Chapter 12 –[ Liburan? ]–

20 Maret 2023

Ini kisah santai sebelum menghadapi badai nanti. Potongan berikutnya Manajer Jianying yang akan bercerita. Karena saat awal mula insiden itu terjadi, aku belum dapat peran.

Hari ini cerah seperti biasanya. Musim semi menambah kesan pagi yang indah. Kemarin, kami pergi jalan-jalan keliling kota. Banyak hal terjadi, dan itu sangat menyenangkan. Aku akan menceritakannya.

Tiga hari yang lalu ...

"Hei, mari kita pergi jalan-jalan. Aku bosan dengan tempat ini. Kita sudah berkumpul tiga hari disini tanpa melakukan apa-apa kecuali makan snak dan bermain game." Mei Mei berkeluh kesah, menggerutu.

Aku, Kai dan Reza sedang fokus bermain game konsol. Bermain game fps kombat. Mei Mei dan Ashley menonton kami bermain diatas kasur ku. Makanan-makanan ringan terhampar dimana-mana. Kami menggunakan baju kasual sehari-hari.

Reza mengangguk setuju dengan Mei Mei. " Sepertinya kita memang harus mencari hiburan diluar. Bagaimana kalo ke kota? Di bawah sungai sana ada kota khas. Kita bisa mencari hiburan disana." Memberi usul.

"Boleh saja. Aku akan ikut." Aku menyetujui usul Reza. Tanganku lincah memencet tombol konsol, berusaha mengalahkan Kai di permainan.

You Lose!

Ugh, aku benci permainan ini. Tiga hari lalu, setelah kejadian Amon di sekolah, Mei Mei mengajak Ashley, Kai, Reza nobar alias nongkrong bareng di kamarku. Wajahku keberatan ketika membuka pintu dan melihat mereka nyelonong masuk ke kamarku begitu saja. Tak peduli aku keberatan dengan mereka.

Tak banyak dan tak lama kami berkumpul. Paling dari jam pukul sembilan pagi hingga pukul sembilan malam. Mereka banyak bawa barang-barang ke dalam kamarku yang minimalis. Membuatku terpaksa setiap malamnya bersih-bersih kamar.

Apa kerjaan nobar (nongkrong bareng) ini? Tak banyak, paling-paling mengobrol, menonton film, bermain game, baca buku masing-masing, dan lain sebagainya. Ugh, sebenarnya saat libur begini aku ingin pergi ke puncak gunung, bermeditasi disana. Itu lebih baik menurutku.

"Kalau begitu, kita harus bersiap-siap. Kembali ke kamar. Mengganti pakaian." Ashley setuju dengan ide Reza. Kami mengangguk.

"Ok, kalau begitu, mari kita berkumpul setengah jam lagi di depan gerbang asrama." Mei Mei, Ashley, Reza segera beranjak ke kamar mereka masing-masing. Kai masih duduk di sampingku, kami sedang duel kombat.

Sepuluh detik, karakter gameku sudah kalah telak. Ugh, bermain game ternyata semengesalkan ini.

Sizhu: Kau tidak bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan, Kai?

Aku menulis pesan pada Kai dari ponselku. Oh ya, ini ponsel milik asrama. Setiap murid akademi dikasih satu-satu. Tujuannya hanya untuk alat komunikasi. Tidak untuk hal lain. Juga tidak ada yang membawa elektronik luar agar fokus belajar.

BlueFlameDragon: Aku sudah siap.

Uh, uniknya teman bermain satuku ini. Dia sangat pemalas. Bahkan dia lebih suka berbicara dalam ponsel dibanding menggunakan mulutnya. Tapi jangan salah, Kai—meskipun baru berumur lima belas (tiga tahun lebih muda)—dia termasuk salah satu kepala cabang yang memimpin sebuah kota besar. Sebenarnya itu tugas kakaknya, hanya saja kakaknya lebih memilih pensiun setelah diturunkan dari kursi ketua divisi, salah satu zodiak. Nasib, Kai terpilih menjadi penerus kakaknya.

Sizhu: Kau tidak ingin membawa barang atau mengganti baju?

BlueFlameDragon: Tidak perlu. Tidak penting.

Aku menoleh, menatapnya. Menilai penampilan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kai mengenakan kaos bergambar pokemon dengan celana pendek. Apa dia benar-benar sudah siap untuk pergi.

"Aku akan mengganti baju dulu. Tolong matikan layar." Pergi ke kamar mandi, berganti baju. Mengenakan baju yang enak di pandang. Meskipun ujungnya aku hanya mengenakan kaos hijau polos dan celana hitam panjang.

Aku sudah siap. Membawa tongkatku (setelah tempo hari susah payah mengeluarkannya dari tebing karena tertancap cukup dalam), membawa dompetku. Itu sudah cukup. Aku masih punya uang yang tidak pernah ku pakai semenjak awal bulan Luxia memberi ku dompet kulit berisi uang. Selama ada kantin yang gratis menyediakan makanan, untuk apa uang?

Aku dan Kai segera pergi menunggu di depan gerbang asrama. Asrama putri terpisah agak jauh. Di tebing seberang, menyatu dengan tebing. Asrama kami juga sama, dan diatas kedua asrama, gedung sekolah yang tampak seperti kastil gagah terpisah tembok tebing setinggi gedung asrama. Kami biasanya mengenakan batu segilima yang bisa terbang jika ingin ke gerbang sekolah.

Dibawah tembok tebing yang memisahkan asrama, ada pusat pertokoan dan desa setempat. Setelah itu kesananya lagi, keluar dari celah dua pegunungan, kota besar yang mendampingi sungai besar. Itu tujuan jalan-jalan kami.

Lima belas menit menunggu, Reza datang berpenampilan rapih. Masih menggunakan kacamata bulatnya. Padahal dia terlihat lebih tampan jika kacamatanya tidak dia gunakan. Dan juga itu bukan kacamata min, hanya kacamata bulat biasa.

Lima belas menit lagi, Mei Mei dan Ashley mulai muncul. Mei Mei menggunakan gaun China berwarna merah, Ashley juga mengenakan gaun dari negerinya. Mereka berpenampilan seperti seorang putri bangsawan secara harfiah. Kecuali Mei Mei. Dia orang normal.

Kami memutuskan untuk berjalan hingga ujung desa. Setelah itu baru naik angkutan terbang umum. Sekalian melihat-lihat pusat pertokoan dan desa setempat.

Sambil berjalan kami mengobrol satu kalimat dua kalimat, mengomentari pemandangan sekitar.

Aku melihat seorang nenek tua yang kesusahan membawa barang belanjaannya. Kakiku segera berjalan mendekati, menawarkan bantuan. Mengantarkan barang belanjaan nenek itu kerumahnya. Teman-temanku terpaksa menungguku mengantarkan nenek itu kerumahnya. Tidak jauh, hanya seratus meter.

"Terimakasih atas bantuannya, nak."

Aku mengangguk, minta pamit, teman menunggu. Nenek itu memberi ku sebungkus tomat segar, bilang baru saja dipetik dari kebun belakangnya.

Teman-temanku terkejut melihatku kembali membawa sekresek tomat kecil segar. Aku menawarkannya pada mereka. Mencicipi.

"Dapat dari mana tomat manis ini?" tanya Ashley ingin tahu.

"Nenek itu berterimakasih dengan ini."

"Kenapa kau repot-repot membantunya, Sizhu?" Mei Mei menceletuk, mencomot buah tomat, memakannya.

"Karena nenek itu terlihat butuh bantuan. Sudah menjadi kebiasaanku untuk membantu siapapun yang tampak kesusahan." Mereka berseru kagum mendengar perkataanku. Beda dengan Ashley yang tersenyum sendiri.

"Kau orang baik ya, Sizhu."

Aku mengangkat bahu, b aja.

Sepuluh menit berjalan, kami sudah sampai di ujung desa. Angkutan terbang melayang menunggu penumpang di halte. Kami naik angkutan terbang itu.

Mobil terbang yang terlihat seperti bus ini, segera menginjak pedal gasnya, mengantar penumpang ke tujuan. Sopir menggunakan energi sihir untuk mengendarainya. Tentunya siapa pun bisa, karena mobil terbang dibuat untuk umum.

Penumpang tampak penasaran dengan kami, terutama Ashley yang menggunakan gaun asing bagi penduduk setempat. Bertanya apakah Ashley tuan putri kerajaan. Ashley ragu-ragu mengangguk sembari menyunggingkan senyum kaku. Seketika para penumpang lain bergeser demi menghormatinya. Bahkan satu-dua tampak membungkuk-bungkuk saat ingin lewat, turun dari kendaraan.

"Enaknya jadi tuan putri. Kau jadi dihormati Ashley." Mei Mei berseru takjub. Lihat, bahkan anak-anak remaja tanggung curi-curi pandang demi melihat keanggunan Ashley. Ditambah kulit dan wajahnya yang putih memesona. Kaum Adam mana yang tidak tertarik?

"Eh, aku malah ingin hidup normal sepertimu, Mei Mei. Hidup menjadi tuan putri itu merepotkan. Hidup menjadi diri sendiri, itu yang aku inginkan." Ashley terlihat tak senang.

"Kenapa? Bukankah nanti akan banyak pangeran tampan yang datang melamarmu Ashley. Apakah kamu tidak tertarik? Kamu bahkan bisa bebas memilih dengan pangeran tampan mana yang kamu inginkan. Seperti di drama-drama kerajaan. Ah, pangeran~" Mei Mei bertingkah centil. Gadis itu hanya minat dengan laki-laki tampan. Yang biasa saja mana mau dia lirik.

Ashley melirik sekilas ke arahku. "Um ... Aku tidak terlalu memikirkan pasangan di masa depan. Jika harus memilih, aku ingin memilih lelaki yang berhati mulia."

"Hee, kamu memilih tipe yang membosankan Ashley. Bukankah semua pangeran berhati mulia?"

"Tidak juga, contohnya Amon." Aku menimpali. Mei Mei melotot ke arahku. Aku mengangkat bahu. Bukankah aku benar?

"Haha, Amon hanya memiliki sifat yang kurang baik. Dia anak yang baik. Jika bukan karena dia yang rela menghajar pembuli demiku. Mungkin aku tidak akan ada di sekolah ini sekarang." Reza ikut nimbrung.

"Eh? Kenapa?"

Reza terdiam tidak menimpali pertanyaan Mei Mei.

"Sepertinya kita tidak usah membicarakan hal itu. Kita sedang jalan-jalan bukan?" Ashley menengahi melihat sikap Reza yang memutuskan untuk tidak menjawab.

"Ya, lebih baik mari kita bicarakan tujuan kita di kota nanti." Aku mengangguk setuju, memberi saran.

"Mall! Mall!" Mei Mei berseru macam anak kecil. Matanya berbinar melihat gedung perbelanjaan di bawah sana. Ashley tertawa kecil, mengangguk setuju.

"Baiklah kita ke mall."

Butuh waktu sekitar lima belas menit untuk terbang ke pusat kota. Kami mendarat di halte. Hamparan kami kehidupan kota kecil berdenyut. Ada lumayan banyak gedung perkantoran di kedua belah sungai. Orang-orang berjas sibuk berlalu lalang, sekarang waktu makan siang. Anak-anak remaja banyak terlihat disini. Bermain papan terbang, jalan-jalan, nongkrong di kafe. Sepertinya ini jam istirahat mereka.

Kami memutuskan makan siang di kafe sejenak. Membeli makanan terlaris. Seperti dim sum, jiaozi, gyoza, bebek Peking (Kai yang pesan) dan lainnya. Minuman pesan sesuai selera masing-masing. Aku teh, Reza kopi, Kai soda, Mei Mei milkshake, Ashley memesan teh yang sama denganku. Alasannya dia ingin merasakan teh setempat.

Usai perut terisi, kami segera menuju gedung pusat perbelanjaan. Para gadis sibuk kesana-kemari melihat-lihat fasyen terkini. Mencobanya. Ugh, karena tak tahan menunggu para gadis sibuk belanja. Kami, para lelaki, memutuskan bermain di taman bermain. Alias arkade.

Banyak mainan menyenangkan disini. Aku mengajak duel Kai bermain game. Sepuluh kali, sebanyak itu juga aku di kalahkan telak. Reza mengusap punggungku menyuruhku bersabar. Kami bertiga mencoba barang permainan baru. Ini disebut AR, Augmented Reality. Dalam arena tembak yang cukup luas, kami bertempur seru disana. Menggunakan tembakan (yang aslinya hanya plastik) saling menembak satu sama lain. Ini seru, terasa sangat nyata. Suara desing tembakan dan suasana arena sangat mencekam begitu battle dimulai. Tentunya Kai menjadi juara. Aku ketiga, Reza kedua.

Ugh, bagaimana caranya agar aku bisa mengalahkan bocah satu ini? Setiap barang permainan yang kumainkan, tidak satu pun aku bisa mendapatkan satu kemenangan darinya.

Aku melihat permainan pukul samsak. Mungkin aku bisa mengalahkan Kai disini. Hehe, aku akan mengalahkannya.

Aku mengajak Kai bermain pukul samsak. Menantangnya. Kai mengangguk menerima tantangan. Aku membiarkan Kai pertama. Dia maju, bersiap memukul samsak sebesar kepala yang menggantung itu.

Teng!

Kai berhasil memukul 980, mengalahkan best score. Orang-orang berkumpul mendekat, melihat kami bermain. Baiklah, giliranku.

Aku memutar-mutar lenganku terlebih dahulu. Pemanasan. Memasang kuda-kuda kokoh. Bersiap mengeluarkan pukulan.

Buk! Duar!

Ups, aku terlalu berlebihan mengeluarkan tenaga. Samsak sebesar kepala itu terpental kedalam mesinnya. Membuat lubang di tengah nilai skor. Samsaknya menembus ke dinding. Uh ... Orang-orang disekitarku mulai beringsut mundur, menjauh. Bubar.

Aku memberi beberapa lembar uang ada pemilik toko, mengganti rugi. Lantas berjongkok memeluk lutut di pojokan. Aku merasa bersalah.

Reza mengelus-elus punggungku. "Sabar, sabar." katanya.

Dua jam berlalu kami di mall, kami kembali berkumpul bersama dengan para gadis. Lihat, tas belanjaan mereka. Lusinan, mungkin puluhan mereka bawa. Aku hanya menggeleng-geleng melihat kelakuan para gadis. Reza disebelahku membaca doa. Namu amida butsu. Menangkupkan kedua tangannya. Menangis. Mei Mei nyengir tak berdosa.

Kami mampir ke restoran manisan dalam mall. Membeli kudapan lezat. Para gadis membeli es krim parfait menggoda. Karena uangku sekarat setelah membayar ganti rugi aku hanya bisa membeli air putih. Dompetku yang awalnya tebal, seketika tipis seperti kurang asupan. Ashley berbaik hati membelikanku es krim. Reza juga diberi. Kai, dia memilih membeli permen.

"Apa yang kalian lakukan di toko baju itu hingga menghabiskan waktu berjam-jam?" tanyaku, mencomot topik asal. Menyendok es krim yang masih berasap dingin.

"Kami mencoba beberapa gaya pakaian. Banyak sekali baju bagus yang dijual di toko itu. Jadi kami coba pakai satu persatu." Mei Mei menyendok es krim semangat, wajahnya mengatakan betapa manisnya es krimnya.

"Kalian hanya membuang-buang uang. Lagipula, saat kita kembali ke asrama, pakaian yang kalian beli tidak akan terpakai."

Mei Mei melotot kearahku. Aku mengangkat bahu, itu benar bukan? Ashley tertawa kecil melihat kami.

"Tidak apa, kami bisa memakainya sesekali saat libur." ucap Ashley menengahi. "Atau Sizhu mau mencoba pakaian yang kami beli? Mungkin ada yang cocok untuk Sizhu."

Aku menggeleng, ogah.

Ashley tertawa kecil, sepertinya membayangkanku sedang menggunakan pakaian wanita. Mei Mei menoleh, Ashley berbisik, ikut membayangkan. Mereka tertawa cekikikan bersama.

"Kalian menertawakan apa?" tanya Reza.

Ashley berhenti tertawa, menggeleng. "Tidak, tidak ada apa-apa." Melanjutkan menyendok es krimnya.

Usai bersenang-senang, kami berdiam diatas jembatan kayu. Sudah petang diluar. Lampu-lampu beraneka ragam warna mencolok mulai menerangi jalan. Mengusir cahaya merah senja. Pemandangan sunset mulai muncul. Bola api itu perlahan turun tenggelam di balik pegunungan barat.

"Kuharap hari-hari damai seperti ini terus berlanjut." Ashley berbicara sendiri, aku berdiri bersebelahan dengannya. Yang lain berseru takjub dengan pemandangan alam saat ini. Mei Mei sibuk memotret dengan ponselnya.

"Ya, kuharap."

***

Esoknya, aku kelupaan membawa tongkat kayuku. Tertinggal di arkade, aku ingat menyimpannya di lantai kemarin saat aku sedang bersiap-siap meninju mesin samsak. Saat aku kesana tongkat kayu itu sudah tida ada. Staf memberitahuku seseorang sudah membawanya kemarin.

Alamak ...

***

Terpopuler

Comments

Yuchenzzz

Yuchenzzz

aih... ada bahasa daerahnya.. 😅

2024-02-12

0

Yuchenzzz

Yuchenzzz

semengesalkan baik di ganti gitu bro.

Karakter gameku sudah kalah telak. Ugh, bermain game sangat mengesalkan.

semengesalkan lidah Chen baca kyt seleyok..

2024-02-12

2

Yuchenzzz

Yuchenzzz

bertapa di Gua seru weh..

2024-02-12

0

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1 –[ Agensi Hunter 01 ]–
3 Chapter 2 –[ Agensi Hunter 02 ]–
4 Chapter 3 –[ Agensi Hunter 03 ]–
5 Chapter 4 –[ Zhàn dòu 01 ]–
6 Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–
7 Chapter 6 –[ Zhàn Dòu 03 ]–
8 Chapter 7 –[ Sihir dan Penyihir 01 ]–
9 Chapter 8 –[ Sihir dan Penyihir 02 ]–
10 Chapter 9 –[ Sihir dan Penyihir 03 ]–
11 Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–
12 Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–
13 Chapter 12 –[ Liburan? ]–
14 Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–
15 Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–
16 Chapter 15 –[ Investigasi Rahasia 01 ]–
17 Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–
18 Chapter 17 –[ Investigasi Rahasia 03 ]–
19 Chapter 18 –[ Lucifer 01 ]–
20 Chapter 19 –[ Lucifer 02 ]–
21 Chapter 20 –[ Simposium ]–
22 Chapter 21 –[ Pesan Terakhir ]–
23 Chapter 22 –[ Hunter Tamer ]–
24 Chapter 23 –[ Pertandingan Evaluasi 01 ]–
25 Chapter 24 –[ Pertandingan Evaluasi 02 ]–
26 Chapter 25 –[ Pernyataan Perang ]–
27 Chapter 26 –[ Mata-Mata Ganda ]–
28 Chapter 27 –[ Lao Tzu 01 ]–
29 Chapter 28 –[ Lao Tzu 02 ]–
30 Chapter 29 –[ Lao Tzu 03 ]–
31 Chapter 30 –[ Memento Mori ]–
32 Chapter 31 –[ Fang Tzu ]–
33 Chapter 32 –[ Gerbang Gehenna ]–
34 Chapter 33 –[ Transmigrasi Jiwa ]–
35 Chapter 34 –[ Bintang Aries ]–
36 Chapter 35 –[ Yohan ]–
37 Chapter 36 –[ Kebangkitan Raja Kuno 01 ]–
38 Chapter 37 –[ Kebangkitan Raja Kuno 02 ]–
39 Chapter 38 –[ Kebangkitan Raja Kuno 03 ]–
40 Chapter 39 –[ Kebangkitan Raja Kuno 04 ]–
41 Chapter 40 –[ Kebangkitan Raja Kuno 05 ]–
42 Chapter 41 –[ Kebangkitan Raja Kuno 06 ]–
43 Chapter 42 –[ Kebangkitan Raja Kuno 07 ]–
44 Chapter 43 –[ Ketenangan Sebelum Badai 01 ]–
45 Chapter 44 –[ Ketenangan Sebelum Badai 02 ]–
46 Chapter 45 –[ Ketenangan Sebelum Badai 03 ]–
47 Chapter 46 –[ Shanghai dan Hong Kong 01 ]–
48 Chapter 47 –[ Shanghai dan Hong Kong 02 ]–
49 Chapter 48 –[ Shanghai dan Hong Kong 03 ]–
50 Chapter 49 –[ Kutukan Dan Pembalasan 01 ]–
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1 –[ Agensi Hunter 01 ]–
3
Chapter 2 –[ Agensi Hunter 02 ]–
4
Chapter 3 –[ Agensi Hunter 03 ]–
5
Chapter 4 –[ Zhàn dòu 01 ]–
6
Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–
7
Chapter 6 –[ Zhàn Dòu 03 ]–
8
Chapter 7 –[ Sihir dan Penyihir 01 ]–
9
Chapter 8 –[ Sihir dan Penyihir 02 ]–
10
Chapter 9 –[ Sihir dan Penyihir 03 ]–
11
Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–
12
Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–
13
Chapter 12 –[ Liburan? ]–
14
Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–
15
Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–
16
Chapter 15 –[ Investigasi Rahasia 01 ]–
17
Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–
18
Chapter 17 –[ Investigasi Rahasia 03 ]–
19
Chapter 18 –[ Lucifer 01 ]–
20
Chapter 19 –[ Lucifer 02 ]–
21
Chapter 20 –[ Simposium ]–
22
Chapter 21 –[ Pesan Terakhir ]–
23
Chapter 22 –[ Hunter Tamer ]–
24
Chapter 23 –[ Pertandingan Evaluasi 01 ]–
25
Chapter 24 –[ Pertandingan Evaluasi 02 ]–
26
Chapter 25 –[ Pernyataan Perang ]–
27
Chapter 26 –[ Mata-Mata Ganda ]–
28
Chapter 27 –[ Lao Tzu 01 ]–
29
Chapter 28 –[ Lao Tzu 02 ]–
30
Chapter 29 –[ Lao Tzu 03 ]–
31
Chapter 30 –[ Memento Mori ]–
32
Chapter 31 –[ Fang Tzu ]–
33
Chapter 32 –[ Gerbang Gehenna ]–
34
Chapter 33 –[ Transmigrasi Jiwa ]–
35
Chapter 34 –[ Bintang Aries ]–
36
Chapter 35 –[ Yohan ]–
37
Chapter 36 –[ Kebangkitan Raja Kuno 01 ]–
38
Chapter 37 –[ Kebangkitan Raja Kuno 02 ]–
39
Chapter 38 –[ Kebangkitan Raja Kuno 03 ]–
40
Chapter 39 –[ Kebangkitan Raja Kuno 04 ]–
41
Chapter 40 –[ Kebangkitan Raja Kuno 05 ]–
42
Chapter 41 –[ Kebangkitan Raja Kuno 06 ]–
43
Chapter 42 –[ Kebangkitan Raja Kuno 07 ]–
44
Chapter 43 –[ Ketenangan Sebelum Badai 01 ]–
45
Chapter 44 –[ Ketenangan Sebelum Badai 02 ]–
46
Chapter 45 –[ Ketenangan Sebelum Badai 03 ]–
47
Chapter 46 –[ Shanghai dan Hong Kong 01 ]–
48
Chapter 47 –[ Shanghai dan Hong Kong 02 ]–
49
Chapter 48 –[ Shanghai dan Hong Kong 03 ]–
50
Chapter 49 –[ Kutukan Dan Pembalasan 01 ]–

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!