Witch Hunter
𝟮𝟱 𝗝𝗮𝗻𝘂𝗮𝗿𝗶 𝟮𝟬𝟮𝟯
"Sepuluh orang tewas dalam insiden pembantaian di gerbong kereta api."
"Sekelompok remaja sekolah yang sedang hiking telah dinyatakan menghilang dini hari."
"Pembantaian massal telah terjadi dalam rumah warga. Pelaku utama pembantaian diduga seekor makhluk sihir menerobos masuk rumah."
"Sepasang kekasih ditemukan tewas dimakan oleh penyihir usai berolahraga di lapang terbuka."
"Sebuah pesawat terbang meledak diserang oleh makhluk sihir kategori 3."
"Kapal pengangkut kontainer karam ditelan laut. Seratus orang lebih tewas tenggelam."
"Apartemen 40 lantai terbakar hangus. Diduga penyebab kebakaran berasal dari serangan penyihir. Puluhan jiwa tak bersalah ikut terbakar menjadi abu."
Suara televisi dimatikan.
Kematian, dia sangat dekat dengan kita. Bahkan melebihi dekatnya urat nadi dengan tubuh. Dia bisa mendatangi kita dimana saja dan kapan saja. Tak peduli kau siapa. Tak peduli kau berada. Kematian akan datang menghampiri.
Semua kematian sudah ditetapkan. Tak ada yang bisa memajukan ajalnya maupun mengakhirkan ajal. Tapi di dunia ini, ada satu hal yang menjadi lambang kematian. Yaitu, Penyihir.
Lalu, bagaimana kisah ini akan bermula?
Kalau begitu, mari kita mulai dari pemuda ini.
Seorang pemuda remaja bernama, Sizhu. Remaja berparas tampan, dengan rambut hitam panjang sebahu, dibiarkan tergerai apa adanya. Pupil mata yang berwarna hijau terang bak permata zamrud. Kulit putih ala Asia. Dengan baju jubah seadanya, rumah gubuk terpencil, Sizhu menjalani hidup di pedalaman lembah.
Saat ini malam hari. Beberapa jam yang lalu hujan mengguyur lembah. Terasa lembap sekitar. Gundukan tanah merah di sisi rumah pun terlihat luntur. Sisa hujan membuat embun hinggap di rerumputan. Membuat becek tanah yang dipijak.
Tidak ada yang spesial hari ini. Hanya suasana kesedihan yang menggantung di atmosfer sekitar rumah. Malam lalu, guru Sizhu baru saja meninggal dunia. Seakan turut bersedih, langit pun ikut mengeluarkan air mata. Deras sekali. Sizhu hanya diam menatap gundukan tanah di depannya selama beberapa jam ini. Tak mengucap apa-apa. Hanya diam. Tak peduli berapa ribu rintik hujan membasahinya. Sizhu tak bergeming.
Entah apa yang sedang dia pikirkan. Hingga purnama muncul mengganti latar langit. Akhirnya Sizhu mulai memutuskan sesuatu.
Dia akan pergi.
Berbalik badan, melangkah menuju rumah, entah sedang sial atau apa. Sesuatu berwarna hitam berbentuk bola meluncur ke arah Sizhu. Sepersekian detik sebelum benda itu mengenainya, Sizhu cepat menghindar, melompat ke samping. Membuat bola itu meleset dari sasaran. Sayangnya bukan Sizhu yang menjadi sasaran utama. Melainkan rumah gubuk yang ditinggalinya.
BUM!
Bunga api merekah buas melahap kayu. Cahayanya membuat terang sekitar. Sizhu terhempas beberapa meter karena ledakan. Tersungkur. Dia mengeluh, melihat sekitar.
Dari mana asal tembakan itu?
Baru beberapa detik Sizhu berusaha bangun. Benda hitam itu meluncur cepat ke arah Sizhu.
BUM!
Beruntung, kali ini Sizhu lebih cepat menghindar. Melompat ke pinggir sejauh mungkin. Setelah melihat seksama tembakan tadi, Sizhu mulai mengetahui posisi yang menyerangnya. Segera Sizhu berlari menuju asal tembakan. Tembakan bola hitam beruntun berusaha meledakkan Sizhu. Gesit Sizhu menghindari semua tembakan, berlari zig-zag. Penyerang itu mulai terlihat. Membelalak Sizhu melihat makhluk mengerikan itu. Makhluk paling menjijikkan di dunia.
Penyihir.
Mencabut belati dari sakunya. Sizhu cepat menebas penyihir di depannya.
TRANG!
Tebasannya tertahan oleh sebuah sabit besar milik Penyihir bermuka tengkorak burung. Perawakannya begitu mengerikan, dengan tubuh tulang belulang sedikit berbalut daging tipis, berjubah hitam besar dengan tudung, dan tanduk rusa yang besar di kepalanya. Mendengar dengus nafasnya saja sudah terdengar ngeri. Sebuah mimpi buruk.
TRANG! TRANG! TRANG!
Fokus Sizhu menebas sana-sini, mencoba mencari celah untuk menyerang. Gesit memainkan belati. Menangkis sabitan, menghindar, juga membalas balik serangan. Jago sekali Penyihir itu memainkan sabit, lihai memutarnya untuk menyerang Sizhu. Tak kalah Sizhu bertahan, percikan kedua senjata terlihat beruntun. Kerlap-kerlip di tengah hutan. Dentingannya membuat kaget hewan pengerat sekitar. Seketika bangun terbirit-birit. Menjauhi dua orang yang bertengkar hebat.
Tengah hutan yang banyak pepohonan dan semak membuat Sizhu susah bergerak dengan leluasa. Sizhu berlari menjauh dari musuhnya. Mencari medan tempur yang lebih baik.
Tak biarkan mangsanya kabur, Penyihir itu terbang mengejar mangsanya. Mereka bermain kejar-kejaran di tengah-tengah hutan. Sesekali Penyihir itu menembakkan bola-bola hitam ke arah Sizhu. Dengan inderanya yang tajam, lekas Sizhu mengelak dari tembakan. Merunduk. Atau melompat. Sambil terus berlari. Bola-bola itu mengenai dahan pohon dan tanah. Terbakar.
Awan mulai menyingkap sinar bulan. Menerangi tanah lapang yang dituju Sizhu. Di sini dia akan lebih leluasa untuk bergerak.
Sizhu berbalik menghadap musuhnya. Memasang kuda-kuda. Belatinya dia pegang erat di tangan kanannya, sejajar dengan wajah sementara tangan kiri di belakangnya. Sembari mengatur nafas, keduanya saling bertatap sejenak.
Penyihir ini muncul dari mana dan mengapa menyerangnya? Bahkan meledakkan rumah guru. Untuk apa dia melakukan hal itu?
Tak ada waktu untuk berpikir. Sorot mata Sizhu berubah tajam. Tak peduli siapa, yang menghancurkan rumah guru harus dia balas.
Sizhu merapal mantra, mengiris telapak tangannya sendiri, darahnya mengalir menjadi suatu tulisan. Begitu selesai tulisan itu memenuhi belati. Sekejap Sizhu melangkah ke depan Penyihir. Belatinya berhasil memutus tangan kiri Penyihir.
Menggeram marah. Penyihir itu juga merapal sebuah mantra. Lingkaran sihir tercipta di tanah dengan radius 15 meter. Bergetar pijakan mereka, merekah tanah sekitar lalu muncul belasan tengkorak hidup. Penyihir itu berteriak keras menunjuk Sizhu dengan sabit besarnya.
Belasan tengkorak hidup langsung merangsek cepat ke arah Sizhu. Mencoba menahan gerakan Sizhu. Tak selesai disitu, bola-bola hitam juga ikut melesat ke arah Sizhu.
Mata Sizhu cepat melihat serangan. Dia gesit berlari menghindar juga menebas leher tengkorak-tengkorak hidup, meloncat sana-sini, menebas sana-sini. Menghindari bola-bola hitam yang meledak.
Tiada habisnya tengkorak-tengkorak ini, mereka tetap hidup walau kepalanya terpisah. Hanya ada satu cara untuk menghabisi semuanya. Yaitu membunuh sumbernya.
Kaki Sizhu menari, berlari melewati celah gerombolan tengkorak hidup. Berusaha mendekati si Penyihir yang diam di tengah lapang. Lantas, kakinya menghentak, melangkah kilat ke depan wajahnya. Menebasnya dengan pisau.
TRANG! TRANG! TRANG!
Pertempuran sengit berlangsung di tengah lapang. Keduanya sibuk membalas serangan. Sabit menyabit. Tebas menebas. Sizhu bermain belati lebih cepat dari sebelumnya. Tebasannya mulai mengenai kulit, kaki, dan wajah Penyihir. Serangan sabit besar Penyihir itu juga susah dihindari. Putaran sabitnya kadang mengenai tangan atau badan Sizhu, tersayat.
TRANG! TRANG! TRANG!
Adu serangan tiada henti. Semakin banyak sayatan yang mengenai keduanya. Hiraukan darah yang menetes ke tanah. Hiraukan percikan yang mulai membara. Keduanya mati-matian saling menyerang. Saat sabit besar itu diayun, ada sebuah api hitam mengikutinya. Tulisan darah yang ada di belati Sizhu mulai menyala terang. Bara api muncul mengekor setiap gerakan belati. Dentingan tiada henti. Api keduanya saling beradu. Membakar sekitar.
BLAR!
Keduanya terhempas karena api mereka beradu. Membuat ledakan diantara mereka. Nafas mereka tak beraturan. Entah siapa yang akan sanggup berdiri di akhir.
Kembali memasang kuda-kuda. Mengumpulkan kekuatan masing-masing. Api merah membara berkumpul mengitari pisau Sizhu. Kuat hentakan yang disiapkannya. Ini serangan terakhir.
Penyihir itu juga bersiap mengumpulkan kekuatan. Api hitam itu menyeliputi seluruh tubuhnya. Pertarungan hebat ini akan berakhir dalam satu serangan.
SLASH! BLAR!
Habis, pertarungan ini sudah selesai. Sizhu berhasil membelah dua tubuh Penyihir. Api bekas pertarungan dengan cepat lenyap. Abu Penyihir itu luruh menyatu dengan tanah. Sabit besarnya pun terbelah. Begitu selesai mengeluarkan serangan, Sizhu jatuh terjerembab ke tanah. Kemudian tak sadarkan diri ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
sang kisah
aku mampir kakak kalau berkenan mampir juga
2024-08-04
1
🫡topi emas off✈︎
lantai apa yang dilakukan
2024-06-03
1
🫡topi emas off✈︎
hallo bang aku udah mampir
2024-06-03
1