"Aku merasa seperti ada yang datang," hahaha, iya, tertawa kecil sebentar.
"Bersiaplah untuk mati di hutan ini," aku kemudian memakai jas tembus pandang ini dan melompat ke atas pohon.
"Kita harus berhati-hati, pohon besar di depan sana memiliki lubang besar sebagai jebakan pertama," jelas Hudson.
Benar saja, mereka sampai pada pohon besar itu. Semuanya menatap apa santunnya besar dan tingginya pohon tersebut.
Pohon raksasa menjulang di depan mereka, cabang-cabangnya menyentuh awan. Daun-daunnya berkilauan, seolah-olah menyimpan rahasia kuno. Elisa menelan ludah, merasa kecil dan rapuh di bawah bayangannya. Ceroz menggigit bibirnya, matanya terpaku pada lubang besar di batang pohon—jebakan pertama yang harus mereka lewati.
"Ini pohon yang kau maksud?" tanya Ceroz.
"Benar sekali."
"Bagaimana kita melewatinya?" tanya Elisa.
"Tenang, aku punya ide," sambung Soman.
"Kenapa mereka berhenti? Ayolah, teruslah berjalan," aku berdiri di ranting pohon sambil mengawasi gerak-gerik mereka.
Soman menatapku dengan tajam. “Apa kekuatan bayangmu mampu menahanku? Saat aku akan terjatuh, tariklah aku dengan kekuatan sihir bayangmu.”.
"Soman, kau sudah gila?"
"Tapi bagaimana jika rencana yang kau buat gagal?" bentak Elisa.
"Tenang, Ceroz, Elisa. Kita harus berani dengan mengambil risiko yang besar."
"Tapi ini berbahaya," bantah Elisa.
"Soman, saat kau masuk ke dalam lubang itu, nanti kau akan mati dan misi kita berakhir sampai sini."
"Aku merasa kalian berdua terlalu takut. Kalian hanya terpaku dalam jebakan-jebakan dalam rintangan ini sampai kalian tidak ada yang mau berani mencoba."
Aku mengangguk, memperkuat tekad. Pohon itu menanti, menguji keberanian kami. Dengan napas dalam, aku melangkah maju. Bayang-bayangku mengikuti, Soman bayang bayangku siap untuk menarik siapa pun yang terjatuh.
"Soman, aku sudah siap," ujar Hudson sambil menaruh sihir bayangnya di belakang Soman.
"Bagus, ini saatnya," dengan langkah berani, Soman berjalan duluan dengan tongkatnya.
Mereka yang melihat itu hanya bisa menelan ludah. Takut kalau apa yang direncanakan Soman gagal, ia benar-benar akan mati.
"Hahaha, bagus-bagus. Apakah anak yang memakai tongkat itu sudah bosan dengan nyawanya?" aku tertawa puas dari atas ranting. Benar saja, ia melangkah sampai pada lubang itu. Soman terjatuh, diiringi teriakan Elisa dan Ceroz.
Sedangkan aku merasa puas karena melihat kematian korbanku. Gelak tawaku menggelegar. Akhirnya ada lagi korban yang mati.
Tapi tidak dengan bayangan Hudson yang sudah siap siaga. Hudson berhasil menahan kaki Soman, jadi Soman selamat.
"Elisa, Ceroz, cepat bantu Soman naik," perintah Hudson.
Gelegar tawaku terhenti melihat mereka berhasil melewati rintangan pertama.
"Iss, sial. Mereka bisa melewati rintangan pertama. Kurang ajar! Aku pastikan kalian akan mati di rintangan kedua nanti," ujarku geram.
"Berhasil!" kegembiraannya bersorak.
"Kita tidak boleh senang dulu. Masih ada 999 rintangan lagi," ujar Hudson.
Elisa berjalan di depan, sementara Ceroz dan Hudson menopang Soman untuk berjalan.
Hudson dan Soman kembali berada di persimpangan jalan yang bercabang-cabang. Mereka terdiam sejenak untuk mencari jalan mana yang harus ditempuh untuk melanjutkan perjalanan mereka. Hudson tidak ingin memilih yang salah dan berakhir di jalan berbahaya.
"Saat menggunakan magisku, aku melihat ada 5 jalan bercabang di sana," ujar Hudson kepada Soman. "Namun, sebagian besar dari jalan-jalan itu sangat berbahaya dan hanya bisa dilalui dengan terbang."
Soman memahami kekhawatiran Hudson dan mencoba membantunya. "Tidak ada jalan yang aman, semuanya mematikan," katanya. "Tapi jangan khawatir, aku akan memberikan sedikit kekuatanku untukmu."
Soman mengeluarkan mantranya dan menyalurkan kekuatannya pada Hudson. Hudson merasakan tubuhnya menjadi setengah lemas.
"Kali ini kalian pasti akan bingung dan bersiaplah untuk mati di tantangan kedua," smirk-nya.
Hudson berhasil membuat elang raksasa membawa mereka terbang ke tempat yang lebih aman. Mereka terus berlari mencari tempat yang aman dari para pengganggu.
"Sial, lagi-lagi mereka lolos," ujar salah satu penghalang ketika mereka menyadari Hudson dan temannya, Soman, berhasil lolos dari jeratanku.
Setelah beberapa saat, Hudson dan Soman akhirnya dapat beristirahat sejenak. "Semakin sulit perjalanan kita," ujar Hudson dengan nafas yang terengah-engah. "Namun setidaknya, kita masih hidup dan berhasil melewati tantangan ini."
Soman menambahkan, "Kita harus selalu siap menghadapi tantangan apapun yang terjadi. Kita mesti memikirkan beberapa strategi untuk mengatasi penghalang selanjutnya."
Setelah istirahat yang cukup, mereka berkelana lagi menuju ke tujuan mereka. Mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi di perjalanan, di mana pun arah yang mereka tuju.
Setelah beristirahat dan merasakan cukup kekuatan, keempatnya bangkit kembali untuk menghadapi tantangan selanjutnya.
"Berikutnya apa lagi?" tanya Ceroz dengan waspada.
Hudson mengerutkan kening, mencoba memikirkan kemungkinan tantangan berikutnya. "Bakal lebih susah," ia akhirnya menjawab dengan suara serak.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan waspada dan penuh konsentrasi dalam menghadapi tantangan selanjutnya. Mereka berharap dapat menemukan alur yang lebih aman dan mudah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments