Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–

12 Maret 2023

"Sedang apa kau disini, murid Lao Tzu?"

Suaranya yang berat dan serak membuatku sedikit merinding. Dia mengenal guruku. Ini mengejutkan, selama sepuluh tahun terakhir. Guruku tidak pernah bertemu siapa pun kecuali si penebang kayu dan penduduk desa terdekat. Siapa sebenarnya pria paruh baya di depanku ini?

"Dari mana kau mendengar nama itu?" tanyaku memastikan. Mei Mei menoleh penasaran. Raut wajahnya menanyakan nama yang disebut Lang Zen.

"Sudah lima puluh tahun sejak terakhir kali aku bertemu dengannya. Bagaimana kabarnya?" ucapnya lebih bersahabat. Wajahnya masih terlihat tegas walau dia berusaha berbicara hangat.

Aku menggeleng. "Tahu dari mana aku adalah murid orang yang kau sebut?"

Lang terdiam sebentar. Mengeluarkan sesuatu dari laci mejanya. Sebuah surat.

"Surat ini datang sebelum tahun baru kemarin. Ini dari tua bangka itu. Menilik dari raut wajahmu, sepertinya tua bangka itu sudah meninggal."

Walau tidak nampak jelas, mata tajam Lang sekilas terlihat sedih.

"Apa isi surat itu?" Aku lebih penasaran dengan isi surat guruku. Seingatku, sepertinya aku pernah melihat beliau mengirim beberapa surat dengan burung elang liar yang beliau tangkap. Salah satunya ada disini ternyata.

"Dia bilang kau akan ke sini. Mempelajari sihir. Aku sudah mengenalmu begitu Nona Luxia mengantarmu kesini. Orang itu memberi tahu ciri-ciri murid kesayangannya. Dia bilang janjinya akan diwariskan pada murid satu-satunya." Lang melirik tajam kearah tongkat yang sedari tadi kupegang.

"Sepertinya kau tidak paham apa janji yang gurumu maksud, ya, Sizhu."

"Apa maksud janji yang guruku katakan?"

"Itu kewajibanmu untuk mencari tahu maksudnya. Aku tak bisa memberi tahumu."

Ini misterius sekali. Setelah guruku menyatakan mewariskan janji padaku, kupikir tongkat ini, karena ada pahatan bertuliskan 'janji' yang terukir di salah satu ujung tongkat. Karena itu aku membawa tongkatku kemana pun. Apa makna janji yang dimaksud guruku?

"Apa hanya karena hal itu kau kemari, Sizhu?"

Pertanyaannya segera memecah lamunanku. Aku baru ingat aku sedang apa disini.

"Ceritakan masalah Amon padaku."

"Untuk apa kau menanyakan masalahnya?"

"Ada hal ganjil yang terjadi di akademi ini. Firasatku yang mengatakannya."

Lang terdiam sebentar. Anak ini ternyata cukup menarik.

"Seseorang sedang berusaha mengeluarkan Amon dari akademi. Dia dipancing oleh orang itu dengan menggunakan sepuluh murid berandalan sebagai umpan. Sepertinya itu masalah keluarganya. Kau tidak berhak ikut campur, Sizhu."

Informasi ini sudah cukup. Kurang lebih aku sudah bisa menyimpulkan garis besarnya.

"Terima kasih sudah berbaik hati." Aku bangkit dari kursi. Beranjak pergi. Mei Mei mengikuti di belakang.

"Aku cukup terkesan. Kau hampir mengalahkan anak jenius itu." ucap Lang sebelum aku keluar dari ruangannya.

"Aku pamit."

Keluar kantor, berjalan menuju kelas. Mei Mei masih menempel disamping kiriku. Aku tidak paham dengan jalan pikir anak kecil ini.

"Ternyata memang sesuai rumor. Kakek satu abad itu terlihat menakutkan. Omong-omong kau mempunyai seorang guru, Sizhu? Kenapa kau tidak menceritakannya padaku?" Mei Mei menoleh, menatapku penasaran.

"Karena kau tidak pernah bertanya." jawabku, malas bercerita. Pipinya menggembung.

"Kau tidak mau menceritakannya?"

Aku menggeleng. "Aku harus mencari seseorang di kelas." Berjalan cepat meninggalkan Mei Mei.

"Hei! Sizhu tunggu aku!"

***

"Sebenarnya Amon hanya berniat menolongku. Dia tidak sengaja terseret karena diriku." ucap Reza merasa bersalah.

Ashley mengangguk, membiarkan Reza lanjut bicara.

"Aku mengenal Amon belum terlalu lama. Satu bulan yang lalu. Kelas khusus Akademi Sihir internasional baru saja diadakan. Aku, Hana dan Amon adalah orang pertama yang memasuki kelas khusus. Sejak baru beberapa hari saja, Amon memang sudah terlibat masalah. Dia menghajar anak-anak yang suka membuli anak yang lebih lemah. Karena itu Amon di cap anak sombong karena posisinya sebagai pangeran tapi bertingkah seperti preman.

"haha, sialnya aku juga menjadi target anak-anak yang suka merundung. Mereka suka merundungku setiap kelas berakhir. Membawaku ke tempat sepi, lalu memukuli dan menendangku. Mereka bilang tidak suka dengan orang asing yang diperlakukan khusus. Seperti diriku yang hanya beruntung untuk bisa masuk Akademi Sihir ini."

"Maaf, menyela. Bukankah di negaramu ada Akademi Sihir juga bukan? Mengapa kamu jauh-jauh menuntut ilmu disini?" tanya Ashley tampak heran. Ashley pernah mengunjungi Indonesia dengan gurunya. Menemui salah satu kursi zodiak lainnya. Dan dia juga menemukan sihir Indonesia tampak unik dan berbeda dari yang lainnya. Setiap sihir memiliki keunikan sendiri tergantung daerah setempat.

"Oh, sebenarnya aku sudah lulus disana. Aku belajar disini untuk mendapat ilmu sihir lebih banyak lagi. Karena memang itu kegemaranku." jawab Reza dengan sedikit riang.

"Kalau begitu, bukankah kamu lebih dari mampu untuk mengalahkan orang yang merundungmu?"

"Em ... Aku bukan tidak bisa melakukannya. Kamu tahu saat praktek sihir aku tak bisa menguasai satu pun jenis sihir. Karena aku memiliki sihir unik yang berkaitan dengan kegelapan. Aku tak bisa menggunakannya dengan sembarang."

Ashley mengangguk paham. Pasti ada alasan kuat Reza tak ingin menggunakan kekuatannya.

"Lalu, apa yang terjadi padamu?"

"Amon tidak sengaja melihatku saat aku sedang dirundung oleh mereka beberapa hari yang lalu. Mereka seperti biasa memukul, dan menendangku. Terutama bagian tubuh, mereka tidak suka memukul tempat terbuka seperti wajah. Takutnya aku akan melapor pada guru dan lain hal. Aku berusaha sabar dan bersikap seperti biasa saat berada di kelas maupun asrama. Aku sudah terbiasa.

"Namun, Amon tidak. Dia langsung menghajar anak-anak pembuli itu. Awalnya hanya berjumlah lima orang. Mereka tidak kapok dan masih menggangguku. Membawa teman lebih, menyiksaku lebih kejam. Amon melihatku lalu membantuku lagi. Sudah tiga kali hal itu terjadi. Amon semakin kesal melihatku yang hanya bersikap biasa tidak menanggapi para perundung itu.

"Pagi hari, saat kebanyakan anak-anak sedang mengambil sarapan. Aku juga mengambil sarapan di kantin seperti biasa. Amon terkadang ikut sarapan denganku. Mungkin dia khawatir akan terjadi sesuatu padaku. Namun, kemarin aku mengambil sarapan lebih awal dari biasanya. Agar Amon tidak harus menemaniku terus setiap pagi. Nasib sial, para perundung itu bukanlah kapok, mereka malah semakin berani dan kejam padaku.

"Mereka menumpahkan makanan panas ke atas kepalaku. Lalu menyeretku paksa ke tempat sepi. Sepuluh orang pembuli itu bergiliran menyiksaku. Menggunakan sihir mereka untuk membakar kulit punggungku, menyayat badanku. Aku masih bisa bersabar dan kembali ke asrama setelah semua itu. Begitu berpapasan dengan Amon, dia sepertinya mencium bau hangus di badanku. Dia bertanya apa yang terjadi padaku. Amon memeriksa kondisi tubuhku yang penuh dengan luka. Dia hanya melihatnya sekilas. Aku langsung berlari dan pergi ke kamarku untuk bersiap masuk kelas.

"Selesai pelajaran pagi, Amon memanggilku hendak memarahiku karena sikapku yang biasa saja setelah menerima perundungan yang seperti itu. Di luar kelas, tak sengaja Sizhu dan Mei Mei melihatku sedang di marahi Amon. Mei Mei mencoba menghentikan Amon yang memarahiku. Amon segera pergi ke tempat biasa aku dirundung, membuat salah paham Sizhu dan Mei Mei yang mencoba membantuku. Aku mengejarnya sebelum dia menghajar anak-anak perundung itu.

"Anak-anak itu sudah menungguku. Karena memang mereka mengancamku untuk kembali ke tempat sepi di belakang gedung sekolah. Amon menemaniku ke tempat itu dengan niat menghabisi mereka. Dia bilang hanya akan memberi mereka pelajaran dan tidak akan menggunakan sihir agar tidak berlebihan. Aku memercayainya.

"Ditengah-tengah Amon sibuk melawan sepuluh orang itu sendirian, seseorang tiba-tiba berteriak keras, menyebut nama seseorang dan memakinya. "Aku tau kau bukan pangeran asli, Amon! Maryam hanyalah seorang selir rendahan." Mendengar itu Amon tiba-tiba menjadi sangat murka. Dia mengamuk seperti orang kerasukan, memukuli para perundung hingga tak bernyawa. Dia baru sadar setelah aku memohonnya untuk berhenti. Setelah itu dia tampak depresi lalu pergi begitu saja. Aku melaporkan apa yang terjadi pada Professor penjaga. Awalnya aku berniat memberi tahu Professor Jianying tapi dia tidak ada disini. Sisanya kami berdua dipanggil ke ruang guru besar tadi pagi."

Ashley menatap prihatin. Dia mengerti sekarang, Amon mengamuk karena nama ibunya disebut. Tapi, darimana para perundung itu tahu nama ibu Amon? Setaunya hanya keluarga Amon lah yang mengetahui nama ibunya dan aib yang mereka jaga. Ashley juga pernah mendengar desas-desus tentang ibu Amon. Tapi, tak disangka dia akan berbuat hal diluar batas seperti itu.

"Aku turut prihatin untukmu. Lalu, bagaimana dengan Amon? Apa dia akan dihukum?"

Reza mengangguk. " Dia akan segera dikeluarkan dari Akademi karena melanggar peraturan terberat. Andai aku melawan para perundung itu, insiden ini tidak akan terjadi. Ini semua salahku." Reza menunduk merasa bersalah.

"Tidak, ini bukan sepenuhnya salahmu, Reza."

Reza mengangkat kepalanya.

"Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Aku pikir ada seseorang yang memancing Amon dengan menyebarkan cerita tentang ibunya. Aku tidak tahu itu salah atau benar, setidaknya dari ceritamu barusan, Amon mengamuk karena ibunya di hina. Kita harus mencari orang yang menyebarkan cerita itu. Menangkapnya, lalu menceritakan yang sebenarnya terjadi pada guru besar agar hukuman Amon di ringankan." Ashley mencoba memberi solusi. Reza berpikir sejenak, ini mungkin akan berhasil.

"Tapi, bagaimana caranya kita mencari orang yang menyebarkan cerita tersebut? Kita hanya punya batas waktu hingga besok. Amon akan dikeluarkan dari Akademi mulai besok pagi."

Ashley menyentuh dagunya, benar juga. Bagaimana caranya mencari si pelaku yang ingin mengusir Amon dari akademi? Ada ratusan murid disini. Waktunya tidak akan cukup jika harus menanyakan satu per satu. Aku harus memberitahu Sizhu.

"Aku tahu orang yang bisa membantu" ucap Ashley dengan yakin.

"Baguslah, sebaiknya kita bergegas. Besok pagi Amon akan berkemas jika kita terlambat."

Keduanya beranjak berdiri, menuju kelas.

***

"Sizhu, aku ... sudah menemukan Reza." ucap Ashley begitu melihatku sedang berada di kelas. Nah, memang Reza orang yang sedang kucari.

"Bagus, nanti setelah selesai kelas siang kita berkumpul di taman sekolah. Professor sebentar lagi akan datang." Ku tengok jam dinding di belakang. Sudah saatnya Professor yang mengajar akan datang. Ashley menurut, bersiap di mejanya. Pindah ke samping Reza.

Professor datang tak lama setelah aku mengatakan itu. Pelajaran selanjutnya ialah mengenai roh. Roh juga memiliki kaitannya dengan pengguna sihir. Ada roh baik dan roh jahat. Tergantung kita yang memanggil mereka dengan ritual. Roh yang sejauh ini ditemukan hanya roh elemen dan roh kematian atau sejenis hantu. Roh sejenis hantu ini bisa merasuki orang dan membuatnya menjadi tidak terkendali. Alias kesurupan. Dan pengguna roh kematian ini sudah mendekati sihir hitam jadi sebaiknya jangan mengamalkan ritual pemanggilan roh kematian. Biasanya pengguna roh kematian butuh target yang sedang emosi tinggi. Seperti dendam, marah, sedih, takut, dan hati yang kosong.

Reza tampak tertegun dengan penjelasan Professor tadi mengenai roh kematian. Jika dipikir lagi, dia memang melihat Amon seperti orang yang kerasukan. Apa jangan-jangan memang Amon dirasuki roh kematian? Tapi pertanyaannya siapa yang bisa menggunakan roh kematian di sekolah ini?

Usai kelas berakhir. Aku, Mei Mei, Ashley, dan Reza kembali membicarakan masalah Amon di taman.

Reza menceritakan apa yang terjadi pada kami semua.

"Sepertinya ... Aku pikir Amon di rasuki roh kematian saat itu seperti penjelasan Professor tadi." Reza memberi pendapat.

"Tapi, siapa di sekolah ini yang bisa menggunakan roh kematian? Para Professor tidak mungkin, para murid juga tidak mungkin, apalagi teman sekelas kita. Tidak ada latar belakang yang berkaitan dengan Amon satu pun kecuali aku." Ashley membantah pendapat Reza.

"Sepertinya, pelakunya bukan dari akademi. Ini hanya spekulasi ku, kemungkinan besar hanya Amon yang mengetahui pelakunya." Aku menambahkan pendapat. Kami berpikir sejenak.

"Hmm ... Kalau begitu kita mata-matai saja Amon. Aku yakin dia akan menuntun kita pada pelaku sebenarnya." ucap Mei Mei memberi saran. Kami mengangguk setuju.

"Kalau begitu ayo kita cari Amon dan membuntutinya. Sore dan malam adalah waktu bebas kita. Ayo berangkat." lanjut Mei Mei bersemangat.

Langit memerah menunjukkan petang mulai berlalu. Sebentar lagi matahari menghilang dari angkasa.

Aku, Mei Mei, Reza, dan Ashley. Memata-matai kamar asrama Amon. Hiraukan orang yang tampak heran melihat kami berempat menunggu seseorang keluar dari kamar Amon. Sejam, dua jam, langit sudah menjadi gelap. Cahaya lampu menggantikan. Kami masih bergiliran menunggu Amon keluar dari kamar.

"Ugh ... Sepertinya anak itu tidak akan keluar dari kamar sampai besok pagi." Mei Mei mulai mengeluh, menyesal telah ikut serta.

"Kamu bisa beristirahat sejenak Mei Mei. Biar kami yang menunggu disini." Ashley menimpali keluhan Mei Mei. Yang mengeluh semakin mengeluh karena dirinya tidak ingin kelewatan Amon keluar. Bagaimana saat dia sedang menyantap sesuatu di kantin dan saat kembali ternyata temannya sudah menghilang.

Empat kepala kami masih melongok menatap pintu kamar Amon dari ujung lorong. Akhirnya, setelah lima belas menit berlalu. Suara pintu terbuka dari kamar Amon. Dia keluar mengenakan pakaian hitam-hitam dan masker hitam seperti hendak melakukan sesuatu. Dia menengok kanan-kiri memastikan tidak ada yang memantaunya. Kami serentak berhenti melongok. Melihat posisi Amon dari cermin kecil agar tidak ketahuan.

Amon berjalan cepat keluar asrama. Kami bergegas mengikutinya diam-diam. Terkadang Amon merasa was-was sedang di ikuti. Dia berjalan menuju belakang gedung sekolah. Tempat kejadian kemarin. Ada seseorang yang menunggunya disana. Kami bersembunyi di belakang tembok. Mengawasi apa yang akan terjadi.

"Kau, Basyir. Tidak kusangka kau mengikutiku sampai kesini. Tidak puas kau membunuh ibu dan paman ku, HAH!? Sekarang kau mencoba menurunkan ku sebagai pangeran? Kita selesaikan masalah kita disini!" Amon berseru galak. Tampaknya orang itu salah satu keluarga Amon. Amon mengeluarkan sihir api tingkat sedang. Bola api besar, sebesar meja melayang diatas kepalanya.

Orang yang disebut Basyir itu terkekeh.

"Kau hanya adikku yang sedikit beruntung. Andaikan ayah lebih dulu menemuiku, gelar sebagai pangeran tidak akan turun padamu yang memiliki watak seperti itu. Aku yakin ayah akan senang mendengar kabar kematianmu. Tenang saja aku akan menggantikan mu sebagai saudara tiri yang baik."

"KEPARAT!" Amon melancarkan serangannya. Orang itu dengan tenang menunjuk bola api besar yang melesat ke arahnya. Lantas tiba-tiba bola api itu meledak sebelum mengenai sasaran.

Duar!

Dibalik kepulan asap hitam, Amon berlari merangsek musuh. Seakan tahu Amon akan melakukan itu. Basyir menghempaskan Amon dengan angin besar dari tangannya. Amon mental sejauh lima meter kebelakang.

"Ayo kita bantu Amon." bisik Mei Mei tidak sabaran. Aku menggeleng.

"Tunggu sampai Amon tidak bisa bertarung lagi." Mei Mei menatap tidak mengerti padaku. Aku memberi isyarat untuk tidak banyak berisik.

Amon kembali bangkit. "BAJINGAN! SINI BERTARUNG JUJUR DENGANKU!" Amon membakar tangannya, menjadi tinju berapi. Menerjang cepat.

Musuhnya hanya menyeringai, menggerakkan tangannya kesamping.

Buk!

Sesuatu menghantam Amon membuatnya terpukul ke pinggir. Amon mengeraskan wajahnya. Terus merangsek maju. Satu pukulan melayang. Basyir melangkah mundur pelan. Menghindari pukulan Amon. Lantas seperti ada tangan tak terlihat Amon kembali terpukul. Kali ini membuatnya mental sangat jauh ke belakang. Hampir melihat kami di belakang tembok.

"Sekarang ayooo. Amon sudah sekarat!" bisik Mei Mei menjadi-jadi. Aku menutup mulutnya menyuruh agar tidak berisik. Dia berseru marah-marah. Ashley dan Reza lebih bersabar untuk melihat kelanjutannya.

"Kau tidak pernah belajar dari kesalahanmu adikku. Kau bahkan tidak melihat roh yang kukendalikan. Rasanya sangat enak melihat orang kerasukan roh ku. Mengamuk membunuh ibunya sendiri. Bahkan pamannya dia bunuh oleh tangannya sendiri. Sangat nikmat rasanya bukan?" Basyir menyeringai lebar.

"DIAM!!!" Amon bertubi-tubi melempar bola api kecil. Dia mempelajari teknik yang Jianying ajarkan dengan benar. Namun, nampaknya musuh lebih cerdas dari Amon. Dia pengguna roh.

Aku masih mengamati roh apa saja yang dia kendalikan. Selama pertarungan berlangsung aku hanya melihat roh angin, dan roh kematian di belakangnya.

"Dia menggunakan semua roh elemen dan roh kematian." Gumam Reza seakan bisa melihat roh-roh itu berkeliling di sekitar Basyir.

"Bagaimana kau tahu?" tanyaku penasaran.

"Terkadang roh itu terlihat seperti monster di mataku. Aku bisa melihat monster hitam mengerikan di belakang musuh Amon. Dan beberapa roh elemen kecil." jelas Reza, menunjuk Basyir.

Amon masih tak menyerah merangsek menyerang lawan. Puluhan bola api dia lempar, sekaligus. Bersamaan dengan serangannya itu dia menerjang Basyir. Mendaratkan pukulan berapi.

Plak! Basyir menepisnya. Lantas memukul perut Amon yang terbuka lebar. Amon langsung terduduk, batuk. Dia menjenggut rambut Amon, memukuli wajahnya sambil tertawa-tawa.

"Hahahaha, lihat wajah pangeran angkuh ini. Kau tidak bisa menang melawanku, bocah." Basyir puas memukuli wajah Amon. Mendesis mengancam.

"Ini sudah berakhir. Matilah."

Amon melayang seperti dicekik oleh sesuatu. Dia berusaha lepas dari cekikan namun percuma. Mengerang kesakitan. Mulai kehilangan kesadaran.

"Amon!"

Reza berteriak kencang. Entah bagaimana caranya, Amon terlepas dari cekikan roh kematian itu. Aku segera menangkapnya sebelum jatuh mengenai tanah. Dibelakang Ashley membantuku dengan tembakan sihir air tingkat sedang. Basyir melompat menjauh dari serangan. Tidak mengira akan ada orang yang membantu.

Reza mengeraskan rahang, menggumamkan mantra. Lantas roh elemen kecil yang mengelilingi Basyir mendadak pindah menyerangnya.

Dia menggeram marah. Menghabisi roh-roh elemen dengan roh kematian. Ashley turut membantu menembaki Air berbentuk tombak tajam. Basyir tak sempat menghindar, serangan Ashley berhasil menghunjam bahu kirinya. Membuatnya mengerang marah.

Aku kembali ke belakang membawa Amon yang sekarat. Mei Mei dengan cepat bertindak, menyembuhkan luka dalam dan wajah babak belur Amon.

"KALIAN JANGAN IKUT CAMPUR!"

Gelombang suara yang sangat besar menghantam kepala kami. Gendang telinga kami pecah karena mendengar suara itu. Mei Mei gercep menyembuhkan telinga kami yang berdarah.

Basyir menggumamkan sesuatu.

"Ini gawat, orang itu melakukan mantra ritual penyatuan roh. Dia akan bersatu dengan roh kematian itu dan menjadi penyihir." Reza terlihat gemetar melihat monster hitam itu masuk kedalam tubuh Basyir dan merubah tubuhnya menjadi sedikit besar.

Taring dan cakar muncul memanjang. Kulitnya bukan kulit manusia lagi. Berubah menjadi cangkang hitam yang keras. Matanya memerah seperti darah. Basyir sudah sepenuhnya menjadi monster. Dia mengamuk merangsek maju ke arah kami.

Bum!

Tanah merekah sejauh lima meter. Aku berusaha menahannya agar tidak menyerang yang lain. Berkelit cepat membalas serangan, ujung tongkat kayuku menusuk cepat, membuatnya terhempas kebelakang dua puluh meter. Menabrak tebing.

Bum!

Monster itu tampak baik-baik saja. Kembali bangkit merangsek secepat kilat. Mengeluarkan cakaran. Gawat, aku tak sempat mengelak.

Blar! Zrat!

Reza menyerang menggunakan roh api dan angin. Membuat musuh melompat mundur. Ashley mengejar dengan tembakan air dari jauh. Monster itu melompat-lompat menghindar. Lantas kabur menjauh.

"Kita harus membunuh makhluk itu sebelum menyerang murid lain!" Ashley berseru cemas. Aku mengangguk paham.

"Biar aku yang memburunya."

Merobek telapak tanganku dengan mulut. Membiarkan darah menyatu dengan tongkat. Aku segera melangkah kilat, mengejar monster itu.

"Uhuk ... Uhuk ... Hentikan anak itu! Roh kematian Basyir adalah roh kategori empat. Roh itu setara dengan Arch Witch. Dia takkan bisa menang melawannya." Amon berseru cemas begitu tersadar. Dia sempat melihat Basyir yang sudah berubah menjadi penyihir. Semuanya tampak tegang mendengar kata itu.

Ashley dan Reza bergegas berlari menyusul Sizhu.

***

Terpopuler

Comments

Filanina

Filanina

'di' di sini kata kerja semua. disatukan penulisannya.

2024-02-15

1

Filanina

Filanina

hmmm begitu?

tp ttp aja ya mereka ga ada takut-takutnya ama anak khusus.

2024-02-15

0

Filanina

Filanina

kok bisa anak dari kelas khusus dirundung? Bukannya yang lain jadi segan? Bukannya mereka yg terkuat?

2024-02-15

0

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1 –[ Agensi Hunter 01 ]–
3 Chapter 2 –[ Agensi Hunter 02 ]–
4 Chapter 3 –[ Agensi Hunter 03 ]–
5 Chapter 4 –[ Zhàn dòu 01 ]–
6 Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–
7 Chapter 6 –[ Zhàn Dòu 03 ]–
8 Chapter 7 –[ Sihir dan Penyihir 01 ]–
9 Chapter 8 –[ Sihir dan Penyihir 02 ]–
10 Chapter 9 –[ Sihir dan Penyihir 03 ]–
11 Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–
12 Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–
13 Chapter 12 –[ Liburan? ]–
14 Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–
15 Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–
16 Chapter 15 –[ Investigasi Rahasia 01 ]–
17 Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–
18 Chapter 17 –[ Investigasi Rahasia 03 ]–
19 Chapter 18 –[ Lucifer 01 ]–
20 Chapter 19 –[ Lucifer 02 ]–
21 Chapter 20 –[ Simposium ]–
22 Chapter 21 –[ Pesan Terakhir ]–
23 Chapter 22 –[ Hunter Tamer ]–
24 Chapter 23 –[ Pertandingan Evaluasi 01 ]–
25 Chapter 24 –[ Pertandingan Evaluasi 02 ]–
26 Chapter 25 –[ Pernyataan Perang ]–
27 Chapter 26 –[ Mata-Mata Ganda ]–
28 Chapter 27 –[ Lao Tzu 01 ]–
29 Chapter 28 –[ Lao Tzu 02 ]–
30 Chapter 29 –[ Lao Tzu 03 ]–
31 Chapter 30 –[ Memento Mori ]–
32 Chapter 31 –[ Fang Tzu ]–
33 Chapter 32 –[ Gerbang Gehenna ]–
34 Chapter 33 –[ Transmigrasi Jiwa ]–
35 Chapter 34 –[ Bintang Aries ]–
36 Chapter 35 –[ Yohan ]–
37 Chapter 36 –[ Kebangkitan Raja Kuno 01 ]–
38 Chapter 37 –[ Kebangkitan Raja Kuno 02 ]–
39 Chapter 38 –[ Kebangkitan Raja Kuno 03 ]–
40 Chapter 39 –[ Kebangkitan Raja Kuno 04 ]–
41 Chapter 40 –[ Kebangkitan Raja Kuno 05 ]–
42 Chapter 41 –[ Kebangkitan Raja Kuno 06 ]–
43 Chapter 42 –[ Kebangkitan Raja Kuno 07 ]–
44 Chapter 43 –[ Ketenangan Sebelum Badai 01 ]–
45 Chapter 44 –[ Ketenangan Sebelum Badai 02 ]–
46 Chapter 45 –[ Ketenangan Sebelum Badai 03 ]–
47 Chapter 46 –[ Shanghai dan Hong Kong 01 ]–
48 Chapter 47 –[ Shanghai dan Hong Kong 02 ]–
49 Chapter 48 –[ Shanghai dan Hong Kong 03 ]–
50 Chapter 49 –[ Kutukan Dan Pembalasan 01 ]–
51 Chapter 50 –[ Kutukan Dan Pembalasan 02 ]–
52 Chapter 51 –[ Bidak Catur 01 ]–
53 Chapter 52 –[ Bidak Catur 02 ]–
54 Chapter 53 –[ Bidak Catur 03 ]–
55 Chapter 54 –[ Qiulong 01 ]–
56 Chapter 55 –[ Qiulong 02 ]–
57 Chapter 56 –[ Qiulong 03 ]–
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1 –[ Agensi Hunter 01 ]–
3
Chapter 2 –[ Agensi Hunter 02 ]–
4
Chapter 3 –[ Agensi Hunter 03 ]–
5
Chapter 4 –[ Zhàn dòu 01 ]–
6
Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–
7
Chapter 6 –[ Zhàn Dòu 03 ]–
8
Chapter 7 –[ Sihir dan Penyihir 01 ]–
9
Chapter 8 –[ Sihir dan Penyihir 02 ]–
10
Chapter 9 –[ Sihir dan Penyihir 03 ]–
11
Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–
12
Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–
13
Chapter 12 –[ Liburan? ]–
14
Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–
15
Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–
16
Chapter 15 –[ Investigasi Rahasia 01 ]–
17
Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–
18
Chapter 17 –[ Investigasi Rahasia 03 ]–
19
Chapter 18 –[ Lucifer 01 ]–
20
Chapter 19 –[ Lucifer 02 ]–
21
Chapter 20 –[ Simposium ]–
22
Chapter 21 –[ Pesan Terakhir ]–
23
Chapter 22 –[ Hunter Tamer ]–
24
Chapter 23 –[ Pertandingan Evaluasi 01 ]–
25
Chapter 24 –[ Pertandingan Evaluasi 02 ]–
26
Chapter 25 –[ Pernyataan Perang ]–
27
Chapter 26 –[ Mata-Mata Ganda ]–
28
Chapter 27 –[ Lao Tzu 01 ]–
29
Chapter 28 –[ Lao Tzu 02 ]–
30
Chapter 29 –[ Lao Tzu 03 ]–
31
Chapter 30 –[ Memento Mori ]–
32
Chapter 31 –[ Fang Tzu ]–
33
Chapter 32 –[ Gerbang Gehenna ]–
34
Chapter 33 –[ Transmigrasi Jiwa ]–
35
Chapter 34 –[ Bintang Aries ]–
36
Chapter 35 –[ Yohan ]–
37
Chapter 36 –[ Kebangkitan Raja Kuno 01 ]–
38
Chapter 37 –[ Kebangkitan Raja Kuno 02 ]–
39
Chapter 38 –[ Kebangkitan Raja Kuno 03 ]–
40
Chapter 39 –[ Kebangkitan Raja Kuno 04 ]–
41
Chapter 40 –[ Kebangkitan Raja Kuno 05 ]–
42
Chapter 41 –[ Kebangkitan Raja Kuno 06 ]–
43
Chapter 42 –[ Kebangkitan Raja Kuno 07 ]–
44
Chapter 43 –[ Ketenangan Sebelum Badai 01 ]–
45
Chapter 44 –[ Ketenangan Sebelum Badai 02 ]–
46
Chapter 45 –[ Ketenangan Sebelum Badai 03 ]–
47
Chapter 46 –[ Shanghai dan Hong Kong 01 ]–
48
Chapter 47 –[ Shanghai dan Hong Kong 02 ]–
49
Chapter 48 –[ Shanghai dan Hong Kong 03 ]–
50
Chapter 49 –[ Kutukan Dan Pembalasan 01 ]–
51
Chapter 50 –[ Kutukan Dan Pembalasan 02 ]–
52
Chapter 51 –[ Bidak Catur 01 ]–
53
Chapter 52 –[ Bidak Catur 02 ]–
54
Chapter 53 –[ Bidak Catur 03 ]–
55
Chapter 54 –[ Qiulong 01 ]–
56
Chapter 55 –[ Qiulong 02 ]–
57
Chapter 56 –[ Qiulong 03 ]–

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!