27 Januari 2023
"KAU akhirnya meninggal juga ya, kakek tua."
Seorang lelaki tampan, berambut putih sedang menatap kosong gundukan tanah merah. Ada sebuah nisan terbuat dari kayu menancap di atasnya.
Lao Tzu, guru terbaik.
Pria sipit itu tersenyum tipis. Lebih mirip seringai.
"Tampaknya, kau tak hanya bersembunyi dariku, kakek tua. Kau juga membesarkan seorang murid yang mengagumkan.
"Bayangkan pada malam setelah kematianmu. Aku mengirimkan seorang Arch Witch untuk membunuhnya. Tapi apa yang terjadi? Muridmu berhasil membunuh anak buah yang ku kirim. Anak itu berbakat sekali menggunakan sihir. Ah, matanya yang hijau itu mengingatkan ku sesuatu ...." Pria sipit itu mencoba mengingat-ingat sesuatu.
"Oh, keluarga itu. Keluarga malang itu. Keluarga pengguna sihir murni. Jadi selama ini kau membesarkan seorang monster ya, kakek tua. Kebiasaanmu buruk sekali. Tapi aku akan tetap mengenangmu. Kaulah manusia pertama yang berhasil membuat ku takjub, kakek tua. Akan ku kenang hingga seratus tahun ke depan.
"Dan anak itu ... Untuk sementara aku akan membiarkannya. Aku punya tujuan besar yang harus dituju. Sampai jumpa, kakek tua."
Pria itu menjentikkan jarinya. Lantas, wuss menghilang begitu saja. Pagi yang senyap hingga Pria misterius itu akhirnya pergi.
***
01 Maret 2023
"Ini hasil laporan saya, Manajer Jianying."
Lelaki berkacamata kotak itu, membaca hasil laporan dengan seksama. Dahinya mengernyit begitu membaca hasil laporan.
"Apa yang terjadi di desa Nanchangtan?"
Sorot mata manajer itu terlihat serius. Orang berjas yang memberi laporan menjadi gugup karenanya.
"Seluruh Hunter yang kuberikan padamu terluka parah karena diserbu oleh banyak makhluk sihir saat memasuki hutan. Dan yang tersisa hanyalah kau seorang? Mustahil kau bisa memburu sisanya tanpa terluka. Siapa yang menyelamatkanmu di sana?"
Orang berjas itu jadi serba salah karena tak memberi laporan lebih detail. Awalnya dia berharap untuk dapat pujian karena berhasil memburu belasan makhluk sihir kategori dua dan induk penyihirnya sendirian. Ternyata Manajer Jianying lebih teliti dari yang dia kira. Tapi orang berjas itu malah menggeleng.
"Ta-tak ada seorangpun, Tuan." Orang berjas itu gagap mengatakannya. Dalam hati dia memaki diri sendiri. Harus terlihat meyakinkan bagaimanapun agar dapat promosi.
Manajer Jianying masih menatap tajam.
"Katakan atau tidak ku turunkan jabatanmu dari Hunter bintang dua, Wan Chen."
Meneguk ludah. Mendengar hal itu, buru-buru Hunter bernama Wan Chen menjawab.
"Seorang anak laki-laki remaja, membantuku membasmi makhluk sihir dan membunuh induknya. Dia bilang dirinya hanya seorang remaja biasa. Bahkan dia bisa menggunakan sihir api tingkat tinggi dan jago memainkan sebuah tongkat." Orang berjas itu memutuskan menjawab cepat, sebelum pangkatnya diturunkan.
Manajer Jianying menghela nafas.
"Kau tahu, media berita akan menyebar kasus ini." Manajer Jianying mendesah kecewa pelan.
"Karena kau sebagai Hunter bintang dua tak mampu membasmi satu makhluk sihir kategori dua yang hanya memakan ternak warga. Dan malah menyebabkan belasan korban Hunter lainnya di dalam hutan. Dan lagi, kau ditolong oleh anak remaja yang entah datang darimana. Membereskan semuanya. Aku heran kau masih punya harga diri sebagai Hunter setelah gagal menjalankan tugas sepele."
Kata-kata manajer itu sangat menohok hati. Dia menatap orang di depannya dengan kecewa. Sekali lagi menghela nafas.
"Tapi saya membunuh beberapa ekor makhluk sihir itu, manajer–."
"Diam! Tak usah bicara. Sekarang pikirkan tanggung jawab yang harus kau lakukan. Minta maaflah pada semua Hunter yang terluka parah karena kepemimpinan mu yang buruk. Mulai hari ini kuturunkan kau menjadi Hunter bintang satu lagi. Cepat pergi dari sini."
Manajer Jianying tampak sangat marah. Nasib, bukan dapat promosi malah dapat demosi. Orang berjas yang melapor segera beringsut mundur. Meninggalkan kantor Manajer sebelum kemarahan Manajer semakin membludak.
Manajer Jianying menatap lembaran kertas laporan tadi. Bergumam, "Desa Nangchangtan ...."
Manajer itu segera beranjak berdiri. Berjalan keluar kantor. Memasuki lift, menuju atas atap office building. Helipad beserta helikopternya sudah menunggu di sana. Khusus untuk Hunter bintang lima yang bisa memakainya sesuka hati. Bahkan tersedia tempat landasan jet kecil atau yang disebut Aerial Landing Deck. Beserta belasan pesawat kecil bertengger di situ.
Bell AH-1 Cobra, Helikopter tempur. Dengan berbagai macam senjata artileri berat, tentunya sudah diberi mantra. Agar bisa memudahkan peperangan dengan makhluk sihir yang menyerang di udara.
Seorang pilot sudah siap sedia di tempat. Manajer Jianying masuk ke dalam, duduk di belakang.
"Kota Zhongwei, Desa Nangchangtan, Fei."
Pilot helikopter bernama Fei mengangguk. "Siap, Manajer." Segera menyalakan mesin, menekan tombol-tombol, mulai memegang kendali helikopter. Baling-baling pesawat mulai bergerak. Perlahan helikopter mengambang, lantas pergi dari office building modern seratus lantai di tengah-tengah Beijing.
Sedikit informasi, Fei, dulunya adalah multidriver terbaik di kemiliteran. Suatu hari Fei sedang dalam misi menghancurkan pangkalan yang diduga sebagai sarang penyihir di dataran tinggi Tibet sana. Dia, dan tiga tim angkatan udara berangkat dengan jet super, Shenyang FC 31 Gyrfalcon. Berangkat ke sana, awalnya misi terlihat lancar tak ada kendala. Sarang penyihir yang dilaporkan beres dibasmi. Tak disangka hanya dalam sekejap, keadaan berbalik.
Keempat jet super itu kehilangan kendali. Mesin, entah bagaimana malfungsi. Jet itu menukik cepat menghantam tanah. Meledak. Menyisakan kepulan asap hitam. Tiga tim yang lain gagal melakukan pendaratan darurat. Hanya Fei yang berhasil melompat sebelum jet menukik tajam ke bawah. Ternyata yang terburuk belum terjadi sehingga dia menyentuh daratan.
Meskipun siang hari pegunungan itu terasa dingin. Fei istirahat sejenak di celah pegunungan berbatu, mencoba untuk menghubungi bantuan. Tapi nihil, berjam-jam berlalu di celah pegunungan. Segala alat komunikasi yang dia punya tidak bisa mendapatkan sinyal. Alhasil, Fei hanya bisa berharap dan menunggu di celah pegunungan tersebut.
Alih-alih mendapatkan bantuan, Fei malah menemui mimpi buruknya. Monster mengerikan dengan penampilan seperti manusia berwarna merah, gigi-gigi yang bertaring rusak, mata hitam pekat, kuku-kuku tajam, membawa berbagai macam senjata seperti bendulan kayu, pedang bergerigi, atau palu berduri. Makhluk-makhluk itu mirip dengan bangsa orc atau goblin yang ada di film.
Fei yang panik mencoba melawan monster-monster itu. Tapi sayang, dia kalah jumlah dan kekuatan.
Lalu apa yang terjadi?
Monster-monster ini punya hobi untuk menjadikan manusia sebagai budak. Tak hanya Fei, banyak penduduk desa setempat yang tertangkap dan dijadikan budak oleh monster-monster biadab ini.
Berhari-hari. Menyulam minggu. Membentuk bulan. Hingga bulan ketiga dia jadi budak dengan perlakuan tidak pantas. Tubuhnya mengering karena jarang makan. Bahkan beberapa harus saling membunuh demi bisa makan. Siksaan berupa pecutan, pukulan, nafsu seksual monster itu sudah seperti makanan sehari-hari. Dan begitu manusia itu mati, mereka dijadikan makanan untuk persembahan raja mereka; seorang Arch Witch.
Tiga bulan bagai hidup di neraka. Hingga muak Fei dengan bertahan hidup. Dia mulai berfikir untuk mengakhiri segalanya.
Namun, secercah harapan akhirnya tiba. Para Hunter berhasil melacak keberadaan Fei yang hilang. Sekaligus menemukan sarang monster-monster atau makhluk sihir kategori tiga yang sedang ditinggalinya tiga bulan terakhir.
Operasi besar-besaran dilakukan, pertempuran sengit segera meletus. Gunung ikut bergetar sebab pertempuran itu. Ternyata selama ini, penyihir yang dilaporkan untuk di buru Fei dan empat rekannya dulu adalah seorang Arch Witch dan para pasukannya yang bersembunyi di dalam gunung.
Arch Witch itu cerdas memasang kelereng realitas yang membuat senjata api dan mesin kehilangan fungsi di sekitar pegunungan Tibet itu. Karenanya Fei harus menghadapi tiga bulan mimpi buruk hidupnya.
Setelah pertempuran berlangsung selama berjam-jam ...
Akhirnya seorang Hunter berhasil memenggal kepala raja monster, Arch Witch. Dan yang memenggal kepala itu ialah seorang pria berumur kepala dua, berkacamata kotak, berambut coklat bergelombang, dengan pedang katana yang masih mengalir darah hitam Arch Witch.
Dialah Manajer Jianying. Hunter bintang lima dari China, Hunter yang menyandang Shio Naga, Shio terkuat di antero Cina, di usia termuda sepanjang sejarah.
Jianying Ren.
Momen itu takkan pernah hilang dari kepala Fei.
Semua orang yang masih hidup diselamatkan olehnya. Itu tragedi yang tak akan terlupakan. Hingga sekarang dia bersumpah untuk setia pada Manajer Jianying karena sudah menyelamatkan hidupnya dari neraka itu. Karena Fei seorang multidriver berbakat, dia mengajukan diri sebagai pilot pribadi Manajer Jianying. Meskipun dia mengalami trauma dengan penyihir. Dia masih mengutamakan kesetiaan pada penyelamat hidupnya, dibandingkan dengan trauma yang dialaminya.
***
Tiga jam terbang mengudara. Akhirnya Manajer Jianying sampai ke tujuan.
Kota Zhongwei.
Sesampainya di sana, Manajer Jianying menaiki mobil terbang menuju desa Nanchangtan, desa dekat sungai kuning, tempat terakhir kali Wan Chen dan timnya mengejar kasus makhluk sihir kategori dua yang sering memangsa ternak warga.
Jelas tujuannya ke sana demi mencari anak muda yang diceritakan anak buahnya tadi. Sangat langka menemukan anak muda yang memiliki bakat dalam hal sihir dan bertarung. Dia tertarik karena hal itu.
Hari sudah mulai menguning. Manajer Jianying telah sampai di desa. Tanpa banyak membuang waktu, dia bertanya ke penduduk sekitar tentang keberadaan anak muda yang disebutkan Wan Chen.
"Pemuda remaja yang selalu membawa tongkat ... Oh ya, saya melihatnya." Seorang bapak-bapak penjual makanan terlihat yakin.
"Dimana bapak melihatnya?"
"Yah, kemarin malam dia kembali ke sini dengan baju dan tongkat yang berlumuran darah. Seorang wanita muda membawanya karena tertarik padanya."
"Wanita muda? Seperti apa wanita muda itu?" Jianying tertegun, normalnya tidak akan ada yang berani dekat-dekat dengan pemuda berlumuran darah berjalan di tengah-tengah desa. Seharusnya polisi atau pihak terkait yang mendatangi anak muda tersebut tapi ini wanita muda?
"Hmm ... Dia wanita berambut putih panjang, dengan gaun ungu indah, dan juga wajahnya terlihat sangat cantik, kulitnya juga terlihat putih. Mereka berdua membeli makanan di sini." Bapak itu mencoba mengingat-ingat.
Manajer Jianying merasa familiar dengan penampilan yang disebutkan. Siapa wanita itu?
"Mereka pergi ke arah mana?"
"Oh ya, mereka pergi menaiki mobil terbang berwarna hitam. Mungkin menuju kota."
Manajer Jianying menghela nafas. Dia terlambat. Tapi sepertinya dia tahu siapa wanita cantik itu.
"Baiklah, terima kasih atas informasinya, pak."
Bapak-bapak itu menjawab ya singkat. Mengupil tak peduli. Manajer Jianying itu segera menaiki mobil, kembali ke kota. Tampaknya dia harus pergi ke markas pusat. Ini menjadi sia-sia, hanya buang-buang waktu saja.
Mobil terbang segera mengangkasa cepat meninggalkan pelataran desa. Kembali ke kota, menuju bangunan gedung kantor cabang Agensi Hunter, tempat helikopternya terparkir. Lalu pergi mengudara cepat menggunakan helikopter bersama pilot setianya.
Markas utama Agensi Hunter, Qincheng.
***
Malam hari. Cuaca cerah tanpa awan. Menunjukkan keindahan gemintang di langit. Lukisan langit memang yang terbaik.
Pupil mata Sizhu yang hijau memantulkan semua keindahan itu. Dia sedang melamun. Mengingat hal yang baru saja terjadi kemarin.
...
Setelah beres memburu serigala-serigala berkaki laba-laba dan ibunya (penyihir jahat). Sizhu kembali ke desa, mencari makanan.
Lapar sekali perutnya setelah berlarian menggebuki makhluk menyeramkan. Setidaknya dia punya beberapa uang yang dia temukan di saku orang-orang berjas yang bergelantungan di hutan barusan. Tidak mempedulikan ketua pria berjas yang memaki-makinya karena mengambil uang orang tanpa izin. Sizhu langsung kabur begitu uang di tangannya dirasa cukup.
Teringat aroma masakan nikmat yang di ciumnya beberapa jam yang lalu. Mungkin nasi goreng yang dia lihat tadi awal malam bisa mengisi perut. Membayangkannya saja sudah membuatnya mengiler.
"Kamu ..."
Seorang wanita muda berparas cantik, terdiam di depan Sizhu. Mau tak mau Sizhu pun berhenti berjalan. Saling bertukar tatap.
"Bau darah yang menyengat ... Ara~ kamu baru saja membunuh seorang penyihir ya?"
Wanita cantik itu mendekati Sizhu. Membuatnya gugup. Wanita itu mengendus-endus badan Sizhu.
"Uh, maaf anda siapa?"
Sizhu mencoba menjauh dari wanita cantik itu. Dia jadi merasa tak enak. Apa tubuhnya sebau itu? Padahal baru tadi pagi dia mencuci bajunya di sungai.
Wanita cantik itu tersenyum, senyuman yang memikat. "Dua belas, dan satu Arch Witch. Ara~ Sepertinya kamu sangat kuat. Kamu belajar bertarung dari mana?"
Sizhu mulai menatap wanita cantik ini dengan serius. Bagaimana dia bisa menebaknya dengan akurat?
"Siapa kau?" tanya Sizhu penuh waspada.
Wanita cantik itu tenang menjawab.
"Maukah kamu bekerja denganku?" ucapnya lembut.
"Kenapa aku harus bekerja untukmu?" tanya Sizhu balik. Dia tak mudah percaya dengan siapa pun. Gurunya mengajarinya seperti itu.
Jangan percaya siapa pun, hingga jelas keinginannya.
Wanita cantik itu membalas lembut.
"Jika kamu bekerja denganku, semua keinginanmu akan ku kabulkan. Bagaimana?"
Sizhu tampak merenung sebentar.
Keinginan ...
Apa yang ku inginkan?
Jawabannya. Tidak ada.
Sizhu menggeleng sebagai jawaban.
"Saat ini aku tak punya keinginan." jawabnya, polos.
Wanita cantik itu terkejut.
Eh? Baru kali ini aku bertemu anak remaja seunik ini.
Suara perut keroncongan menghentikan pembicaraan mereka. Keras sekali sinyal suara perut itu. Sizhu bersemu merah dibuatnya karena malu.
Wanita cantik di depannya tertawa kecil mendengar suara keroncongan dari perut Sizhu yang terdengar seperti paus menggerutu.
"Tampaknya sekarang kamu memiliki keinginan. Mau makan malam bersamaku?"
Sizhu mengangguk-angguk.
Mereka mengambil tempat duduk di restoran nasi goreng yang baru Sizhu lihat beberapa saat lalu.
Wanita cantik itu berbaik hati memesankan makanan. Mereka duduk saling berhadapan. Begitu makanan terhidang, Sizhu lahap memakannya–beberapa kali tersedak–. Sizhu terlihat seperti manusia yang kelaparan tiga hari, (secara harfiah).
"Ara~ Pelan-pelan saja. Kamu bisa tambah sesukanya." Wanita cantik itu berbaik hati menuangkan air ke gelas Sizhu.
Sizhu menghargainya, bergumam pelan, "Terima kasih."
Wanita cantik itu tersenyum, senyuman yang memikat. "Sama-sama." jawabnya singkat.
Lima menit, dua piring nasi goreng dan semangkuk mie jjampong tandas. Puas perut Sizhu. Dia menatap wanita cantik di hadapannya yang hanya diam tersenyum melihatnya makan. Apakah dia tidak lapar?
"Kau tak makan?" tanya Sizhu, datar.
Wanita cantik itu menggeleng. "Aku tidak lapar."
"Aku tak ingin bekerja. Bekerja itu merepotkan." Sizhu masih tetap kukuh dengan jawabannya. Dia mengerti wanita cantik itu masih berharap padanya.
"Mmm ... Kalau begitu aku rubah penawarannya. Ikutlah denganku. Kamu tak perlu repot-repot bekerja atau hal lainnya. Yang kuinginkan hanya kamu." Wanita cantik itu menunjuk Sizhu.
"Ke mana?"
"Ke tempatku."
Sejenak Sizhu menimbang-nimbang. Masih berpikir.
"Akan ku masakkan makanan yang lezat setiap harinya, bagaimana?"
Mendengar kata makanan, Sizhu tanpa ragu mengangguk-angguk.
Wanita cantik itu tersenyum senang. Dia mengulurkan tangannya.
"Namaku Luxia, siapa namamu?"
"Sizhu."
Menerima uluran tangannya. Berjabat tangan.
Sepasang mata mereka saling beradu tatap. Mata ungu yang indah bak permata. Terlihat dalam dan gelap. Sekaligus cantik.
Hening beberapa saat itu terasa ganjil bagi Sizhu. Luxia melepas tangannya.
"Ayo kita pergi, Sizhu."
Terdengar lembut di telinga.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
🇮 🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
gak nyangka baca sampai sini😅
2025-03-19
0
❀⃝✿𝐋il 𝐌σσηℓꪱׁᧁׁhׁׁׅׅ֮֮t✿⃝❀
berapa ribu kata ini? 🤔panjang juga 🤣
2024-06-05
2
⧗⃟ᷢʷ
cepatnya Maret /Facepalm//Facepalm/
2024-06-03
0