Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–

06 Maret 2023

"Bagaimana kelasmu, lancar?" Luxia tersenyum, tangannya sibuk menulis diatas kertas.

Aku menghela nafas sejenak. "Mereka anak-anak yang berbakat. Kecuali Sizhu, aku tidak paham jenis sihir yang dia miliki. Selama ini sihir berasal dari rapalan maupun azimat. Tapi anak itu ... Aku tidak yakin itu apa." Mengambil tempat duduk di sofa. Menaruh kertas mata pelajaran diatas meja.

Luxia mengangguk, "Kamu pasti lelah Manajer Jianying. Selain mengawalku, kamu mengajar dan mengurus bisnis di kotamu. Maafkan aku sudah merepotkan." Tatapannya tertuju ke arahku. Aku menggeleng singkat.

"Itu sudah menjadi kewajiban ku untuk menuruti titah kaisar langit." berkata mantap.

Luxia tersenyum, "Omong-omong pedangmu yang patah, apa itu masih bisa diperbaiki? Itu pedang yang sangat berharga bukan?"

"Ya, pedang itu sudahku kirim ke tukang pandai besi di jepang. Mungkin akan butuh waktu lama untuk memperbaikinya seperti semula."

"Ara~Kebetulan, aku memiliki laporan menarik mengenai hal itu. Apa kamu bisa mengantarkan ku ke Shenzhen? Aku memiliki sebuah urusan mengenai pedang sihir."

"Dengan senang hati, Nona." Aku berdiri, membungkuk.

"Mari kita pergi." Luxia beranjak dari tempatnya. Aku mengikutinya dari belakang. Mengawal.

Menaiki mobil terbang. Jenis mobil terbang sihir terbaru. Baru ada beberapa, tapi tak sebagus pesawat atau helikopter. Bisa melesat 100 kilometer per jam. Ada empat kursi didalam, dengan desain sport car moderen. Berwarna putih mengkilap. Aku mengambil setir. Memang sudah tugasnya seorang pengawal pribadi untuk bisa melakukan segala hal. Termasuk menjadi supir. Biasanya aku yang meminta seseorang menjadi supir, kali ini nasib berbalik.

Luxia duduk dibelakang, kursi penumpang. Berbagai interior spesial seperti anggur dan gelas tersedia. Dalam mobil ini sangat terkesan luxury. Terlihat elegan. Dengan teknologi mutakhir, mudah saja aku mengendarainya. Bahkan ada mode auto pilot seperti pesawat terbang. Mesin dan bahan bakar berasal dari batu sihir. Dicampur teknologi tinggi abad ini.

Benda terbang seperti ini mulai terkenal sejak Luxia menjabat menjadi ketua divisi. Bahkan seluruh teknologi yang ada di abad ini berkat ide cemerlang Luxia. Pasar ekonomi meledak besar karena perkembangan teknologi dan sihir. Sudah mulai banyak benda terbang di penjuru negeri. Terutama di kota-kota besar. Dengan posisinya sebagai ketua divisi, mudah saja menyebarkan prestasinya ke seluruh dataran Cina. Bahkan luar negeri pun mulai tertarik. Betapa jeniusnya gadis jelita satu ini.

Dan sebagian sistem bisnis itu diberikan kepadaku yang tinggal di ibukota. Aku mulai menyentuh dunia bisnis baru dua tahun semenjak Luxia mengangkat ku menjadi shio naga. Banyak keuntungan sekaligus resiko menjadi seorang kepala cabang. Terkhususnya bagiku yang hanya bisa mengandalkan senjata sihir dan azimat yang terbatas. Aku tak bisa menggunakan sihir, namun aku berusaha menutupinya dengan keahlianku. Dengan mempelajari berbagai jenis bela diri dan senjata. Akhirnya, aku berhasil meraih puncak.

Aku belajar bela diri dan senjata di Jepang. Hingga akhirnya mendapatkan salah satu pedang sihir, totsuka, menguasainya, lalu kembali ke Cina. Menjadi Hunter, memburu penyihir yang membunuh kakakku. Puluhan kepala penyihir dan tujuh kepala Arch Witch ku penggal. Penyihir yang membunuh kakakku belum berhasil ku buru.

Malam itu, hujan gerimis membasahi atap, membuat dingin udara. Atap yang terbuat dari kardus mulai rembes, tak kuat menahan hujan. Aku dan kakakku adalah anak jalanan. Kami bertahan hidup di dunia yang kumuh. Tak mengetahui siapa ibu dan ayah. Hanya kakak perempuanku satu-satunya yang ku anggap sebagai keluarga. Dia sangat baik dan peduli. Penyayang dan cantik. Tangguh dan mandiri. Walau ombak hidup terus menghantam kami, kakakku selalu pulang dan membawa makanan untukku. Terkadang terluka parah hanya untuk memberiku, adiknya sesuap nasi. Tapi dia tak pernah menyerah.

Kami tinggal di distrik hiburan. Tempat ini sangat buruk, lebih buruk dari tempat penampungan sampah. Tak usah pedulikan mayat hewan yang membusuk, bahkan mayat manusia kadang terletak di jalanan begitu saja. Kakakku bekerja sebagai penghibur malam. Demi diriku, dia melakukan apa saja. Demi adiknya untuk terus menyambung hidup.

Malam itu, setelah gerimis berhenti, digantikan oleh hujan abu. Langit merah, asap abu mengepul, api berkobar.

Malam itu, distrik hiburan tempatku lahir terbakar hebat. Jeritan orang meraung mengisi orkestra malam. Tak terbilang jumlah mayat yang bergelimpangan. Darah dan daging membanjir. Pemandangan mengerikan.

Di tengah kekacauan itu, ada seseorang berjubah hitam, dengan kulit pucat, berambut hitam panjang, bersimbah darah, dia menatapku dan kakakku. Matanya seperti monster, berwarna merah darah pekat.

Saat itu aku sangat ketakutan. Seluruh tubuhku bergetar. Semuanya mati. Tinggal aku dan kakakku. Dia perlahan berjalan mendekat.

"Jianying cepat kabur!" Kakakku berdiri di depanku. Dia menyuruhku pergi padahal dia juga bergetar ketakutan. Aku diam mematung tidak merespon. Waktu itu aku merasa sudah tidak ada harapan. Jika aku lari hasilnya akan sama saja.

"Cepat Jianying! Lari dari sini! Kau harus tetap hidup!" Aku didorong keras oleh kakakku ke belakang. Menyuruhku berlari. Aku tidak mengerti. Aku masih terdiam.

Orang itu sudah satu langkah di depan kakakku. Mencekiknya. Mengangkatnya.

"La ... Ri ... Jian ... Ying ...."

Kakakku masih berusaha menyuruhku pergi. Tangannya terjulur kearahku. Wajahnya saat itu ... Dia menangis. Sembari tersenyum untuk terakhir kali.

Krak!

Leher kakakku patah, orang itu lalu melemparkan tubuh kaku kakakku ke tanah. Aku masih terdiam, ini giliranku untuk mati. Tatapanku sudah kosong sedari tadi. Tak peduli air mata mengalir.

Orang seram itu mendekatiku. Kanan-kiri depan belakangku hanyalah kobaran api. Aku ingin sekali berteriak, lalu kabur sesuai perintah kakakku. Namun, kakiku rasanya seperti terpaku. Aku tidak bisa bergerak. Pasrah.

Mata merah darah pekat itu menatapku. Hanya selangkah jarakku dengannya. Dia terus menatapku. Sepuluh detik ganjil. Orang itu lantas balik kanan. Pergi. Menghilang diantara kobaran api.

Aku tidak mengerti apa yang terjadi saat itu. Kenapa orang itu tidak membunuhku? Setelah bertahan hidup bagai neraka setiap harinya, distrik terbakar, kakakku dibunuh, semua orang dibunuh, dan aku dibiarkan hidup begitu saja? Apa maksudnya ini?

Benci. Hanya kata itu yang terukir di kepalaku saat itu. Benci. Setelah semua kehilangan nyawa, kenapa hanya aku yang tersisa? Benci. Kenapa aku tidak lari seperti yang kakakku suruh? Benci. Melihat betapa kecil dan lemahnya diriku. Benci. Kepada makhluk itu yang sudah membunuh kakakku.

Aku hanya bisa menangis, memeluk tubuh dingin kakakku di tengah kobaran api yang panas. Tak lama, air hujan kembali berjatuhan. Memadamkan sekitar. Dua jam kemudian para Hunter datang. Tidak ada yang tersisa. Hanya abu. Dan diriku yang kehabisan air mata.

Sejak saat itu aku berlatih dan berlatih, memaksa tubuhku melewati batas. Memburu, memburu, dan memburu. Akan kubunuh penyihir itu walau harus mencarinya hingga ujung dunia.

Dendam itu tak terlupakan. Namun, saat ini aku mempunyai banyak tugas. Aku harus mengutamakan kesetiaan daripada dendam itu.

Setelah delapan jam perjalanan, kota Shenzhen menyala terang dari kejauhan. Kami sudah tiba. Kota yang asalnya desa nelayan itu menjadi kota metropolitan megah dengan berbagai bidang bisnis menjamur di dalamnya. Bahkan malam hari tempat itu masih berdenyut kehidupan kota.

"Kita telah tiba Nona. Nona ingin kita mendarat dimana?"

"Keluarga Tao. Kita mendarat disana."

"Hâo." Aku membelokkan setir, menginjak pedal gas. Destinasi sudah dekat.

Sepuluh menit berlalu. Kami sampai. Mendarat di depan bangunan tinggi dengan arsitektur cina yang khas. Kediaman keluarga Tao, keluarga ahli pedang kuno di seantero Cina.

"Selamat datang, Nona Luxia, Tuan Jianying. Sungguh sebuah kehormatan bagi saya Nona berkunjung ke kediaman sederhana ini." Yuze Tao, pemimpin kota ini membungkuk. Memberi hormat secara langsung. "Mari Nona, Tuan, kita berbicara sembari menikmati teh di dalam." Yuze menuntun kami ke kediamannya.

Pria berbangsa Cina, dengan rambut hitam panjang sebahu, dan jubahnya yang panjang mencerminkan sekali kekhasan keluarga Tao. Keluarga Tao dikenal sebagai pengguna pedang sihir terhebat. Sejak dari dinasti Qin, keluarga Tao sudah aktif sebagai ahli pedang kerajaan. Alhasil, banyak koleksi senjata sihir dari daratan Cina keluarga Tao simpan. Kediaman ini sudah seperti museum pedang sihir. Berbagai senjata sihir yang bernilai sejarah terpajang didinding. Menunjukkan betapa berkuasanya keluarga ini. Sepertinya seekor semut pun tidak akan berani lewat ke dalam sini.

Menaiki lift, kami sampai di lantai teratas. Terbentang pemandangan malam kota metropolitan yang indah nan megah. Meja dan kursi kayu sudah disiapkan. Diatasnya berbagai kudapan khas dan teko teh sudah siap. Yuze mempersilahkan kami duduk.

"Apa Nona butuh hidangan yang lain?"

Luxia menggeleng pelan. "Ini sudah cukup, Yuze. Terima kasih."

"Bagaimana dengan Tuan?"

Aku menggeleng singkat. Tidak.

Yuze mengangguk. "Jika Nona datang kemari, ini berarti Nona membutuhkan pedang sihir untuk Tuan Jianying. Apa itu yang Nona butuhkan?"

Luxia tersenyum. "Ara~Keluarga Yuze memang perhatian. Apa ada pedang sihir yang cukup bagus untuk Manajer Jianying? Pedangnya yang dulu patah saat Zhàn Dòu kemarin. Manajer Jianying butuh senjata kuat untuk melindungiku." Luxia menjelaskan maksud kedatangan.

Yuze tertawa pelan. "Dengan senang hati kami meminjamkan semua senjata yang ada disini. Pedang sihir jenis apa yang dibutuhkan Tuan Jianying?"

"Pedang yang ringan dan tajam. Dengan atribut sihir yang tidak terlalu berat."

"Kami mungkin punya ... Tapi, sebelum itu mari kita santai sejenak. Silahkan dicicipi teh dan jiaozunya." Luxia mengambil cangkir hangat di depannya. Menyeruput. Aku hanya diam.

"Silahkan Tuan Jianying. Tak perlu sungkan."

Satu teguk, itu sudah cukup. Aku disini untuk menjaga Nona Luxia. Bukan ikut menikmati jamuan.

Yuze mengerti maksud raut wajahku. Membiarkan.

"Omong-omong, apa kabar anak bermata hijau itu?" Yuze mencomot topik.

"Dia bersekolah di akademi. Aku ingin Sizhu mengenali dunia sihir lebih dalam lagi padanya." Luxia yang menjawab. Sesekali menegak teh.

"Wah, dengan bakat bela diri dan sihirnya yang unik. Anak itu bahkan bisa menjadi penerus ketua divisi nantinya. Jika tak keberatan, apakah Nona berkenan untuk membuatnya belajar disini? Saya bisa mengajari beberapa keahlian berpedang padanya." Yuze menawarkan diri. Luxia menggeleng hormat.

"Maaf menolaknya, Yuze Tao. Saat ini Manajer Jianying sudah menjadi pengajar kelasnya disana." Yuze menatap Jianying lamat-lamat. Raut wajahnya tak bisa disembunyikan. Dia kecewa tidak dapat melatih Sizhu.

"Itu sangat disayangkan. Tentunya Tuan Jianying lebih baik dari saya. Sebuah kehormatan bagi saya untuk bisa membantu anak berbakat itu tumbuh."

"Ara~Apa Yuze benar-benar ingin mengajarnya? Aku bisa meminta rektor akademi untuk menjadikanmu sebagai pengajar disana."

Yuze tertawa kecil. "Saya dengan senang hati menerimanya. Namun, saya memiliki banyak urusan kota dan agensi disini. Akhir-akhir ini organisasi gelap sedang melakukan manuver besar. Saya tidak akan tahu apa yang akan terjadi jika saya tidak ada disini." Menolak dengan halus. Luxia mengangguk paham.

Organisasi gelap. Organisasi itu juga ada dikotaku. Organisasi gelap itu adalah manusia-manusia yang tamak akan harta. Mereka menguasai seluruh ekonomi gelap yang ada di dunia. Seperti perdagangan ilegal, penyeludupan, obat-obatan, sihir, dan berbagai hal ilegal lainnya. Dalam satu pandangan, organisasi gelap itu lebih buruk dari penyihir. Mereka bahkan tidak ragu untuk memperdagangkan manusia. Terutama di kota-kota besar seperti ini. Berbagai bisnis gelap mulai menjamur. Orang-orang banyak yang tergiur. Mulailah kekuasaan shadow economy yang tumbuh dalam gelap. Itu salah satu kasus yang susah diatasi. Bagiku lebih baik satu kasus mengenai penyihir daripada mengurusi manusia tak berakal itu.

Tepat sekali kami sedang bercakap-cakap santai sembari menikmati teh. Organisasi gelap itu meluncurkan rencananya.

Aku melihat ke jendela luar. Ada sesuatu sedang mendekat. Semakin lama semakin besar. Itu sebuah helikopter.

Dengan kecepatan tinggi, helikopter itu nekat menuju ke arah kami.

"BERLINDUNG!"

BUM!DUAR!

Asap hitam menjamur dilantai teratas. Anak buah Yuze Tao seketika mendongakkan kepala menatap asal ledakan. Saat mereka lengah, orang-orang berbaju hitam ketat bergerak cepat. Menggorok leher setiap orang yang ada di kediaman Yuze.

"Ohok ... Ohok ... Apa Nona dan Tuan baik-baik saja?" Yuze sempat memasang pelindung tingkat tinggi. Namun, dampak tabrakan tadi tak bisa dia redam. Hasilnya kepala terbentur sebelum pelindung terpasang sempurna. Mengalir darah deras.

Aku segera memasang punggung untuk Luxia sebelum terkena hantaman tadi. Punggungku tergores sayap helikopter. Luxia segera merapal mantra penyembuh untuk kami berdua.

Lantai teratas itu terbakar. Pijakan kami sangat rentan untuk jatuh. Disekitar api berkobar.

"Kita harus bergerak Yuze! Setelah ini akan ada serangan yang lebih buruk di bawah!"

Kami mulai bergerak, menuju lift. Sayang, sepertinya karena ledakan tadi listrik menjadi padam. Kami memutuskan menuruni tangga. Sedikit gelap karena tidak ada penerangan yang menyala. Yuze membuat bola cahaya mengambang di atas kami.

Yuze menelepon anak buahnya yang ada dibawah. Nihil, tidak ada jawaban. Apa yang terjadi?

Dibawah sana pertarungan sengit meletus. Anak buah Yuze bertarung habis-habisan melawan orang-orang berbaju hitam. Pedang dan senjata api melontar. Jerit parau terdengar keras.

Ini keadaan darurat. Kami terburu-buru menuruni tangga. Aku mengeluarkan pistol untuk berjaga-jaga.

Pertengahan lantai, orang-orang berbaju hitam ketat itu mulai bermunculan. Mereka ganas merangsek maju. Yuze di depan menghunus pedang, lantas menebas cepat dua kepala. Aku menembaki yang dibelakang. Dor! Dor! Tepat di kepala. Dua tersungkur.

"Mereka diatas! Cepat bunuh mereka!"

Pertarungan segera meletus. Dentang pedang bersahutan. Yuze lihai melekuk menebas cepat orang-orang berbaju hitam menjadi dua. Aku menembaki orang-orang yang merangsek mencoba membunuh Luxia. Tidak meleset satu peluru pun. Dua puluh detik, dua puluh mayat bergelimpangan. Lantai penuh dengan darah.

"Gunakan jurus hitam! Jangan biarkan mereka kabur!"

Orang-orang berbaju hitam tak ada habisnya menerjang. Kali ini tidak mudah. Mereka menggunakan suatu penangkal. Peluru biasa tak mempan. Begitu juga pedang. Untungnya Yuze menggunakan pedang sihir. Dia fokus, balas mengeluarkan jurus.

"Teknik pedang Tao; 河神之舞; (Hé shén zhī wǔ)"

Pedangnya mengeluarkan aliran air. Lantas secepat air mengalir, Yuze menebas semua orang berbaju hitam. Habis.

"Cepat! Kita harus segera pergi dari sini!" Yuze menuntun, bergegas menuruni tangga.

"Mereka mencuri semua pedang sihir yang ada disini." Aku melihat dinding yang di penuhi pedang tadi. Kosong. Tidak ada yang tersisa. Yuze mengepalkan tangan keras. Setenang-tenangnya dia. Dia juga bisa marah.

"Para bajingan itu! Mereka mengincar pusaka ternyata!"

BUM!

Lantai bergetar. Bangunan yang kami pijak seperti akan runtuh.

"Kita harus segera keluar dari sini!" teriakku, menyadarkan Yuze yang terdiam kesal. Kami kembali berlari ke lantai dasar. Tepat langkah kami diluar ...

BUM!BUM!BUM!

Ledakan bertubi-tubi meledakkan seisi bangunan. Runtuh.

Sebelum terhempas, aku mengeluarkan kertas jimat. Berseru cepat.

"AXEL!"

Pelindung tipis seperti bola melindungi kami dari hantaman hempasan. Aku sedari tadi melindungi tubuh Luxia agar tidak terluka. Memeluknya. Kami terhempas beberapa puluh meter, mendarat keras di jalanan high way. Kediaman Yuze luruh seperti pasir. Menyisakan kepulan dan kobaran asap.

***

Terpopuler

Comments

Filanina

Filanina

masa lalu yang sama ya, keluarga dibunuh menyisakan dendam.

2024-02-17

0

Yuchenzzz

Yuchenzzz

kekuatan Shadow economy tumbuh dalam gelap maksudnya gelap itu merujuk kemana coba baca lagi??

2024-02-12

1

Yuchenzzz

Yuchenzzz

moderen ganti modern

2024-02-12

1

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1 –[ Agensi Hunter 01 ]–
3 Chapter 2 –[ Agensi Hunter 02 ]–
4 Chapter 3 –[ Agensi Hunter 03 ]–
5 Chapter 4 –[ Zhàn dòu 01 ]–
6 Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–
7 Chapter 6 –[ Zhàn Dòu 03 ]–
8 Chapter 7 –[ Sihir dan Penyihir 01 ]–
9 Chapter 8 –[ Sihir dan Penyihir 02 ]–
10 Chapter 9 –[ Sihir dan Penyihir 03 ]–
11 Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–
12 Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–
13 Chapter 12 –[ Liburan? ]–
14 Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–
15 Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–
16 Chapter 15 –[ Investigasi Rahasia 01 ]–
17 Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–
18 Chapter 17 –[ Investigasi Rahasia 03 ]–
19 Chapter 18 –[ Lucifer 01 ]–
20 Chapter 19 –[ Lucifer 02 ]–
21 Chapter 20 –[ Simposium ]–
22 Chapter 21 –[ Pesan Terakhir ]–
23 Chapter 22 –[ Hunter Tamer ]–
24 Chapter 23 –[ Pertandingan Evaluasi 01 ]–
25 Chapter 24 –[ Pertandingan Evaluasi 02 ]–
26 Chapter 25 –[ Pernyataan Perang ]–
27 Chapter 26 –[ Mata-Mata Ganda ]–
28 Chapter 27 –[ Lao Tzu 01 ]–
29 Chapter 28 –[ Lao Tzu 02 ]–
30 Chapter 29 –[ Lao Tzu 03 ]–
31 Chapter 30 –[ Memento Mori ]–
32 Chapter 31 –[ Fang Tzu ]–
33 Chapter 32 –[ Gerbang Gehenna ]–
34 Chapter 33 –[ Transmigrasi Jiwa ]–
35 Chapter 34 –[ Bintang Aries ]–
36 Chapter 35 –[ Yohan ]–
37 Chapter 36 –[ Kebangkitan Raja Kuno 01 ]–
38 Chapter 37 –[ Kebangkitan Raja Kuno 02 ]–
39 Chapter 38 –[ Kebangkitan Raja Kuno 03 ]–
40 Chapter 39 –[ Kebangkitan Raja Kuno 04 ]–
41 Chapter 40 –[ Kebangkitan Raja Kuno 05 ]–
42 Chapter 41 –[ Kebangkitan Raja Kuno 06 ]–
43 Chapter 42 –[ Kebangkitan Raja Kuno 07 ]–
44 Chapter 43 –[ Ketenangan Sebelum Badai 01 ]–
45 Chapter 44 –[ Ketenangan Sebelum Badai 02 ]–
46 Chapter 45 –[ Ketenangan Sebelum Badai 03 ]–
47 Chapter 46 –[ Shanghai dan Hong Kong 01 ]–
48 Chapter 47 –[ Shanghai dan Hong Kong 02 ]–
49 Chapter 48 –[ Shanghai dan Hong Kong 03 ]–
50 Chapter 49 –[ Kutukan Dan Pembalasan 01 ]–
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1 –[ Agensi Hunter 01 ]–
3
Chapter 2 –[ Agensi Hunter 02 ]–
4
Chapter 3 –[ Agensi Hunter 03 ]–
5
Chapter 4 –[ Zhàn dòu 01 ]–
6
Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–
7
Chapter 6 –[ Zhàn Dòu 03 ]–
8
Chapter 7 –[ Sihir dan Penyihir 01 ]–
9
Chapter 8 –[ Sihir dan Penyihir 02 ]–
10
Chapter 9 –[ Sihir dan Penyihir 03 ]–
11
Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–
12
Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–
13
Chapter 12 –[ Liburan? ]–
14
Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–
15
Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–
16
Chapter 15 –[ Investigasi Rahasia 01 ]–
17
Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–
18
Chapter 17 –[ Investigasi Rahasia 03 ]–
19
Chapter 18 –[ Lucifer 01 ]–
20
Chapter 19 –[ Lucifer 02 ]–
21
Chapter 20 –[ Simposium ]–
22
Chapter 21 –[ Pesan Terakhir ]–
23
Chapter 22 –[ Hunter Tamer ]–
24
Chapter 23 –[ Pertandingan Evaluasi 01 ]–
25
Chapter 24 –[ Pertandingan Evaluasi 02 ]–
26
Chapter 25 –[ Pernyataan Perang ]–
27
Chapter 26 –[ Mata-Mata Ganda ]–
28
Chapter 27 –[ Lao Tzu 01 ]–
29
Chapter 28 –[ Lao Tzu 02 ]–
30
Chapter 29 –[ Lao Tzu 03 ]–
31
Chapter 30 –[ Memento Mori ]–
32
Chapter 31 –[ Fang Tzu ]–
33
Chapter 32 –[ Gerbang Gehenna ]–
34
Chapter 33 –[ Transmigrasi Jiwa ]–
35
Chapter 34 –[ Bintang Aries ]–
36
Chapter 35 –[ Yohan ]–
37
Chapter 36 –[ Kebangkitan Raja Kuno 01 ]–
38
Chapter 37 –[ Kebangkitan Raja Kuno 02 ]–
39
Chapter 38 –[ Kebangkitan Raja Kuno 03 ]–
40
Chapter 39 –[ Kebangkitan Raja Kuno 04 ]–
41
Chapter 40 –[ Kebangkitan Raja Kuno 05 ]–
42
Chapter 41 –[ Kebangkitan Raja Kuno 06 ]–
43
Chapter 42 –[ Kebangkitan Raja Kuno 07 ]–
44
Chapter 43 –[ Ketenangan Sebelum Badai 01 ]–
45
Chapter 44 –[ Ketenangan Sebelum Badai 02 ]–
46
Chapter 45 –[ Ketenangan Sebelum Badai 03 ]–
47
Chapter 46 –[ Shanghai dan Hong Kong 01 ]–
48
Chapter 47 –[ Shanghai dan Hong Kong 02 ]–
49
Chapter 48 –[ Shanghai dan Hong Kong 03 ]–
50
Chapter 49 –[ Kutukan Dan Pembalasan 01 ]–

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!