Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–

12 Maret 2023

Malam hari, bulan cembung, bintang gemintang, awan kosong tidak menghalangi indahnya langit. Menyisakan hamparan kegelapan diatas sana.

"Sial!"

Bum!

Tembok sekolah berlubang. Aku berhasil menghindar. Pukulan itu tampak mengerikan. Beberapa menit yang lalu aku mengejar penyihir bernama Basyir. Dia bersatu dengan roh kematian. Menjadi makhluk mengerikan berkekuatan yang juga mengerikan. Satu cakarannya bisa membelah gedung sepuluh lantai. Satu pukulannya mampu membuat luruh batu sebesar rumah.

Gedung sekolah berlubang sangat besar karena serangan tadi. Maaf, tapi aku tak bermaksud. Berlari menjauhi area sekolahan, lonceng sedari tadi berdenting menandakan bahaya sedang terjadi. Aku mencoba menggiring penyihir ini ke tempat yang luas, agar lebih leluasa untuk bertarung. Melompat keatas atap. Mencari area luas di sekitar pegunungan.

Wah, dia mengejarku dengan buas di belakang. Cepat sekali dia berlari. Kecepatannya sama cepat denganku. Penyihir itu memiliki ekor seperti kalajengking yang menembakkan api panas ke arahku. Aku lekas mengelak, berlari zig-zag. Apinya membakar atap. Merayap ke sekitar bangunan. Uh, guru besar akan sangat murka melihat sekolahnya terbakar.

Penyihir di belakangku mengeluarkan cakaran. Angin menderu terbelah, aku tak sempat menghindar. Terjun ke bawah, mendarat di depan gerbang Akademi. Penjaga gerbang yang melihatku terjatuh langsung berlari membantuku.

"Pergi! Larilah!"

Baru selesai seruan ku ucap. Penyihir itu melesat mencakar tubuh penjaga gerbang menjadi dua. Daging yang tercabik berceceran kemana-mana. Uh, sudah kuperingatkan padahal. Penyihir itu menatapku dengan tatapan membunuh. Beruntung, halaman gerbang sedikit luas. Aku bisa bertarung disini.

"Cukup, berhenti kejar-kejaran. Aku akan serius."

Aku memfokuskan mana-ku pada tongkat. Bara api mulai menari di kedua ujung tongkat. Sorot mataku berubah tajam. Menghentakkan kaki keras. Melesat secepat kilat, memutar tongkat, menghantam penyihir itu sangat keras. Membuatnya terpental menghantam dinding batu. Retak kedalam.

Penyihir itu bangkit, menggeram, mendesis dengan bahasa yang tak ku mengerti. Lantas membalas serangan dengan kecepatan tinggi. Aku bersiap, melangkah anggun satu langkah ke belakang, membelokkan arah cakaran ke bawah. Garis cakaran besar sejauh lima meter. Entah seberapa dalam cakaran itu melesak tanah. Cakaran kedua menyusul, memutar tongkat, mengalihkan serangan kesamping. Angin menderu kencang. Bertubi-tubi cakaran itu menyerangku. Aku mengalihkan semua serangan itu ke arah lain. Memainkan tongkat seperti aliran air.

"Kau! Pemilik sihir murni! Grand Witch akan senang mendengar ini. Akan kubawakan beliau kepalamu!"

Entah mengapa aku mendadak paham yang dikatakan penyihir ini. Dia tidak berhenti mencoba mencakarku. Ekornya juga ikut bermain, menyengatku sana-sini. Tongkatku berputar cepat sedari tadi. Mengalirkan serangan kearah lain. Giliranku menyerang!

Buk!

Tendanganku masuk mendarat tepat di perut. Membuat satu detik celah yang sangat berharga. Tongkat api ku cepat berputar menghantam celah tersebut.

BLAR! BUM!

Penyihir itu terpental menghantam tebing hingga membuat retakan besar. Darah hitam keluar dari mulutnya, terbatuk. Aku mengejarnya, hendak melepaskan serangan terakhir. Ini sudah berakhir!

Baru satu langkah. Tubuhku mendadak kaku. Seluruh tubuhku sangat berat untuk digerakkan. Menggerakkan lidah saja aku tidak bisa. Apa yang terjadi padaku?

"Hahahaha, lihat! Bocah ini sangat ceroboh. Kau bahkan tidak sadar dengan racun yang kusebar di udara. Api itu bukan api biasa bocah. Racun yang bisa membunuh gajah terkandung di dalam asapnya. Dan kau tanpa sadar menghirupnya. Membuat darah berhenti mengalir." Penyihir itu menyeringai senang. Berjalan perlahan, mendekatiku.

Aduh, aku memang merasa udara asap ini terasa berbeda. Tapi tak kusangka itu adalah racun. Tinggal sepuluh langkah lagi penyihir itu dariku. Menjilat cakarnya yang bersimbah darah penjaga gerbang tadi.

Sepertinya ini akhir untukku. Maafkan aku guru karena gagal memenuhi wasiat.

Cakaran tajam itu bersiap membelah tubuhku.

Aku menutup mata, tak ingin melihat.

Crot!

Eh? Aku tidak mati? Penyihir itu melompat mundur karena kaget.

"Sizhu!!!"

Ashley dan Reza datang sembari menutup hidungnya dengan kain lembap. Mei Mei dan Amon menyusul di belakang mereka.

Belasan pedang air melayang, melesat satu per satu ke arah penyihir. Penyihir itu gesit menghindar. Satu tangannya mengalir darah hitam deras.

"Kamu baik-baik saja Sizhu?" Ashley berseru cemas, mengecek kondisi tubuh ku. Aku tak bisa menggerakkan leher untuk menjawab. Aku masih kaku seperti patung. Mei Mei menyentuh bahuku, merapal mantra penyembuh.

"Uh, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah membantu."

Ashley dan Reza sibuk, fokus menyerang penyihir kalajengking itu. Belasan pedang air ditembakkan tiada henti. Reza mengendalikan roh api dan angin untuk menyerang. Mereka berdua kompak saling mengisi celah.

"Darimana kalian tahu asap ini beracun?" tanyaku penasaran.

"Asap ini memiliki bau merkuri. Beberapa Professor yang sedang mengatasi api yang membakar sekolah mendadak menjadi kaku semua. Baru setelah itu kami sadar asap ini beracun. Gunakan kain lembap sembari tutup hidungmu agar tidak terhirup lagi Sizhu." Mei Mei menjawab, menjelaskan. Memberi kain basah. Uh, aku akan kesulitan bertarung jika harus sembari menutup hidungku seperti ini.

"Kita harus bertahan disini hingga guru besar datang. Kai sudah pergi ke rumah guru besar untuk memberi tahu."

"Kai?" Sejak kapan Kai turut membantu? Seharusnya semua murid sudah di himbau untuk tetap berada didalam gedung asrama. Hanya kami berlima yang ada di area sekolah. Jika tidak ada kejadian seperti ini, seharusnya kami sudah terkena hukum karena berkeliaran malam-malam diluar asrama.

"Dia sebenarnya ikut memata-matai bersama. Membuntuti kita saat sedang menunggu Amon keluar kamar tadi sore."

"Aaahhh!"

Ashley terhempas mundur, terjatuh. Penyihir itu berhasil menembakkan api padanya. Mengenai tangan kiri Ashley. Mei Mei tangkas menyembuhkan luka bakar Ashley. Reza menyusul terhempas. Terkena serangan api.

"Minggir!"

Kali ini giliran Amon menyerang. Puluhan bola api sebesar kepala, melayang diatas. Membuat terang langit-langit. Dalam satu isyarat, bola api itu melesat cepat seperti peluru. Menembaki penyihir kalajengking. Telak.

Penyihir kalajengking itu berteriak kencang. Sama seperti tadi, membuat gendang telinga kami pecah. Darah segar keluar melalui lubang telinga. Argh! Kali ini bahkan gelombang suaranya terdengar lebih keras. Membuat tanah bergetar, kaca-kaca sekolah berhamburan pecah. Kami tak bisa mendengar sejenak.

Mei Mei memegang tanganku, menyembuhkanku. Lantas terkapar jatuh. Ashley, dan Reza menyusul jatuh. Amon masih bertahan, darah merah mengalir deras dari kedua lubang telinganya. Dia berdiri terhuyung. Memaksa untuk tetap teguh.

Penyihir itu cerdik. Tidak satu detikpun makhluk itu lewatkan dengan sia-sia. Melangkah kilat, memukul Amon hingga terpental sangat jauh. Menubruk tebing sebelah yang berjarak seratus meter lebih. Retak. Kepalanya terbentur keras, membuatnya kehilangan kesadaran.

Serangannya berlanjut kearahku. Aku berhasil menghindar, melompat jauh. Tapi bukan aku yang dia incar. Penyihir biadab itu mengincar Mei Mei. Hendak membolongi tubuhnya dengan ekornya. Aku segera melangkah menghalanginya.

Crot!

Ekor itu menghujam menembus badanku. Darah segar keluar dari mulutku. Ini menyakitkan sekali. Tapi aku masih tidak boleh mati. Jika aku mati teman-temanku akan ikut mati.

Aku berteriak sekuat tenaga. Mendorong ekor yang menusuk kedalam tubuhku keluar. Jangan pedulikan rasa sakit. Aku harus membunuh makhluk ini sebelum diriku yang terbunuh.

Bara api membumbung tinggi di sekitarku. Tongkatku sudah sepenuhnya berubah menjadi api. Aku memutuskan ekor penyihir itu dengan tongkatku. Menjerit-jerit, melompat mundur. Penyihir itu bergetar hebat melihat api yang membumbung di atasku. Aku harus membunuh makhluk itu sebelum aku mati. Aku mengambil kuda-kuda, menginjak keras tanah hingga rekah.

"Jurus tongkat kelima; Huǒlóng tóuzhí (lontaran naga api)."

Sialan pandanganku buram.

Api disekitarku berkumpul di belakang tongkat. Tongkatku melesat secepat cahaya, memutuskan tangan kiri Penyihir kalajengking itu. Menancap di tebing.

Uh, aku sudah tidak kuat lagi ...

Gelap. Aku kehilangan pandanganku. Tubuhku terasa sangat dingin dan panas secara bersamaan.

"Kerja bagus, nak. Biar orang dewasa yang mengatasi sisanya."

***

"Ibu! Sizhu ingin tambah!"

"Aduh, anak ibu ini banyak makan ya! Sini, sup ikannya masih banyak. Sizhu bisa tambah sebanyak-banyaknya."

"Jangan dikasih Bu. Nanti Sizhu jadi gendut seperti bola."

"Heh, Sizhu tidak akan menjadi gendut seperti bola. Itu kak Xin yang akan menjadi gendut seperti panda. Bwee!"

"Sudah, berhenti bertengkar. Xin habiskan mangkukmu. Setelah itu tidur. Besok kita harus berangkat pagi untuk pergi berburu."

"Baik Ayah. Ayo Sizhu makan yang banyak. Biar Sizhu cepat besar menggantikan tugas kakak."

Ini mimpi? Atau aku sudah mati? Siapa mereka? Apa itu keluargaku?

Ini tampak nyata. Sedang malam disini. Ada sebuah rumah terbuat dari kayu. Aku tampak bahagia disana. Ayahku mirip denganku. Begitu juga kakakku. Mata hijauku mirip dengan mata ibuku. Mereka terlihat sangat bahagia. Harmonis sekali.

Namun, dalam sekejap momen harmonis itu berganti menjadi pemandangan yang mengerikan. Seseorang datang tiba-tiba menghancurkan rumah kayu itu. Hancur begitu saja seperti terhempas oleh angin yang sangat besar.

Ayahku berhasil melindungi ibu, kakak, dan aku. Aku menangis tidak mengerti apa yang terjadi disana. Seseorang itu menampakkan diri. Rambutnya putih lebat panjang, lelaki yang terlihat masih muda. Tampak sebaya dengan ayahku. Kulitnya juga putih pucat. Matanya berbentuk seperti mata naga. Sisanya dia terlihat seperti orang biasa.

Ayahku menyuruh kami pergi. Melawan orang itu sendirian dengan sebuah tongkat kayu. Bara api membumbung di sekitarnya layaknya topan. Malam itu tampak terang benderang oleh cahaya api. Namun, apinya tampak sedikit berbeda. Api ini terlihat lebih lembut dan hangat. Siluet kehijauan terlihat di semburat api. Ayahku segera bertarung sengit dengan orang itu. Tak lama, dia kalah. Jantungnya ditusuk oleh tangan kosong pria pucat itu.

Lantas dalam sekejap berpindah di depan mataku. Membunuh ibuku sama seperti membunuh ayahku. Kakakku mengamuk, menyerang pria pucat itu karena amarah. Seperti menembus air, tangan pucatnya menembus jantung kakakku.

Aku tampak sangat ketakutan disana. Melangkah mundur. Menggigil hebat, lantas tidak sengaja jatuh ke jurang. Pria pucat itu membiarkanku terjatuh. Setelah pemandangan mengerikan itu terjadi, mendadak pandanganku kembali gelap.

Siapa pria pucat itu? Mengapa dia membunuh keluargaku?

Entah apa yang sedang kurasakan. Perasaanku campur aduk. Sedih, marah, kesal, dendam, takut, bercampur menjadi satu.

Aku ingin menangis. Aku ingin berteriak. Tapi, semuanya sudah terlambat. Aku sudah mati. Sekarang aku tidak punya keinginan lagi.

...

"Sizhu!"

Terdengar suara yang memanggil namaku.

"Sizhu!"

Secercah cahaya mulai terlihat. Semakin membesar. Pandanganku silau karena cahaya itu.

"Sizhu!"

Rasanya tubuhku mulai menghangat. Jantungku berdegup.

Perlahan kantung mataku terbuka. Cahaya mentari lembut membasuhku. Harum ini ...

Ini harum shampoo yang biasa Mei Mei pakai. Ternyata hangat ini, hangat pelukan badannya. Tapi dia memelukku terlalu erat. Membuatku semakin lemas.

"Aw, Mei Mei hentikan." Aku berusaha menyadarkan Mei Mei untuk melepas pelukannya.

"Sizhu!" Ashley, Reza, Mei Mei berseru serentak. Amon dan Kai juga ada disini. Tadi mereka sedang berkerubung disekitarku.

"Apa yang terjadi? Apa kita semua selamat? Atau kita semua sudah mati?" tanyaku polos menatap sekeliling.

Mereka malah tertawa mendengar ucapanku. Aku serius.

"Kita semua selamat Sizhu. Ini semua berkat dirimu. Andai kamu tidak bertahan hingga Guru besar tiba, kita semua sudah meninggal." Ashley yang menjawab menjelaskan. Mei Mei menangis, membenamkan wajahnya ke dadaku.

"Mei Mei sangat khawatir setelah melihat kondisimu. Kau terluka sangat parah sehingga bisa dikatakan sudah mati. Kami terbangun setelah beberapa jam Guru besar menghabisi penyihir itu. Mei Mei langsung berusaha menyembuhkanmu yang sudah terbujur kaku dingin. Kami kira kau sudah tiada meskipun tubuhmu kembali utuh berkat sihir penyembuhan. Namun, tadi benar-benar sebuah keajaiban. Kau kembali hidup Sizhu." Reza memberi penjelasan lebih rinci. Uh, jadi aku hidup kembali? Ini sangat mengherankan.

"Selamat datang kembali, Sizhu." Ashley tersenyum bahagia. Aku mengangguk.

"Ya, aku senang bisa kembali."

***

19 Maret 2023

Setelah kejadian malam itu. Sekolah diliburkan seminggu untuk memperbaiki kerusakan. Amon tidak jadi dikeluarkan dengan alasan pembunuhan tidak disengaja. Namun, dia tetap kena hukuman. Guru besar memutuskan menggunakan Amon untuk memperbaiki semua kerusakan yang dia perbuat. Alias disuruh tobat. Dia harus pergi menemui anggota keluarga sepuluh murid yang tidak sengaja dia bunuh. Meminta maaf pada mereka dan mengganti rugi. Semoga Amon mendapatkan kemudahan di masa depan nanti.

Satu Minggu libur, kami selalu berkumpul bersama di kamarku. Entah bermain, atau belajar, dan lain sebagainya. Kai juga ikut berkumpul bersama. Meskipun kerjanya sibuk bermain game sendiri. Aku dan Reza tidak bisa mengalahkannya jika itu tentang game.

Terkadang kami berjalan-jalan ke kota terdekat. Belanja atau sekedar bersenang-senang. Ini sangat menyenangkan. Aku harap hari-hari seperti ini terus berlanjut. Aku juga rindu pada Luxia. Akhir-akhir ini tidak ada kabar tentangnya. Manajer Jianying pun tidak tampak batang hidungnya selama dua pekan lalu. Ternyata aku tidak tahu ada insiden yang lebih besar dari ini.

Insiden yang akan membuat seluruh negeri teringat.

***

Terpopuler

Comments

JW🦅MA

JW🦅MA

wah ketemu orang yang sangat dia benci musuh yang sangat besar

2024-02-29

0

Filanina

Filanina

musuh besarnya ya?

2024-02-16

0

Filanina

Filanina

kok bantuan nggak datang2

2024-02-16

0

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1 –[ Agensi Hunter 01 ]–
3 Chapter 2 –[ Agensi Hunter 02 ]–
4 Chapter 3 –[ Agensi Hunter 03 ]–
5 Chapter 4 –[ Zhàn dòu 01 ]–
6 Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–
7 Chapter 6 –[ Zhàn Dòu 03 ]–
8 Chapter 7 –[ Sihir dan Penyihir 01 ]–
9 Chapter 8 –[ Sihir dan Penyihir 02 ]–
10 Chapter 9 –[ Sihir dan Penyihir 03 ]–
11 Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–
12 Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–
13 Chapter 12 –[ Liburan? ]–
14 Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–
15 Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–
16 Chapter 15 –[ Investigasi Rahasia 01 ]–
17 Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–
18 Chapter 17 –[ Investigasi Rahasia 03 ]–
19 Chapter 18 –[ Lucifer 01 ]–
20 Chapter 19 –[ Lucifer 02 ]–
21 Chapter 20 –[ Simposium ]–
22 Chapter 21 –[ Pesan Terakhir ]–
23 Chapter 22 –[ Hunter Tamer ]–
24 Chapter 23 –[ Pertandingan Evaluasi 01 ]–
25 Chapter 24 –[ Pertandingan Evaluasi 02 ]–
26 Chapter 25 –[ Pernyataan Perang ]–
27 Chapter 26 –[ Mata-Mata Ganda ]–
28 Chapter 27 –[ Lao Tzu 01 ]–
29 Chapter 28 –[ Lao Tzu 02 ]–
30 Chapter 29 –[ Lao Tzu 03 ]–
31 Chapter 30 –[ Memento Mori ]–
32 Chapter 31 –[ Fang Tzu ]–
33 Chapter 32 –[ Gerbang Gehenna ]–
34 Chapter 33 –[ Transmigrasi Jiwa ]–
35 Chapter 34 –[ Bintang Aries ]–
36 Chapter 35 –[ Yohan ]–
37 Chapter 36 –[ Kebangkitan Raja Kuno 01 ]–
38 Chapter 37 –[ Kebangkitan Raja Kuno 02 ]–
39 Chapter 38 –[ Kebangkitan Raja Kuno 03 ]–
40 Chapter 39 –[ Kebangkitan Raja Kuno 04 ]–
41 Chapter 40 –[ Kebangkitan Raja Kuno 05 ]–
42 Chapter 41 –[ Kebangkitan Raja Kuno 06 ]–
43 Chapter 42 –[ Kebangkitan Raja Kuno 07 ]–
44 Chapter 43 –[ Ketenangan Sebelum Badai 01 ]–
45 Chapter 44 –[ Ketenangan Sebelum Badai 02 ]–
46 Chapter 45 –[ Ketenangan Sebelum Badai 03 ]–
47 Chapter 46 –[ Shanghai dan Hong Kong 01 ]–
48 Chapter 47 –[ Shanghai dan Hong Kong 02 ]–
49 Chapter 48 –[ Shanghai dan Hong Kong 03 ]–
50 Chapter 49 –[ Kutukan Dan Pembalasan 01 ]–
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1 –[ Agensi Hunter 01 ]–
3
Chapter 2 –[ Agensi Hunter 02 ]–
4
Chapter 3 –[ Agensi Hunter 03 ]–
5
Chapter 4 –[ Zhàn dòu 01 ]–
6
Chapter 5 –[ Zhàn Dòu 02 ]–
7
Chapter 6 –[ Zhàn Dòu 03 ]–
8
Chapter 7 –[ Sihir dan Penyihir 01 ]–
9
Chapter 8 –[ Sihir dan Penyihir 02 ]–
10
Chapter 9 –[ Sihir dan Penyihir 03 ]–
11
Chapter 10 –[ Sihir dan Penyihir 04 ]–
12
Chapter 11 –[ Sihir dan Penyihir 05 ]–
13
Chapter 12 –[ Liburan? ]–
14
Chapter 13 –[ Pedang Goujian 01 ]–
15
Chapter 14 –[ Pedang Goujian 02 ]–
16
Chapter 15 –[ Investigasi Rahasia 01 ]–
17
Chapter 16 –[ Investigasi Rahasia 02 ]–
18
Chapter 17 –[ Investigasi Rahasia 03 ]–
19
Chapter 18 –[ Lucifer 01 ]–
20
Chapter 19 –[ Lucifer 02 ]–
21
Chapter 20 –[ Simposium ]–
22
Chapter 21 –[ Pesan Terakhir ]–
23
Chapter 22 –[ Hunter Tamer ]–
24
Chapter 23 –[ Pertandingan Evaluasi 01 ]–
25
Chapter 24 –[ Pertandingan Evaluasi 02 ]–
26
Chapter 25 –[ Pernyataan Perang ]–
27
Chapter 26 –[ Mata-Mata Ganda ]–
28
Chapter 27 –[ Lao Tzu 01 ]–
29
Chapter 28 –[ Lao Tzu 02 ]–
30
Chapter 29 –[ Lao Tzu 03 ]–
31
Chapter 30 –[ Memento Mori ]–
32
Chapter 31 –[ Fang Tzu ]–
33
Chapter 32 –[ Gerbang Gehenna ]–
34
Chapter 33 –[ Transmigrasi Jiwa ]–
35
Chapter 34 –[ Bintang Aries ]–
36
Chapter 35 –[ Yohan ]–
37
Chapter 36 –[ Kebangkitan Raja Kuno 01 ]–
38
Chapter 37 –[ Kebangkitan Raja Kuno 02 ]–
39
Chapter 38 –[ Kebangkitan Raja Kuno 03 ]–
40
Chapter 39 –[ Kebangkitan Raja Kuno 04 ]–
41
Chapter 40 –[ Kebangkitan Raja Kuno 05 ]–
42
Chapter 41 –[ Kebangkitan Raja Kuno 06 ]–
43
Chapter 42 –[ Kebangkitan Raja Kuno 07 ]–
44
Chapter 43 –[ Ketenangan Sebelum Badai 01 ]–
45
Chapter 44 –[ Ketenangan Sebelum Badai 02 ]–
46
Chapter 45 –[ Ketenangan Sebelum Badai 03 ]–
47
Chapter 46 –[ Shanghai dan Hong Kong 01 ]–
48
Chapter 47 –[ Shanghai dan Hong Kong 02 ]–
49
Chapter 48 –[ Shanghai dan Hong Kong 03 ]–
50
Chapter 49 –[ Kutukan Dan Pembalasan 01 ]–

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!