang mencekal rahang pelayannya sangat keras. Memaksanya bicara.

"Sa-saya ti-tidak bi-bisa ...."

Plak!

Zhuang sekali lagi menamparnya sangat keras. Pipinya merah berdarah.

"KATAKAN!" Zhuang melotot sangat marah.

"A-Arch Wi-witch be-bekerja ... Sa-sama de-dengan ma-manusia ...."

Pelayan wanita itu menggeliat keras. Berteriak ngeri. Mengeluarkan air mata darah dari matanya.

"Tetua Zhuang harap mundur!" Aku menarik Zhuang agar menjauh. Pelayan itu dirasuki roh kematian. Wanita itu tertawa mengerikan. Darah mengalir dari hidung dan lubang telinganya. Matanya putih pekat. Mulutnya mengeluarkan serangga-serangga beracun. Menggeliat, mencoba lepas dari ikatan tali sihir.

"KALIAN AKAN BINASA PADA MALAM BERDARAH!"

"Semuanya mundur!"

"Axel!"

BUM!

Mayat pelayan itu meledak, darah menghujani permukaan. Aku sempat memasang jimat pelindung. Darah menciprat menutupi pelindung transparan tipis. Menjijikkan. Wanita itu tak bersisa satu bagian pun.

Zhuang menghela nafas panjang. Dia berusaha tenang. Untuk pria tua seumurnya, ini pasti berat. Apalagi ternyata malam ini keluarga Tao hampir terbantai. Bukan perkara remeh untuk menghiraukan ucapan pelayannya tadi. Dengan kata lain, Arch Witch yang bekerja sama dengan manusia sudah mengintainya cukup lama. Dan malam ini mereka memulai serangan.

"Apa yang harus kita lakukan?" Zhuang nampak kalut. Walaupun Zhuang seorang pendekar, dia juga bisa panik jika menyangkut nyawa seluruh keluarganya. Yuze mengusap punggung ayahnya, menenangkannya.

Luxia menggeleng. "Tidak ada yang bisa kita lakukan. Ini buntu. Tapi kita tahu tujuan mereka mencari dua puluh pedang sihir dan pedang waktu Goujian. Mereka akan melakukan ritual di bulan berdarah. Bencana seperti Amerika akan terulang." Kali ini wajah Luxia tidak setenang tadi. Hening. Kami semua tidak berani mengingat bencana mengerikan itu.

"Beruntung, mereka hanya memiliki delapan belas pedang sihir. Kita bisa mengamankan dua pedang dan pedang waktu Goujian. Untuk saat ini, aku sarankan pada kalian agar pergi. Tempat ini sudah tidak aman. Walau sejarah dinasti Qin sangat bernilai di gunung ini, kalian harus merelakannya. Ini demi keselamatan kita semua."

Zhuang dan Yuze mengangguk. Insiden ini hanya menyebabkan kerugian. Tidak ada kemenangan, kami telah kalah telak.

Setelahnya Aku dan Nona Luxia kembali ke Akademi. Markas pusat Agensi Hunter.

Namun, tragedi sadis ini masih berlanjut ...

***

Terpopuler

Comments

Filanina

Filanina

mereka mulai kali ya

2024-02-17

0

Filanina

Filanina

disisakan 1 buat jianjing

2024-02-17

0

Yuchenzzz

Yuchenzzz

slow motion..

2024-02-12

0

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1 –[ Agensi Hunter 01 ]–
3 Chapter 2 –[ Agensi Hunter 02 ]–
4 Chapter 3 –[ Agensi Hunter 03 ]–
5 Chapter 4 –[ Zhàn dòu 01 ]–
6 Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–
7 Chapter 6 –[ Zhàn Dòu 03 ]–
8 Chapter 7 –[ Sihir dan Penyihir 01 ]–
9 Chapter 8 –[ Sihir dan Penyihir 02 ]–
10 Chapter 9 –[ Sihir dan Penyihir 03 ]–
11 Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–
12 Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–
13 Chapter 12 –[ Liburan? ]–
14 Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–
15 Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–
16 Chapter 15 –[ Investigasi Rahasia 01 ]–
17 Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–
18 Chapter 17 –[ Investigasi Rahasia 03 ]–
19 Chapter 18 –[ Lucifer 01 ]–
20 Chapter 19 –[ Lucifer 02 ]–
21 Chapter 20 –[ Simposium ]–
22 Chapter 21 –[ Pesan Terakhir ]–
23 Chapter 22 –[ Hunter Tamer ]–
24 Chapter 23 –[ Pertandingan Evaluasi 01 ]–
25 Chapter 24 –[ Pertandingan Evaluasi 02 ]–
26 Chapter 25 –[ Pernyataan Perang ]–
27 Chapter 26 –[ Mata-Mata Ganda ]–
28 Chapter 27 –[ Lao Tzu 01 ]–
29 Chapter 28 –[ Lao Tzu 02 ]–
30 Chapter 29 –[ Lao Tzu 03 ]–
31 Chapter 30 –[ Memento Mori ]–
32 Chapter 31 –[ Fang Tzu ]–
33 Chapter 32 –[ Gerbang Gehenna ]–
34 Chapter 33 –[ Transmigrasi Jiwa ]–
35 Chapter 34 –[ Bintang Aries ]–
36 Chapter 35 –[ Yohan ]–
37 Chapter 36 –[ Kebangkitan Raja Kuno 01 ]–
38 Chapter 37 –[ Kebangkitan Raja Kuno 02 ]–
39 Chapter 38 –[ Kebangkitan Raja Kuno 03 ]–
40 Chapter 39 –[ Kebangkitan Raja Kuno 04 ]–
41 Chapter 40 –[ Kebangkitan Raja Kuno 05 ]–
42 Chapter 41 –[ Kebangkitan Raja Kuno 06 ]–
43 Chapter 42 –[ Kebangkitan Raja Kuno 07 ]–
44 Chapter 43 –[ Ketenangan Sebelum Badai 01 ]–
45 Chapter 44 –[ Ketenangan Sebelum Badai 02 ]–
46 Chapter 45 –[ Ketenangan Sebelum Badai 03 ]–
47 Chapter 46 –[ Shanghai dan Hong Kong 01 ]–
48 Chapter 47 –[ Shanghai dan Hong Kong 02 ]–
49 Chapter 48 –[ Shanghai dan Hong Kong 03 ]–
50 Chapter 49 –[ Kutukan Dan Pembalasan 01 ]–
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1 –[ Agensi Hunter 01 ]–
3
Chapter 2 –[ Agensi Hunter 02 ]–
4
Chapter 3 –[ Agensi Hunter 03 ]–
5
Chapter 4 –[ Zhàn dòu 01 ]–
6
Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–
7
Chapter 6 –[ Zhàn Dòu 03 ]–
8
Chapter 7 –[ Sihir dan Penyihir 01 ]–
9
Chapter 8 –[ Sihir dan Penyihir 02 ]–
10
Chapter 9 –[ Sihir dan Penyihir 03 ]–
11
Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–
12
Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–
13
Chapter 12 –[ Liburan? ]–
14
Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–
15
Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–
16
Chapter 15 –[ Investigasi Rahasia 01 ]–
17
Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–
18
Chapter 17 –[ Investigasi Rahasia 03 ]–
19
Chapter 18 –[ Lucifer 01 ]–
20
Chapter 19 –[ Lucifer 02 ]–
21
Chapter 20 –[ Simposium ]–
22
Chapter 21 –[ Pesan Terakhir ]–
23
Chapter 22 –[ Hunter Tamer ]–
24
Chapter 23 –[ Pertandingan Evaluasi 01 ]–
25
Chapter 24 –[ Pertandingan Evaluasi 02 ]–
26
Chapter 25 –[ Pernyataan Perang ]–
27
Chapter 26 –[ Mata-Mata Ganda ]–
28
Chapter 27 –[ Lao Tzu 01 ]–
29
Chapter 28 –[ Lao Tzu 02 ]–
30
Chapter 29 –[ Lao Tzu 03 ]–
31
Chapter 30 –[ Memento Mori ]–
32
Chapter 31 –[ Fang Tzu ]–
33
Chapter 32 –[ Gerbang Gehenna ]–
34
Chapter 33 –[ Transmigrasi Jiwa ]–
35
Chapter 34 –[ Bintang Aries ]–
36
Chapter 35 –[ Yohan ]–
37
Chapter 36 –[ Kebangkitan Raja Kuno 01 ]–
38
Chapter 37 –[ Kebangkitan Raja Kuno 02 ]–
39
Chapter 38 –[ Kebangkitan Raja Kuno 03 ]–
40
Chapter 39 –[ Kebangkitan Raja Kuno 04 ]–
41
Chapter 40 –[ Kebangkitan Raja Kuno 05 ]–
42
Chapter 41 –[ Kebangkitan Raja Kuno 06 ]–
43
Chapter 42 –[ Kebangkitan Raja Kuno 07 ]–
44
Chapter 43 –[ Ketenangan Sebelum Badai 01 ]–
45
Chapter 44 –[ Ketenangan Sebelum Badai 02 ]–
46
Chapter 45 –[ Ketenangan Sebelum Badai 03 ]–
47
Chapter 46 –[ Shanghai dan Hong Kong 01 ]–
48
Chapter 47 –[ Shanghai dan Hong Kong 02 ]–
49
Chapter 48 –[ Shanghai dan Hong Kong 03 ]–
50
Chapter 49 –[ Kutukan Dan Pembalasan 01 ]–

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!