Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–

"MANUSIA itu lemah Sizhu. Hanya dengan luka kecil manusia mudah sekali mati. Kehilangan banyak darah. Kelaparan, Kehausan. Keracunan. Penyakit. Depresi. Menua. Karena masalah-masalah seperti itu manusia bisa mati."

Api unggun membara terang. Hangatnya menyebar. Sizhu dengan gurunya duduk berhadapan di sana. Gurunya sedang memanggang hewan buruan yang baru pertama kali Sizhu tangkap.

Sizhu berhenti mengunyah daging. Menyimak gurunya berbicara dengan seksama.

"Kenapa guru berbicara seperti itu?"

Gurunya yang ditanya mendongak keatas. Menatap gemintang di langit.

"Menurutmu mengapa aku membicarakan ini, Sizhu?"

Sizhu menggeleng tidak tahu. Terkadang gurunya selalu memberi nasehat seperti ini. Bertanya. Membuat bingung. Meskipun hanya sesekali memberi nasehat, tapi Sizhu mengingat semua perkataan gurunya. Namun, kali ini terasa berbeda. Entah mengapa, Sizhu merasakan firasat yang tak enak.

"Sudah sepuluh tahun semenjak aku menemukanmu di sungai. Waktu itu kamu menangis. Kamu sendiri tak tahu alasan kamu menangis. Tapi matamu menunjukan betapa gelapnya alasan kamu menangis. Air matamu keluar, tapi kau tak mengingatnya. Entah hal apa yang kau alami waktu itu.

"Sepuluh tahun ku besarkan kau, Sizhu. Aku sudah menganggapmu seperti anakku sendiri. Melatihmu dengan latihan berat yang tidak mungkin anak seumuran mu akan bertahan sehari pun. Semua ada alasannya Sizhu."

Lao Tzu, guru Sizhu menghela nafas. Semua ingatan dua abad yang lalu mampir ke dalam benaknya.

"Diluar sana Sizhu. Ada seseorang yang sangat ku ingin kalahkan. Dia sangat kuat, jauh lebih kuat daripada aku. Kekuatannya bisa meruntuhkan kota dalam satu malam. Gunung pun bisa rubuh seperti debu dengan tangannya."

Dia tersenyum pada Sizhu. Baru kali ini gurunya terlihat tersenyum padanya. Sepuluh tahun terakhir tak pernah satu raut wajah beliau yang menunjukan beliau pernah tersenyum.

Tapi malam ini, Lihat ... Guru Sizhu yang berumur dua abad lebih. Perawakannya seperti kakek tua. Meskipun badannya masih terlihat segar bugar layaknya pria setengah baya. Garis wajahnya tegas. Matanya tajam, lebih tajam dari mata elang. Kekuatannya masih sama seperti dulu. Satu pukulannya bisa membuat satu batu besar remuk.

Tapi malam ini, Lihat ... Guru Sizhu tersenyum. Dan senyuman itu bukan senyuman biasa. Itu senyuman penyesalan. Seakan dia akan membebankan sesuatu yang sangat berat pada Sizhu. Dia akan mewariskannya.

"Sizhu ... Setiap makhluk hidup pasti akan mati suatu saat. Mau sekuat apapun manusia, mau sehebat apapun manusia dia takkan bisa menghentikan yang namanya kematian."

Uhuk .. Uhuk ..

Guru Sizhu terbatuk berdarah.

"Guru, apa guru butuh sesuatu." Sigap Sizhu membawa segelas air. Memberikannya dengan hormat.

Gurunya menggeleng lembut.

"Ini malam terakhirku Sizhu ... Semakin kau memahami tubuhmu, kau akan semakin paham batasan yang ada di dalamnya. Kau akan mengetahui waktu kematianmu."

Guru Sizhu terbatuk-batuk sekali lagi. Kondisinya sangat parah. Seharusnya beliau berbaring untuk meringankan sakit.

Sizhu hendak memapah gurunya menuju rumah gubuk. Tapi gurunya menolak.

"Biarkan aku selesaikan ucapanku Sizhu."

Sizhu mengangguk mendengarkan. Duduk bersimpuh di hadapannya.

"Aku sudah mengajarkan berbagai ilmu padamu Sizhu ... Gunakanlah itu demi kebaikan ... Diluar sana aku ingin mewariskan penyesalanku padamu ... Sebenarnya aku lebih menyesal menjadikanmu sebagai murid karena keegoisanku ... Aku minta maaf Sizhu ... Seharusnya kau bisa hidup seperti anak remaja seumuranmu ... Maafkan aku."

Sizhu mulai meneteskan air mata. Menggeleng keras.

"Aku tidak menyesal dibesarkan oleh guru. Sebaliknya aku sangat bersyukur karena guru yang membesarkan ku." ucap Sizhu memberi hormat. Tangannya bergetar keras mendengar perkataan gurunya. Tentunya di sudut hatinya Sizhu juga ingin hidup biasa. Tetapi dia lebih menyayangi gurunya dibanding siapapun.

"Begitu kah ... Aku bangga ... Aku bangga sudah membesarkanmu, Sizhu. Uhuk, Terima kasih ... Aku memiliki sebuah janji ... Aku ingin kau mewariskan janjiku Sizhu ...."

Guru Sizhu berusaha mengucap di tengah-tengah batuknya.

"Baik, akan saya jaga janji guru dengan sebaik mungkin."

Guru Sizhu tersenyum, senyuman hangat.

"Antarkan aku ke dalam rumah ... Uhuk, aku ingin merebahkan diri ...."

Sizhu mengangguk, memapah gurunya berjalan perlahan ke dalam rumah gubuk. Menidurkannya di ranjang kayu. Memberinya selimut.

"Aku akan tertidur Sizhu ... Maafkan aku ...."

Sizhu benar-benar tak kuasa menahan air matanya. Dia menangis di samping gurunya.

Guru Sizhu menghembuskan nafas terakhir sembari tersenyum.

"Terima kasih ...."

Begitu Sizhu menyadarinya dia langsung memeluk tubuh kaku gurunya. Menangis keras. Dia terus memeluk tubuh gurunya. Tak peduli air mata membuat bajunya basah kuyup.

Malam itu dia kehilangan gurunya, satu-satunya guru yang dia sayang...

***

02 Maret 2023

"Kau sudah bangun Sizhu?"

Mata Sizhu mengerjap-ngerjap. Mimpi?

"Kau menangis saat tertidur tadi. Wajahmu sangat imut saat tertidur, seperti bayi."

Begitu pandangan Sizhu mulai jelas. Dia melihat wajah Mei Mei di atasnya. Refleks Sizhu langsung bangun, duduk. Jidatnya membentur dagu Mei Mei.

"Aw, itu sakit Sizhu! Kenapa kau langsung bangun seperti itu?" Dagunya Mei Mei memerah. Berseru kesal.

"Eh, aku tertidur?" tanya Sizhu polos.

"Iya, kau pingsan. Lalu aku obati organ dalammu saat kau pingsan. Aku membiarkanmu tidur di pahaku karena kasihan melihat kau tertidur di atas lantai. Bahkan kau tertidur sambil menangis." Mei Mei menjelaskan dengan pipi menggelembung. Dia tampak sebal.

"Sudah berapa lama aku tertidur?" Sizhu bertanya, tak peduli ekspresi Mei Mei yang kesal.

Merasa tak diacuhkan, Mei Mei semakin merasa sebal. Dia memalingkan mukanya. Mengomel.

"Aku jadi menyesal menyembuhkan mu. Kau bahkan tak mengucapkan terima kasih. Hmph!" Mei Mei menyilangkan tangan. Membelakangi Sizhu.

Sizhu jadi merasa bersalah, menggaruk kepala yang tak gatal.

"Makasih ...." Sizhu berbisik. Nyaris tak terdengar.

Kuping kelinci Mei Mei terangkat naik demi mendengar kata-kata itu. Menyeringai senang.

"Apa? Aku tak mendengarnya."

Sizhu mulai merasa jengkel.

"Terima kasih Mei Mei." Sizhu mengucapkannya lebih keras. Membuat Mei Mei bahagia mendengarnya.

"Hehe, aku hanya bercanda. Kamu sudah lima menit tertidur. Tenang saja, pertandingan belum dimulai. Mereka sibuk memperbaiki arena." Mei Mei tersenyum riang.

"Oh." Sizhu menggumam singkat.

"Kamu ... Tak bisa berekspresi ya. Padahal kamu baru saja menangis di pahaku tadi. Lihat, celanaku basah oleh air matamu."

Sizhu mengangkat bahu, tak peduli. Lantas berbalik keluar ruangan istirahat. Sebelum Sizhu melangkah, Mei Mei tiba-tiba menggenggam tangan Sizhu.

"Pasti sakit rasanya, kau terus menerus kesepian." ucap Mei Mei dengan nada iba. Sebenarnya saat Sizhu menangis dia juga mengigau. Menyebut-nyebut guru. Karena itu Mei Mei merasa Sizhu adalah anak yang begitu kesepian. Dari raut wajah dan perilaku Sizhu sudah menunjukan bahwa dia mengalami hal mengerikan semenjak kecil. Dan Mei Mei paham hal tersebut.

Sizhu terdiam sejenak. Dia memang tak memiliki satu pun kenangan indah. Karena itu, saat Luxia mengajaknya makan bersama, rasanya seperti kenangan indah baginya. Demi hal itu Sizhu tak keberatan melawan kedua belas kepala cabang. Dia ingin makan bersama lagi dan seterusnya seperti itu

Mei Mei melepas genggamannya, membiarkan Sizhu pergi.

"Baiklah pemirsa! Kembali lagi setelah lima menit berlalu. Arena telah selesai diperbaiki, sekarang mari kita lanjut ke ronde berikutnya!"

Gendang dan drum ditabuh. Para penonton mau murid atau penduduk mulai bersorak ketika Sizhu melangkah masuk.

"Wah lihat, dia terlihat baik-baik saja."

"Kyaa!!! kak Sizhu bertambah tampan!"

"Kali ini dia pasti akan kalah. Aku bertaruh telur emas demi kekalahannya."

"Tidak! Aku yakin dia akan menang. Aku mempertaruhkan laptop gamingku demi kemenangannya."

Banyak dengung pendapat dan sorakan pada Sizhu. Yang disoraki memasang wajah datar, seolah keadaan ini biasa saja.

"Anak itu sangat berbakat. Dia bisa menggunakan bela diri tingkat tinggi." Xue Lin, shio ayam memberi komentar.

"Itu benar, dia bahkan bisa mengalahkan Jun Kai tanpa menggunakan sihir." Hongli Fu, shio kambing menimpali.

Liu Xingsheng, shio monyet, berdecak. "Apa hebatnya? Dia bahkan tak terlihat bisa menggunakan sihir." Memandang Sizhu remeh. Memang benar selama dua ronde sebelumnya Sizhu tampak tak merapal satu pun mantra.

Manajer Jianying, shio naga menggeleng tak setuju.

"Dia menggunakan sihir, Liu. Perhatikan tongkatnya saat dia mengoleskan sesuatu ke tongkat. Dia memiliki sihir unik yang tak kita ketahui. Jangan lengah, dia mungkin lebih kuat dari kalian." Manajer Jianying membantah ketus. Membuat semua kepala cabang yang duduk disebelahnya tersinggung.

"Sepertinya kau meremehkan kami, Jianying. Hunter yang tak bisa sihir sepertimu, berani meremehkan kami ya~. Bagaimana kita coba bertarung di arena setelah bocah itu kukalahkan, heh?" An Haocun, shio ular, mencoba memprovokasi Manajer Jianying. Yang ditantang membetulkan kacamata kotaknya. Siap kapanpun.

"Tak usah bertengkar. Toh, memang betul ucapan Jianying. Anak yang bernama Sizhu itu bisa saja lebih kuat dari kita. Sepertinya dia belum mengeluarkan separuh kekuatannya." Ling Ling, shio tikus menengahi. Dia mengakui bakat Sizhu seperti yang dikatakan Xue Lin.

Zhang Yue di sebelahnya juga mengangguk kecil. Walaupun malu mengakuinya, tapi Sizhu memang lebih baik darinya.

Kai Zen, shio kuda lebih memilih fokus pada gadgetnya. Tak peduli apa yang para kepala cabang lain bicarakan. Bahkan dia tak peduli dengan pertarungan di arena. Baginya ini semua hanya membosankan. Bermain game jauh lebih seru.

Yuze Tao, shio babi juga mengangguk setuju dengan Manajer Jianying.

"Sudah, sudah, yang penting sekarang siapa yang akan maju selanjutnya. Semakin cepat lebih baik." Yuze Tao menghentikan pertikaian. Memberi usul.

"Aku."

Para kepala cabang (kecuali Kai) menengok ke arah suara. Laohu Xin, shio harimau, orang paling pendiam diantara mereka akhirnya mengucapkan sepatah kata.

"hee~ jarang sekali pria satu ini bersuara." An Haocun tertarik pada Laohu. Laohu Xin adalah senior Hunter bintang lima. Dia juga mengikuti tradisi Zhàn Dòu yang diadakan dua belas tahun yang lalu. Sayangnya dia hanya berhasil menduduki peringkat kedua di bawah keluarga Zen. Kakaknya Kai Zen dulu yang menjadi Kepala divisi sebelum tiba-tiba digantikan Luxia karena suatu hal.

Pencapaiannya di Agensi Hunter sangat banyak. Dia berhasil membunuh tiga Arch Witch dan puluhan penyihir lainnya. Dan lagi sebagai pemimpin bisa dibilang Laohu Xin adalah yang terbaik dan bijaksana. Daerah yang di tempatinya makmur juga damai. Tak ada kasus-kasus kejahatan atau penyihir yang berhasil menyerang kekuasaannya.

Dia turun dari atas tribun. Memasuki arena.

"Penantang ketiga sudah memasuki arena. Sang shio harimau, Laohu Xin!"

Pembawa acara berseru semangat.

"Bawakan aku sebuah pedang." Laohu meminta lantang. Tak lama seseorang datang membawa pedang besar untuk Laohu. Pedang besar itu bahkan hampir setara tinggi Sizhu. Satu meter setengah. Beratnya hampir seratus kilo. Sekali mengayun, permukaan hancur.

Mengangkat pedang besar ke atas punggung. Tubuh kekar dan tinggi Laohu memang terlihat cocok. Layaknya seorang jendral pendekar perang.

Menelan ludah. Sepertinya kali ini takkan mudah. Lawannya berbeda dari dua orang sebelumnya. Sizhu bisa mengukur kekuatan Laohu ada di atasnya. Belum lagi, dengan bakat sihir yang dimilikinya. Pria baruh baya itu tampak sangat menyeramkan.

"Baiklah pertandingan kita mulai!"

"Tiga ...."

"Dua ...."

"Satu ...."

"ZHÀN DÒU!!!"

Sizhu memulai serangan. Mengayunkan tongkat dari celah yang terbuka.

BUK!

Keras sekali suara hantaman tongkat. Angin menderu dibuatnya.

"Kau tidak serius bocah."

Diluar dugaan, Laohu tak bergeming. Serangan tadi tak membuatnya luka segores pun. Padahal telak mengenai pinggang yang terbuka lebar.

Sizhu melompat cepat ke belakang, berwaspada.

"Wow, bapak tua itu sangat kuat. Bahkan tanpa menggunakan sihir pengeras apapun. Mengesankan." An Haocun terkesima. Mata sipitnya membelalak antusias.

Kai Zen masih tak peduli. Sibuk sendiri.

Sizhu kembali menyerang. Kali ini bertubi-tubi ayunan tongkat dipukulkan sana-sini. Suara debuk tongkat menggema. Laohu membiarkan Sizhu menyerangnya sesuka hati. Setelah satu menit penuh hanya terdengar suara hantaman tongkat. Laohu tak bergeming sedikitpun. Bahkan tak ada bengkak atau luka di tubuhnya.

"Mengapa kau enggan menggunakan jurus itu bocah? Jika seperti ini terus menerus kau takkan punya peluang menang."

Laohu menangkap tongkat Sizhu agar berhenti menggebuknya.

"Ini percuma bocah. Padahal aku sangat tertarik tadi."

Sizhu tak peduli langsung menendang wajah Laohu. Sayangnya tak berhasil. Kaki Sizhu lebih dahulu tertangkap Laohu. Sizhu berputar, berusaha lepas.

Laohu melepas kaki dan tongkat Sizhu. Membiarkannya melompat ke belakang, menjauhinya.

Dia menyimpan pedang besarnya. Melepas jas hitam yang dia kenakan. Membenarkan dasi.

"Gunakan jurus itu bocah. Aku akan mulai serius."

Sorot mata Laohu berubah, hawa yang terasa pun ikut berubah. Terasa sangat menekan. Bahkan penonton pun ikut merasakannya.

Sizhu menggeleng. Dia bukannya tidak mau menggunakannya. Dia berpikir jika "syarat" sihir ketahuan, pertarungan berikutnya akan lebih berat. Tak apa. Hawa membunuh seperti ini sudah biasa Sizhu rasakan. Dia terbiasa.

"Kau keras kepala juga. Maafkan aku jika kau mengalami luka parah." Laohu mengangkat pedang besarnya yang dia tancap di tanah. Memasang kuda-kuda, pedangnya terhunus di depan. Sejajar dengan dada. Kokoh.

Baiklah, Sizhu harus merubah rencana. Jika tak bisa mengalahkannya, maka cukup mengulur waktu.

Empat menit, dia harus bertahan dari monster itu selama empat menit.

Sizhu memasang kuda-kuda biasanya. Tangan kiri terjulur, tongkat nya dia simpan di belakang.

Para penonton berseru cemas apa yang akan terjadi.

"噢,西风,我呼唤你,借用你的力量. (Ō, xīfēng, wǒ hūhuàn nǐ, jièyòng nǐ de lìliàng.)" Laohu membaca mantra angin tingkat sedang. Angin puyuh kecil menyelimuti pedang besarnya. Bersiap mengayun.

Luxia khawatir dengan Sizhu. Kali ini lawannya jauh lebih kuat darinya. Bisa-bisa Sizhu akan terluka parah. Dalam hatinya dia berdoa semoga Sizhu akan baik-baik saja.

"Bersiaplah nak!"

Tak perlu disuruh dua kali, Sizhu sudah siap. Laohu berpijak keras, memberikan dorongan kencang pada ayunan pedang.

"Fēng zhǎn!!"

Tebasan tenaga angin menderu kencang. Membelah dinding arena. Para penonton berseru ketakutan melihatnya. Untung pelindung transparan itu dilapis tiga. Agar kejadian sebelumnya tak terulang.

Tebasan itu hampir mengenai Sizhu. Dia sigap mengambil keputusan sebelum pedang besar Lauho terayun. Namun, Laohu tak bermaksud memberi satu pun kesempatan. Tebasan angin beruntun melesat kearahnya. Sizhu berguling menghindar, mengelak. Terus berlarian mengelilingi Laohu yang berdiam di tengah lapang.

Zrat! Zrat! Zrat!

Satu menit Sizhu hanya berlarian menghindar. Para penonton tampak tegang. Teriakan Zhàn dòu masih terdengar. Murid-murid gadis menyemangati Sizhu. Sebaliknya murid-murid bujang berharap Sizhu terkena serangan Laohu.

"Ayo Sizhu kamu bisa!" Mei Mei berseru menyemangati dari Tribun. Sebagian kepala cabang juga tampak menikmati pertarungan ini. Sebuah kesempatan langka untuk melihat Hunter senior beraksi. Apalagi lawannya anak muda yang dianggap remeh kebanyakan orang.

"Mengapa bocah itu tak menggunakan sihirnya yang tadi? Apa dia berniat mengulur waktu?" Manajer Jianying bertanya dalam batin. Sizhu sepertinya tidak serius melawan senior Laohu. Dia serius menatap pertarungan. Menganalisa alur pertandingan.

Tiga menit telah lewat.

Sizhu masih lihai menghindari semua tebasan angin. Tanpa lelah terus berlari memutar. Sebaliknya Laohu merasa ada yang salah disini. Jika terus begini malah membuang-buang waktu. Baiklah, rencana baru. Saatnya mengejar mangsa.

Laohu mengangkat pedang besarnya ke atas, bersiap mengayun lebar. Sizhu berhenti berlari. Memperhatikan musuhnya menyiapkan serangan baru.

Menekan pijakan, permukaan hancur ke dalam. Dalam satu langkah, Laohu melesat secepat kilat. Menerjang tepat di hadapan Sizhu. Pedang besar terayun ...

BUM!

Angin menderu kencang, seketika debu ikut mengepul. Arena tertutupi kepulan debu. Semuanya tegang menunggu. Apa Sizhu berhasil selamat dari serangan itu?

Mei Mei menutup matanya, tak kuasa melihat. Dia takut melihat Sizhu yang sudah terbelah dua. Luxia juga terperanjat. Matanya tak berhenti berharap pada Sizhu. Para kepala cabang yang lain juga terkesiap. Serangan tadi, tidak akan ada yang mampu menahannya tanpa menggunakan sihir.

Dengan kecepatan dan kekuatan Laohu, bobot serangan itu bisa membelah dua gedung jika kekuatan penuhnya dikeluarkan. Untungnya Laohu masih menahan diri untuk tidak berlebihan, jika tidak gedung arena akan terbelah.

Dari balik kepulan debu mulai terlihat sebuah bayangan. Keheningan pun ikut menunggu. Itu Sizhu. Dia berhasil menahan serangan Laohu dengan mentah-mentah. Debu yang mengepul itu karena kuatnya pijakan Sizhu menahan serangan sehingga melesak ke dalam permukaan. Retak radius lima meter sekitar. Sizhu berhasil menahan serangan pedang besar dengan tongkat berdarahnya.

Tepat sebelum Laohu menerjang, Sizhu menusuk telapak tangannya dengan kuku. Seketika darahnya merayap menyelimuti tongkat Sizhu. Membuat tongkat menjadi keras, lebih keras dari intan. Meskipun efek sampingnya, tangan dan kakinya terasa remuk. Dia meringis sakit.

Reaksi penonton bersorak senang. Decakan kagum mengambang di langit-langit gedung. Untuk pertama kalinya, Laohu menatap hormat pada Sizhu. Dia tersenyum tipis.

"Kau hebat, nak. Orang yang mampu menahan seranganku bisa dihitung oleh beberapa jari. Aku mengakuimu."

Laohu mengangkat pedangnya, menancapkannya di samping.

"Aku menyerah. Anak muda ini pemenangnya!" Laohu berseru lantang. Semua orang yang ada disana berseru senang. Sebagian merasa sangat kagum pada Sizhu.

"ZHÀN DÒU! ZHÀN DÒU! ZHÀN DÒU!"

"Pemenangnya Tuan Sizhu! Semua beri tepuk tangan yang ramai untuk pemenang kita!"

Serempak semua orang yang ada di gedung berdiri, bertepuk tangan, memberi applause.

Sebenarnya sebelum pertandingan Sizhu melawan Laohu dimulai, semua orang mengira Sizhu takkan memiliki kesempatan. Karena lawannya adalah senior Hunter yang mengikuti tradisi Zhàn Dòu dua belas tahun yang lalu. Terlebih lagi, melawan peringkat kedua. Jika tak ada Luxia yang menjadi ketua divisi, bisa dipastikan Laohu Xin lah yang akan menjadi ketua divisi, salah satu zodiak.

Mungkin ini akan menjadi akhir ronde Zhàn Dòu.

Sang pembawa acara mulai mengumumkannya, karena senior Hunter Laohu sudah mengakui Sizhu seharusnya takkan ada orang yang berani maju menjadi penantang selanjutnya. Karena semua orang tampak sepakat dengan hasilnya. Pembawa acara itu juga menanyakan satu persatu pendapat sisa kepala cabang. Dan jawaban mereka adalah "iya".

Tapi tidak untuk satu orang.

"Aku akan jadi penantang berikutnya."

Semua orang menjadi hening demi mendengar kata-kata itu.

Manajer Jianying berdiri tidak setuju. Berkata lantang. Menatap Sizhu tajam.

"Aku menantang mu di ronde terakhir, Sizhu."

***

Terpopuler

Comments

Gehrman

Gehrman

Keknya Heroine Utama si MC belum muncul yak? Apakah bkal jadi musuh MC dulu awal2? 🤔

2024-03-20

0

Gehrman

Gehrman

Nah kan? Orang2 yg mengatakan kata2 klise kaya tadi pasti kalah

2024-03-20

0

Gehrman

Gehrman

Halah, kata2 yg sama terus kaya sebelumnya /Sweat/ Palingan bkal kalah lu kaya yg sebelumnya yg bilang kaya gini mirip2

2024-03-20

0

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1 –[ Agensi Hunter 01 ]–
3 Chapter 2 –[ Agensi Hunter 02 ]–
4 Chapter 3 –[ Agensi Hunter 03 ]–
5 Chapter 4 –[ Zhàn dòu 01 ]–
6 Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–
7 Chapter 6 –[ Zhàn Dòu 03 ]–
8 Chapter 7 –[ Sihir dan Penyihir 01 ]–
9 Chapter 8 –[ Sihir dan Penyihir 02 ]–
10 Chapter 9 –[ Sihir dan Penyihir 03 ]–
11 Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–
12 Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–
13 Chapter 12 –[ Liburan? ]–
14 Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–
15 Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–
16 Chapter 15 –[ Investigasi Rahasia 01 ]–
17 Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–
18 Chapter 17 –[ Investigasi Rahasia 03 ]–
19 Chapter 18 –[ Lucifer 01 ]–
20 Chapter 19 –[ Lucifer 02 ]–
21 Chapter 20 –[ Simposium ]–
22 Chapter 21 –[ Pesan Terakhir ]–
23 Chapter 22 –[ Hunter Tamer ]–
24 Chapter 23 –[ Pertandingan Evaluasi 01 ]–
25 Chapter 24 –[ Pertandingan Evaluasi 02 ]–
26 Chapter 25 –[ Pernyataan Perang ]–
27 Chapter 26 –[ Mata-Mata Ganda ]–
28 Chapter 27 –[ Lao Tzu 01 ]–
29 Chapter 28 –[ Lao Tzu 02 ]–
30 Chapter 29 –[ Lao Tzu 03 ]–
31 Chapter 30 –[ Memento Mori ]–
32 Chapter 31 –[ Fang Tzu ]–
33 Chapter 32 –[ Gerbang Gehenna ]–
34 Chapter 33 –[ Transmigrasi Jiwa ]–
35 Chapter 34 –[ Bintang Aries ]–
36 Chapter 35 –[ Yohan ]–
37 Chapter 36 –[ Kebangkitan Raja Kuno 01 ]–
38 Chapter 37 –[ Kebangkitan Raja Kuno 02 ]–
39 Chapter 38 –[ Kebangkitan Raja Kuno 03 ]–
40 Chapter 39 –[ Kebangkitan Raja Kuno 04 ]–
41 Chapter 40 –[ Kebangkitan Raja Kuno 05 ]–
42 Chapter 41 –[ Kebangkitan Raja Kuno 06 ]–
43 Chapter 42 –[ Kebangkitan Raja Kuno 07 ]–
44 Chapter 43 –[ Ketenangan Sebelum Badai 01 ]–
45 Chapter 44 –[ Ketenangan Sebelum Badai 02 ]–
46 Chapter 45 –[ Ketenangan Sebelum Badai 03 ]–
47 Chapter 46 –[ Shanghai dan Hong Kong 01 ]–
48 Chapter 47 –[ Shanghai dan Hong Kong 02 ]–
49 Chapter 48 –[ Shanghai dan Hong Kong 03 ]–
50 Chapter 49 –[ Kutukan Dan Pembalasan 01 ]–
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1 –[ Agensi Hunter 01 ]–
3
Chapter 2 –[ Agensi Hunter 02 ]–
4
Chapter 3 –[ Agensi Hunter 03 ]–
5
Chapter 4 –[ Zhàn dòu 01 ]–
6
Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–
7
Chapter 6 –[ Zhàn Dòu 03 ]–
8
Chapter 7 –[ Sihir dan Penyihir 01 ]–
9
Chapter 8 –[ Sihir dan Penyihir 02 ]–
10
Chapter 9 –[ Sihir dan Penyihir 03 ]–
11
Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–
12
Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–
13
Chapter 12 –[ Liburan? ]–
14
Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–
15
Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–
16
Chapter 15 –[ Investigasi Rahasia 01 ]–
17
Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–
18
Chapter 17 –[ Investigasi Rahasia 03 ]–
19
Chapter 18 –[ Lucifer 01 ]–
20
Chapter 19 –[ Lucifer 02 ]–
21
Chapter 20 –[ Simposium ]–
22
Chapter 21 –[ Pesan Terakhir ]–
23
Chapter 22 –[ Hunter Tamer ]–
24
Chapter 23 –[ Pertandingan Evaluasi 01 ]–
25
Chapter 24 –[ Pertandingan Evaluasi 02 ]–
26
Chapter 25 –[ Pernyataan Perang ]–
27
Chapter 26 –[ Mata-Mata Ganda ]–
28
Chapter 27 –[ Lao Tzu 01 ]–
29
Chapter 28 –[ Lao Tzu 02 ]–
30
Chapter 29 –[ Lao Tzu 03 ]–
31
Chapter 30 –[ Memento Mori ]–
32
Chapter 31 –[ Fang Tzu ]–
33
Chapter 32 –[ Gerbang Gehenna ]–
34
Chapter 33 –[ Transmigrasi Jiwa ]–
35
Chapter 34 –[ Bintang Aries ]–
36
Chapter 35 –[ Yohan ]–
37
Chapter 36 –[ Kebangkitan Raja Kuno 01 ]–
38
Chapter 37 –[ Kebangkitan Raja Kuno 02 ]–
39
Chapter 38 –[ Kebangkitan Raja Kuno 03 ]–
40
Chapter 39 –[ Kebangkitan Raja Kuno 04 ]–
41
Chapter 40 –[ Kebangkitan Raja Kuno 05 ]–
42
Chapter 41 –[ Kebangkitan Raja Kuno 06 ]–
43
Chapter 42 –[ Kebangkitan Raja Kuno 07 ]–
44
Chapter 43 –[ Ketenangan Sebelum Badai 01 ]–
45
Chapter 44 –[ Ketenangan Sebelum Badai 02 ]–
46
Chapter 45 –[ Ketenangan Sebelum Badai 03 ]–
47
Chapter 46 –[ Shanghai dan Hong Kong 01 ]–
48
Chapter 47 –[ Shanghai dan Hong Kong 02 ]–
49
Chapter 48 –[ Shanghai dan Hong Kong 03 ]–
50
Chapter 49 –[ Kutukan Dan Pembalasan 01 ]–

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!