Malam harinya Nino pulang dalam keadaan segar, karena ia habis mendapatkan asupan kenikmatan dari sahabat istrinya.
" Papa....papa." Teriak Nesya berlari menghampiri papanya.
" Mas, kamu sudah pulang." Alina mencium punggung tangan suaminya.
" Iya, maaf aku pulang telat karena ada hal penting."
" Aku sih tak masalah mas, tapi kasian tuh neysha dari tadi cemberut saja."
Pandangan Nino beralih ke putrinya, anaknya dari buah perselingkuhannya dengan Fera, Nino menggendong bocah 4 tahun itu.
" Maafin papa ya? tapi papa janji besok kita akan ke pasar malam, bagaimana ??" rayu Nino pada Nesya.
Nesya tetap tak bergeming, ia malah kini mengerutkan bibirnya, tangannya pun ia sedekapkan didadanya.
" Nesya, papa bicara sama kamu sayang, dijawab donk." ujar Alina.
" Oke..asal papa gak bohong lagi ya, kalau sampai papa masih juga ingkar aku benar-benar gak mau maafin papa." Teriak neysa kesal.
" Oke sayang papa janji, jadi sekarang Nesya tidak boleh marah lagi ya ?? kak bentar lagi neysa sekolah." Nino mengusap rambut Neysa.
mata Nesya terlihat berbinar saat papanya mengatakan kata sekolah.
" beneran Nesya akan sekolah yah ?" tanya bocah itu yang terlihat sangat senang dan antusias.
" iya sayang, nanti papa carikan sekolah yang bagus ya ??"
bocah itu mengangguk senang, Nesya memeluk papanya hingga Alina tersenyum melihat kedekatan keduanya.
Alina berpikir betapa keduanya terlihat seperti ayah dan anak sungguhan, Alina belum tahu bahwa keduanya memang memiliki hubungan darah.
Malam itu Alina mengantikan pakaian suaminya yang kotor, ia menemukan struk belanja seharga fantastis, sepat, tas, dan baju branded. Hati dan pikiran Alina mengarah pada hal yang negatif.
Nino keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk yang menutupi bagian intimnya, Alina yang tersadar langsung menghampiri suaminya dan membawakan pakaian ganti suaminya yaitu celana pendek dengan kaos oblong.
" Mas, tadi aku gak sengaja menemukan ini, kamu kenapa beli banyak sekali barang wanita, untuk apa ??" cecar Alina curiga.
Dengan kasar Nino mengambil kertas struk pembelanjaan dari tangan Alina, Nino pun membacanya, ia tercengang seketika, nino bahkan ceroboh tidak membuang struk belanjanya seperti biasanya.
" Ohh ini untuk klien saja semacam hadiah atas rasa terimakasih perusahaan karena telah bekerja sama, itu saja."
" Benarkah ??" telisik Alina yang sepetinya tidak mempercayainya.
" Kau kira apa ?? Jangan berpikiran aneh, jika tak percaya tanya saja pada temanmu itu, Ida tahu banyak tentang klien aku, makanya kamu kuliah seperti Fera, supaya pikiranmu terbuka." sarkas suaminya dengan menaikan nada bicaranya.
Rasanya Alina sampai kesulitan menelan ludahnya mendengar suaminya terus-menerus selalu menghina dirinya, bahkan tidak segan suaminya sering memuji Fera sahabatnya.
Ya mungkin Alina hanya lulusan SMA, tidak seperti Fera yang kuliah walau orang tuanya hanya keluarga sederhana. Tapi setidaknya janganlah ia mengatakan hal kasar itu pada isterinya, toh selama ini pengorbanan Alina cukup besar untuk keluarga Nino.
Sedari ayah Nino sebelum meninggal hanya Alina yang mau merawat dan menjaga lelaki tua itu hingga Tuhan mengambil nyawa ayah kandung Nino.
Tidak ada lagi yang ia bisa andalkan untuk kesedihan dan keluh kesahnya, hanya neysa yang mengerti dirinya, bukan suami atau pun keluarga suaminya.
Kini Fera pun sudah jarang mengajak bertemu dan jalan bareng dengannya, mungkin saja Fera sudah sibuk dengan kekasihnya, itu yang ada dalam benak Alina.
Nino yang sudah menganti pakaiannya kini sudah berbaring diranjang, sedangkan Alina menidurkan neysa dikamar sebelah.
Selagi tidak ada istrinya Nino menelepon Fera cukup lama.
" Sayang terima kasih ya servicenya, kamu memang pintar menyenangkan aku." puji Nino dengan tersenyum karena senang.
" Iya sayang demi kamu, aku akan belajar memuaskan kamu." Jawab Fera tanpa malu dan tahu diri.
" Ya sudah sayang nanti, nanti Alina curiga " ucap Nino yang langsung mematikan sambungan telepon.
Tak lama Alina datang setelah menidurkan neysa, wanita itu tidur disamping suaminya. keduanya tidur tanpa melakukan hubungan intim, karena Nino sendiri sudah tidak tertarik dengan tubuh Alina, mereka jarang sekali bercinta, mungkin bisa dihitung dengan jari saking jarangnya.
Sejujurnya tanpa Nino ketahui dan sadari Alina merindukan belaian suaminya, namun ia bisa apa jika Nino saja tidak mau memulainya. Mungkinkah suaminya itu lelah dengan pekerjaannya ?? dan lagi-lagi itu hanya ada dipikiran Alina saja.
Pagi harinya Alina bangun jam 4 pagi dan ia mulai mengerjakan pekerjaan rumah dari membersihkan rumah, mencuci baju bahkan memasak. semua itu Alina lakukan tanpa bagian seorang asisten rumah tangga.
Sejak Nino menikahi Alina, sejak itu pembantu semua dipecat, dengan alasan biar irit dan karena alasannya Alina pantas melakukan pekerjaan itu karena latar belakang yang miskin dan hanya anak yatim piatu.
Nino turun dari kamarnya dan menuju meja makan untuk sarapan bersama, Nino menyerahkan amplop coklat kepada Alina dan memberikan belanja mingguan untuk Alina seperti biasanya.
" Ini uang jatah Minggu ini, kau harus bisa berhemat, karena sekarang omset pabrik sedang menurun." Ujar suaminya.
" Baik mas." Jawab Alina dengan menghela nafasnya
Selepas sarapan Nino berangkat kerja, baru saja mobil Nino keluar dari halaman rumah ibu kandung Nino langsung merampas uang menantunya seperti biasanya.
" Ibu itu milikku."
" Ini kan yang memberi anakku, jadi ini uang aku juga."
" Tapi buk, itu untuk kebutuhan sehari-hari makan kita, juga kebutuhan neysa " ucap Alina.
" Jangan banyak mulut kamu, sebentar " ibu Nino itu membuka amplop dan memberikan separuh jatah mingguan Alina
" Ini cukup untuk kamu, berhematlah." Ujar ibu mertuanya.
" Hey kakak ipar....sudah baik dikasih setengah jatah, kau itu kan tidak bekerja sudah seharusnya menuruti keinginan mama, dasar gak tahu diri banget." ejek adik iparnya yang sering sekali mengatakan hal yang kasar padanya.
" Benar kamu sayang " celetuk ibu Nino
" Sudah ma, tinggalin saja dia, lebih baik kita siap-siap shoping." Ucap adik perempuan Nino.
" Ayo sayang."
Sepeninggal keduanya Alina menitikan air mata, ia memegangi dadanya yang sesak, neysha yang sedari tadi melihat itu semua berhamburan memeluk mamanya.
" Mama jangan menangis, kalo mama nangis terus kan neysa jadi sedih." ucap bocah cilik itu menghapus lelehan air mata Alina.
Alina memeluk neysa dengan erat dan mengusap surai rambut gadis cilik itu.
" Iya sayang mama gak akan menangis lagi "
" Kenapa sih nenek sama Tante jahat sama mama ?? Aku benci mereka." Teriak Neysha kesal.
" Sssthh jangan seperti itu sayang, mereka keluargamu, Neysa mulai sekarang jangan katakan itu lagi ya ?? Nanti dikira orang mama tidak mengajarkan yang baik sama neysa."
" Maafin Neysa ma, mulai sekarang Nesya akan patuh sama mama." Cetus bocah perempuan cantik itu.
" Good girl sayang." Cicit Alina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Hj. Raihanah
demi apa kamu bertahan alina
2024-05-09
0
vie na Ai
Gila goblok bnget Alina bertahan bertahun2
2024-03-13
0