Arsel

Semua harus berakhir atau mati.

Hari setelah Arsel pulang menyerang ke markas lawan, ia pun pulang ke tempatnya yaitu ke Kerajaan Putih. Arsel berhasil membuat pasukan tim sekutu lumpuh dan kehilangan kendali. Namun, meskipun begitu, Arsel tak sepenuhnya menang karena kekurangan pasukan yang kuat. Akhirnya, Arsel sadar ia harus kembali ke kuatan sihir. Putihnya juga sudah melemah.

Sebagai wilayah Kubu Putih yang sangat kuat, setiap keluarga Erlesen memiliki ruangan latihan sihir pribadi, termasuk Arsel, Elisa, dan anggota keluarga lainnya.

The Veriumsan White Bum; ledakan tiba-tiba terdengar di ruangan itu meski pun mantra yang digunakan oleh Arsel hanya sebuah simulasi, namun mantra itu terlihat seperti nyata.

Arsel, 30 tahun, lelaki, kakak tertua Elisa, sekaligus pasukan tempur Tim Penyerang Anggota Gelareos.

"Aku merasa lebih baik," monolog Arsel.

Di tengah latihan, tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan latihan itu.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Arsel sambil mengeluarkan cahaya putih di tangan kirinya untuk menyerang orang yang masuk tersebut.

"Maaf mengganggu, aku kemari hanya ingin menyampaikan sesuatu," ucap orang itu dengan lembut, membuat Arsel memadamkan sihirnya.

Arsel mendekat ke orang itu.

"Apa yang ingin kau sampaikan?" ucap Arsel secara tegas.

"Aku mendapatkan kabar bahwa Elisa sudah berada di barat Gelareos!" tiba-tiba mendengar kabar itu, Arsel melemparkan sebuah serangan.

"Anak aib keluarga itu ternyata sudah melarikan diri! Kalau begitu, kabarkan pada pasukan terbaik penyihir putih agar aku melakukan penyerangan terhadap Elisa," ucapnya dengan nada memerintah.

"Tapi, tuan. Apa tuan benar-benar ingin menyerang Elisa?" tanya si pembantu, gemetar.

"Kau melihat wajahku tengah bercanda?" balas Arsel dengan suara tegas.

"Ti- tidak, tuan."

"Jadi, buat apa kau diam di sini? Sekarang juga panggil pasukan terbaik," bentak Arsel dengan nada kesal.

Sang pembantu pun lari terengah-engah, ketakutan akan kemarahan majikannya.

"Bersiaplah, Elisa. Aku akan menghabisimu sampai mati. Ini kesempatanku untuk membunuhmu." Arsel mengepalkan tangannya sambil menatap Elisa dengan geram.

***

Arsel pun pergi ke arah Barat Gelareos bersama dengan enam pasukan prajurit terbaik penyihir putih.

"Ternyata, ini tempat bedabah itu bersembunyi," ujar Arsel.

"Apakah tuan yakin mau menyerang Nona Elisa? Bagaimana dengan Nona Elisa, adik kandung tuan?" tanya salah seorang prajurit.

"Tentu saja. Bagaimana aku bisa menarik niatku? Tujuanku ingin membunuhnya," ucap Arsel tegas sebelum terbang pergi, diikuti oleh pasukannya.

Di tengah latihan di hutan, Elisa merasakan kehadiran kekuatan sihir yang amat kuat. Ia berhenti melatih dan mengangkat kepalanya, "Aura sihir ini berasal dari pihak kubu putih. Apa yang akan mereka lakukan?" Elisa berkata pada dirinya sendiri.

Ia merenggangkan otot-ototnya dan siap menyerang jika ada perlu. Elisa tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi ia siap berjuang untuk hidupnya.

Elisa pergi ke tempat Soman dan Ceroz, dan melihat keduanya sedang menolong warga di kota yang makin sepi itu.

"Ceroz, Soman!" seru Elisa, ketika ia berlari ke arah keduanya.

Kedua pemuda itu segera menoleh dan melihat Elisa yang terengah-engah berbicara, "Ada apa, Elisa?" Tanya Soman.

"Gawat! Aku merasakan kehadiran aura kekuatan putih yang semakin dekat. Aku yakin mereka akan menyerang tempat ini. Kalian berdua sebaiknya keluar dari sini. Berlindunglah. Biar aku yang akan menyerang pasukan penyihir putih itu," jelas Elisa.

Ceroz berusaha meyakinkannya, "Tapi bagaimana mungkin kami membiarkanmu sendirian melawan mereka? Kamu pasti akan kalah, Elisa."

"Kamu menganggapku remeh? Ini sangat kecil bagiku. Aku memiliki dua kekuatan sihir sekaligus."

Namun Soman tidak sependapat dengan Elisa, "Tidak bisa begitu, kami bertiga sudah seperti keluarga. Apa pun terjadi, kami akan selalu ada di sisimu untuk menolongmu, Elisa."

"Kali ini tidak perlu, kalian sebaiknya mencari perlindungan. Biar aku yang melawan mereka," jawab Elisa dengan tegas, menolak penawaran Soman dan Ceroz.

Saat Elisa bersiap-siap untuk berperang, Soman dan Ceroz memutuskan untuk mengamankan para pengungsi di tempat yang lebih aman. Mereka bertekad untuk kembali dan membantu Elisa setelah merasa yakin bahwa warga telah selamat.

Elisa memusatkan pikirannya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh yang akan datang. Pasukan penyihir putih itu amat kuat, tapi Elisa tidak gentar. Ia percaya dengan kekuatan yang dimilikinya, ia dapat melindungi kota itu dan warga yang ada di dalamnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!