Hutan sihir sisi Gelareos.
"Oy!" Elisa berteriak, suaranya bergema melalui hutan mistis yang dipenuhi dengan pohon-pohon kuno dan makhluk-makhluk ajaib. Dia berlari, mengejar bayangan Arsel, saudaranya sendiri, yang bergerak cepat melalui semak-semak berduri dan jalur berbatu.
Arsel berdiri di tepi jurang yang dalam, di mana air terjun ajaib mengalir ke dalam danau berkilauan yang dipenuhi dengan naga air dan peri-peri air. "Kurang ajar, dari tadi aku mencarimu. Ternyata kau berada di sini," sahut Arsel, suaranya dingin dan mengejek.
"Apa yang kau mau di tempat ini?" Elisa bertanya, berusaha menahan rasa takut yang mulai merasuki hatinya.
Arsel menoleh, matanya berkilau dengan sinar merah yang menakutkan. "Apa yang aku mau, hahaha," tiba-tiba suara ketawa yang menggelegar keluar dari mulut Arsel. Suara itu membangunkan makhluk-makhluk magis yang tidur dan memaksa mereka bersembunyi.
Elisa menatap Arsel, matanya melebar dalam ketakutan dan kejutan. Dia tahu, itu bukan tertawa biasa. Itu adalah tawa jahat, tawa yang menandakan bahaya. Dia merapatkan tongkat sihirnya, mempersiapkan diri untuk pertempuran yang akan datang.
"Dasar anak bodoh, kau masih bertanya? Tentu saja aku akan menghabisimu hingga mati di tempat ini, Elisa, adikku," ujar Arsel, suaranya penuh dengan niat jahat.
Elisa menelan ludah, matanya membulat sempurna karena terkejut mendengar apa yang diucapkan abangnya itu. Dengan hati berdebar-debar, dia siap untuk bertarung.
"The Overium San Swhite," terucap dari mulut Arsel dengan penuh kekuatan, sementara pasukan penyihir putih lainnya berdiri di sisinya, siap untuk melawan.
Elisa tidak gentar. Dengan tatapan penuh tekad, dia mengucapkan mantra sihirnya, "Arbedo Tarmae!" Cahaya putih memancar dari tangannya, membentuk perisai melindungi dirinya.
Pertempuran antara Elisa dan Arsel menjadi semakin intens. Keduanya saling melemparkan serangan sihir yang memenuhi langit dengan warna-warni yang memukau.
Dalam pertempuran yang epik, Elisa dan Arsel saling melemparkan kekuatan sihir mereka. Mantra-mantra yang terucap dari bibir mereka menghasilkan ledakan energi yang memenuhi udara. Namun, kekuatan Arsel dan pasukan penyihir putih yang membantunya terbukti lebih kuat.
Meski Elisa berjuang dengan gigih, tenaganya semakin terkuras. Dia tidak mampu menahan serangan sihir Arsel yang melanda dengan kekuatan dahsyat. Akhirnya, Elisa terjatuh ke tanah dengan kelelahan yang melanda tubuhnya.
Dari atas, Arsel melafalkan mantranya sekali lagi, mempersiapkan serangan terakhirnya. Cahaya api melingkupi tubuh Elisa yang terkapar di bawahnya. Serangan mematikan itu menghancurkan segala harapan Elisa untuk bertahan.
Dengan tawa puas atas kemenangannya, Arsel meninggalkan medan pertempuran yang hancur. Sementara itu, Elisa tergeletak dalam keadaan sakarat, menghadapi akhir yang tak terelakkan.
"Elisa!" dua orang anak laki-laki berteriak dari jarak yang cukup jauh. Mereka adalah Soman dan Ceroz.
Ceroz segera menggendong Soman untuk berlari menuju tempat kejadian. Mereka bersembunyi di balik pohon besar yang menutupi tubuh mereka, saksikan pertarungan antara Arsel dan Elisa.
Mereka hanya bisa bersembunyi tanpa berani menolong Elisa. Mereka sadar bahwa mereka tidak memiliki kekuatan sihir untuk melawan Arsel. Setelah Arsel dan pasukannya pergi, Soman dan Ceroz akhirnya berani keluar dari persembunyian mereka.
Ceroz mengambil air dari dekat hutan dan menuangkannya ke tubuh Elisa yang terbakar api. Sementara itu, Soman berusaha sekuat tenaga untuk mengobati Elisa dengan sihirnya.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Ceroz, cemas.
"Tidak baik. Sihirku tidak cukup untuk mengobati Elisa," jawab Soman sambil mencoba mengalirkan sihir penyembuhnya ke tubuh Elisa.
Namun, sihir penyembuh mereka terasa sangat lemah. Mereka merasa putus asa, tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan Elisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments