Aurora memandang kalung dilehernya itu dengan penuh harap. "Bagaimana aku bisa tahu apakah aku siap untuk menghadapi semua ini?"
Anastasya menepuk lembut bahu Aurora. "Hati dan jiwa kita telah terhubung sejak lama. Percayalah pada dirimu sendiri, Aurora. Kenakan kalung itu dan ikuti jejak ingatanmu."
Aurora merasa terharu dan berterima kasih. "Terima kasih, Ibu. Aku akan berjuang untuk mengungkapkan rahasia ini dan menjalani takdirku dengan keberanian."
Anastasya mengangguk dengan penuh bangga. "Perjalananmu telah dimulai, Aurora. Ingatlah, cinta dan ketulusanmu adalah kekuatan dan senjatamu yang paling berharga."
Anastasya tersenyum dan melanjutkan "Kini kau tahu, anakku. Kau memiliki kekuatan untuk mengungkapkan kebenaran dan menjalani takdirmu. Jadilah yang kau seharusnya menjadi."
Mimpi pun perlahan memudar, dan Aurora terbangun dari mimpinya, matanya terbuka dalam kegelapan.
Dia merasa perasaan aneh dalam dirinya, seperti memiliki koneksi yang baru saja terjalin.
Refleksnya mengarahkan tangannya ke lehernya, dan rasa terkejut melintas di wajahnya ketika tangannya merasakan kalung yang hangat tergantung di kulitnya.
"Bagaimana mungkin?" gumam Aurora dengan heran. Dia ingat dengan jelas bahwa sebelum tidur, kalung itu tidak ada di lehernya.
Namun, kini kalung itu tergantung di sana dengan indah, seolah-olah diletakkan dengan lembut oleh tangan tak terlihat.
Aurora meraih kalung tersebut, merasakan kehangatan yang memancar darinya.
Dia memerhatikan setiap detail kalung tersebut, memancarkan cahaya lembut dalam kegelapan kamar.
Kalung itu terasa nyata di tangan Aurora, menguatkan keyakinannya bahwa apa yang dia alami dalam mimpi bukanlah sekadar khayalan.
Pikiran Aurora melayang ke kata-kata Anastasya dalam mimpinya.
"Kalung ini adalah kunci yang akan membuka pintu menuju masa lalumu." Apakah ini benar-benar terjadi? Apakah kalung itu memiliki kekuatan magis yang sebenarnya?
Aurora merasa terperangkap dalam dilema yang sulit. Kalung itu memiliki makna yang mendalam dan mungkin saja terhubung dengan rahasia masa lalunya yang selama ini dia idamkan untuk mengetahui.
Namun, bagaimana mungkin dia, seorang pelayan, berani mengenakan kalung yang begitu berharga dan penting bagi keluarga Elara?
Dia merasa terjebak antara keinginan untuk mengejar kebenaran dan realitas sosial yang mengikatnya pada peran dan statusnya.
Sementara Aurora tenggelam dalam pertimbangannya, kalung tersebut tiba-tiba mulai memancarkan cahaya lembut.
Cahaya itu semakin membesar dan membentuk sosok wanita cantik di hadapannya.
Namun, sosok wanita tersebut tidak seperti manusia biasa, melainkan lebih mirip bayangan transparan yang tembus pandang di antara cahaya.
"Salam, Aurora," ujar sosok itu dengan suara yang lembut dan menenangkan.
"Aku adalah Mirella, roh penjaga kebenaran yang akan menjadi pembimbingmu."
"Aku telah dipilih untuk membimbingmu dalam menghadapi permasalahan tentang kalung ini."
Aurora terpaku, kagum dan takut sekaligus. Dia masih tidak bisa mempercayai apa yang sedang dia lihat. "Mirella? Apa ini nyata?"
Sosok Mirella tersenyum lembut. "Ini adalah pertemuan di dunia antara. Aku ada di sini untuk membantumu, Aurora."
Aurora merasa hatinya berdetak kencang. "Aku merasa bingung, Mirella. Aku ingin mengetahui rahasia masa laluku, tetapi bagaimana mungkin aku berani mengenakan kalung ini?"
Mirella mengangguk penuh pengertian. "Kau memiliki tekad yang kuat, Aurora. Kalung ini adalah bagian terpenting dari takdirmu, dan engkau berhak untuk mengenakannya. Namun, aku juga memahami keragu-raguanmu. Aku memiliki solusi."
Mirella melanjutkan dengan penuh kebijaksanaan, "Aurora, kalung ini memiliki kekuatan cahaya yang luar biasa. Kekuatan ini dapat kau manfaatkan untuk menciptakan sebuah selubung yang akan menghalangi pandangan orang-orang dari melihat kalung tersebut."
Aurora mengangguk, mengikuti setiap kata Mirella dengan seksama. "Bagaimana caranya, Mirella?"
Mirella tersenyum. "Cobalah fokuskan perhatianmu pada kalung ini, dan bayangkanlah selubung cahaya yang akan melindunginya dari pandangan orang lain. Biarkan energi positifmu mengalir melalui tanganmu ke kalung ini."
Aurora mengikuti instruksi Mirella. Dia memejamkan matanya, meresapi kehadiran kalung di tangannya.
Dengan konsentrasi penuh, dia membayangkan cahaya yang memancar dari kalung dan membentuk lapisan tipis cahaya di sekitarnya.
Ketika dia merasa energinya mencapai puncak, dia membuka matanya.
Dan di hadapannya, ada sesuatu yang mengejutkannya. Dia melihat kalung tetap ada di tangannya, namun sekelilingnya ada semacam selubung cahaya yang membuat kalung sama sekali tidak terlihat, hampir seperti dilindungi oleh semacam ilusi.
Aurora memandang kagum pada apa yang dia ciptakan. "Ini luar biasa, Mirella!"
Mirella tersenyum bangga. "Kau telah menggunakan kekuatanmu dengan baik, Aurora."
"Selubung ini akan memberikanmu perlindungan yang kau butuhkan. Kini, kau dapat mengenakan kalung ini dengan lebih percaya diri, tanpa harus khawatir diketahui oleh orang lain."
Aurora merasa puas dan berterima kasih kepada Mirella atas bimbingannya.
Dia merasa lebih siap untuk menghadapi dunia luar dengan kalung warisan ini.
"Sekarang, Aurora, jangan biarkan keraguan meredam semangatmu. Gunakan kebijakan dan pertimbanganmu dalam melangkah," kata Mirella dengan senyum penuh harapan.
Aurora mengangguk mantap. "Terima kasih, Mirella. Aku akan mengikuti saranmu dan berusaha menemukan jawaban yang aku cari."
Sosok Mirella perlahan-lahan memudar, kembali menjadi cahaya yang semakin surut.
"Selalu ingat, Aurora, kekuatan sejati ada di dalam dirimu. Aku akan selalu mengawasi dan menemanimu."
Cahaya itu akhirnya meredup dan hilang, meninggalkan Aurora dalam kegelapan kamar yang kembali tenang.
Hari telah beranjak pagi, dan sinar matahari perlahan menyinari villa Elara.
Dengan hati yang lega, Aurora melangkah lebih jauh ke dalam bangunan utama villa Elara.
Suasana di dalamnya begitu hidup dengan aktivitas para pelayan yang sibuk bergerak kesana-kemari, sebagai rutinitas setiap harinya.
Bau harum makanan lezat dan aroma teh yang menggoda mengisi udara, menciptakan aura kehangatan dan keramaian.
Aurora berpapasan dengan beberapa pelayan sejawatnya. Beberapa dari mereka tersenyum ramah padanya sambil memberi salam.
Aurora mengamati mereka dengan hati-hati, berusaha mengetahui apakah ada tanda-tanda bahwa mereka telah menyadari kalung yang dikenakan di lehernya.
Namun, nampaknya tidak ada yang menyadari keberadaannya, dan hal ini membuatnya semakin lega.
Isabella muncul dari kejauhan, berjalan dengan langkah anggun dan penuh percaya diri.
Aurora dapat merasakan tatapan tajam Isabella yang memandangnya sejenak, membuat Aurora merasa tidak nyaman.
Meskipun begitu, Isabella hanya tersenyum singkat sebelum melanjutkan perjalanannya.
Saat Aurora tiba di ruang tengah, dia merasa matahari pagi yang hangat menyinari ruangan dengan cahaya lembut.
Perhiasan dan ornamen mewah di seluruh ruangan bersinar terang, menciptakan suasana yang elegan dan anggun.
Aurora, dengan tekun dan cermat, memulai tugasnya sebagai pelayan pribadi Nona Isabella.
Dia menyusun meja sarapan dengan hati-hati, meletakkan piring-piring cantik dan gelas-gelas berkilauan dengan sempurna.
Isabella muncul dengan pakaian mewahnya, senyum tipis di bibirnya yang menunjukkan kepuasannya terhadap kerja Aurora.
Tuan Edmund juga melintas di depannya, senyuman hangatnya menyambut Aurora.
"Aurora, apakah sarapannya sudah siap?" tanyanya dengan ramah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Alizeee
dukungan ibu, memang terbaik.... /Whimper/
2024-03-10
0
Cantika
roh penjaga, jempol ni
2024-02-07
1
Astri
Lanjut
2024-02-05
1