Isabella sudah terlalu sering berada dalam situasi di mana Aurora berhasil meraih perhatian yang seharusnya menjadi miliknya.
Matanya yang tajam memperhatikan setiap gerakan dari mata Tuan Muda Adelard, Isabella merasakan iri yang membakar di dalam dirinya.
Dia tahu betul bahwa Aurora adalah seorang gadis pelayan, seharusnya tidak memiliki daya tarik sebesar itu.
Isabella mencoba mengesampingkan perasaannya yang tidak enak.
Dia berusaha untuk tetap berbicara dengan Tuan Muda Adelard, meskipun Isabella mengetahui pandangan Tuan Muda Adelard tak bisa lepas dari Aurora.
Setiap senyuman dari Tuan Muda Adelard terasa seperti tusukan yang menusuk hatinya, mengingatkannya betapa seringnya Aurora mencuri sorotan utama yang seharusnya adalah miliknya.
Isabella berusaha menutupi perasaannya yang kian meronta-ronta.
Dia merasa seolah-olah hatinya sedang dilanda badai emosi yang ganas.
Kecemburuan yang mendalam terasa seperti racun yang merayap dalam dirinya, mengaburkan pikirannya dan membuatnya sulit untuk berfokus.
Saat Tuan Muda Adelard terlihat terpesona oleh kehadiran Aurora, Isabella merasa seperti hatinya diinjak-injak.
Dia merasa seperti ada dinding yang menghalangi dirinya untuk mendekati Tuan Muda Adelard.
Setiap upaya yang dia lakukan untuk menarik perhatian Tuan Muda Adelard terasa seperti sia-sia, karena Aurora selalu ada di sana, merampas perhatian yang seharusnya menjadi haknya.
Isabella mencoba untuk tetap tersenyum dan mengobrol juga dengan beberapa lady utusan dari keluarga bangsawan Laincashire, berharap bahwa dengan cara ini dia bisa meredam perasaan kecemburuannya.
Namun, saat Tuan Muda Adelard terlihat semakin dalam jatuh kedalam pesona Aurora, Isabella merasa semakin terpinggirkan.
Dia merasa seperti sebuah angsa yang tertinggal dalam balapan, melihat Aurora menjauh lebih cepat darinya.
Dalam hatinya yang sedang berjuang, Isabella merasa semakin terobsesi dengan Aurora.
Isabella mengingat lagi setiap tindakan dan kata-kata Aurora selama ini, dan itu terasa seperti pukulan bagi Isabella, mengingatkannya betapa mudahnya Aurora memikat siapa pun yang berada di sekitarnya.
Isabella merasa seperti dia tengah berperang dengan perasaan yang rumit, antara kecemburuan dan keinginan untuk mempertahankan dominasinya.
Saat akhirnya Tuan Muda Adelard berbicara kepada Isabella, Isabella merasa seperti ada yang mencabik-cabik hatinya.
Dia merasa seperti dia telah diabaikan, dilewatkan begitu saja oleh Tuan Muda Adelard yang kini meski sedang bercakap-cakap dengan dirinya tidak bisa luput dari perhatiannya yang terus tertarik dalam pesona yang di tampilkan oleh Aurora.
Isabella berusaha untuk menyembunyikan perasaannya di balik senyuman yang tipis.
Namun, semakin banyak waktu yang dia habiskan di dekat Aurora, semakin kuat pula perasaan kecemburuannya.
Isabella merasa seperti dia tengah berada dalam pertempuran yang tak pernah berakhir, berjuang untuk mempertahankan tempatnya di hati Tuan Muda Adelard yang semakin terbawa oleh pesona Aurora.
Di tengah keriuhan dan kecanggungan, ketiga sosok ini saling terkait dalam tarian emosi yang rumit.
Aurora, yang masih terpukau oleh kalung yang ditemukannya beserta misteri di baliknya, tenggelam dalam pemikirannya sendiri.
Dia tidak menyadari bagaimana pesona fisik dan spiritualnya meraih perhatian Tuan Muda Adelard.
Tuan Muda Adelard, yang terpesona oleh kehadiran Aurora, merasakan dirinya seperti tersedot ke dalam lingkaran pesona yang tak terelakkan.
Dia merasa seperti ada daya tarik yang mendorongnya mendekati Aurora, seolah-olah mereka adalah dua kutub yang saling tertarik oleh medan magnet.
Meskipun dia tidak mengerti perasaannya yang membara, dia tidak bisa mengabaikan getaran emosi yang semakin kuat.
Dan Isabella yang merasakan tatapan Tuan Muda Adelard pada Aurora berjuang dengan cemburunya yang merayap dalam dirinya.
Dia merasa seperti dia tengah bertarung melawan Aurora, bersaing untuk mendapatkan perhatian Tuan Muda Adelard, mengingatkannya betapa mudahnya Aurora merampas perhatian yang seharusnya menjadi miliknya.
Ketiganya, tanpa mereka sadari, terperangkap dalam web emosi yang rumit.
Dengan senyuman licik, Isabella memutuskan untuk mengambil langkah taktis yang lebih jauh.
Dia melihat Aurora sebagai penghalang yang perlu diatasi, sehingga dia memberikan perintah baru yang tampak sepele kepada Aurora.
"Aurora, bisakah kamu mengecek kesiapan jamuan makan siang untuk utusan keluarga Laincashire?" pinta Isabella dengan tampak ramah.
Aurora mengangguk, tidak curiga dengan motif di balik permintaan tersebut. "Tentu saja, Nona Isabella, saya akan segera melakukannya."
Isabella dengan senyuman puas melihat Aurora pergi dari ruangan, menyibukkan diri dengan tugas yang baru diberikan.
Saat Aurora pergi, dia merasa seperti dia telah memenangkan pertempuran kecil dalam usahanya untuk mendapatkan perhatian Tuan Muda Adelard.
Dengan Aurora jauh dari pandangan, Isabella memanfaatkan kesempatan ini untuk mengambil kendali atas situasi.
Dia mendekati Tuan Muda Adelard dengan senyuman manis, berusaha untuk menarik perhatiannya.
"Tuan Muda Adelard, apa pendapat Anda tentang taman indah keluarga Elara? Saya yakin Anda akan menyukainya."
Tuan Muda Adelard, yang sebetulnya merasa kehilangan setelah kepergian Aurora, tersenyum singkat pada Isabella.
"Tentu, Nona Isabella, saya senang mendengarnya. Saya belum memiliki kesempatan untuk menjelajahi taman itu."
Dengan senyuman manis yang menyiratkan tawaran yang lebih dalam, Isabella melanjutkan, "Tuan Muda Adelard, mungkin Anda ingin mendapatkan pengalaman yang lebih dekat dengan taman ini.
Saya dengan senang hati bisa menjadi pemandu Anda dalam sebuah 'room tour' untuk menikmati keindahan dan kemegahan taman villa Elara."
Tuan Muda Adelard, yang mendengar ajakan Isabella, terlihat tertarik dengan ide tersebut.
Pandangannya beralih antara Isabella dan Tuan Edmund, mencari persetujuan.
Tuan Edmund mengangguk setuju dengan senyuman, menambahkan, "Itu adalah ide yang bagus Isabella, Tuan Muda Adelard. Saya yakin Anda akan menikmati keindahan taman kami."
Para utusan dari keluarga bangsawan Laincashire juga memberikan tanda persetujuan dengan senyuman, menunjukkan bahwa mereka merasa senang dengan ide tersebut.
Tuan Muda Adelard akhirnya mengangguk, "Saya sangat tertarik untuk melihat taman ini lebih dekat, Nona Isabella. Terima kasih atas ajakan Anda."
Dengan semangat yang tinggi, kelompok mereka menuju ke taman villa Elara.
Tuan Muda Adelard, Isabella, Tuan Edmund, dan para utusan berjalan bersama, memasuki kebun yang indah.
Isabella dengan penuh semangat memimpin jalan, menjelaskan dengan rinci setiap elemen taman, dari taman berbunga yang indah hingga air mancur yang megah.
Tuan Muda Adelard benar-benar terpesona oleh keindahan taman, dan dia tidak ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan tentang berbagai tanaman dan arsitektur yang ada di sekitar mereka.
Para utusan dari keluarga Laincashire juga terlihat sangat menikmati pengalaman ini, dan suasana menjadi semakin akrab di antara mereka.
Mereka menghabiskan waktu yang berharga di taman, menikmati pemandangan yang menakjubkan dan bercakap-cakap dengan semangat.
Tuan Edmund merasa senang bahwa Isabella telah mengambil kesempatan ini untuk mendekati para utusan Laincashire melalui Tuan Muda Adelard dengan cara yang lebih santai dan akrab.
Sementara itu, Aurora sibuk dengan tugasnya, memastikan bahwa jamuan makan siang benar-benar siap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Cantika
dia jealous
2024-02-07
1
Odelia
Cemburu Isabella nya
2024-02-01
1