Pertarungan untuk Elisa

"Kalau kalian merasa hebat sangat, ayo bertarung!" ucap Arabel dengan nada menantang.

Arabel siap dengan kekuatan dan mantra sihirnya, sedangkan Ceroz yang tidak mempunyai sihir akan mudah kalah. Ia mengangkat tongkat sihirnya dan mengarahkannya ke Ceroz.

Soman tercegang mendengar bahwa Arabel akan bertarung dengan Ceroz, sedangkan kekuatan Arabel sangat besar. Ia tahu bahwa Ceroz hanya seorang pendekar pedang yang andal, tapi tidak memiliki bakat sihir sama sekali. Ia ingin mencegah pertarungan itu, tapi ia terlambat.

"Kak, tidak perlu bertarung melawanmu. Biar aku saja yang menghabisi hama ini," sahut Taurus, adik Arabel, yang juga seorang penyihir.

Taurus tidak suka melihat kakaknya bersusah payah melawan Ceroz. Ia yakin bahwa ia bisa mengalahkan Ceroz dengan mudah. Ia juga mengangkat tongkat sihirnya dan bersiap untuk menyerang.

"Kalian!" teriak Ceroz, yang merasa diremehkan oleh kedua penyihir itu.

"Bukannya kau seorang pahlawan? Jadi, mari adu sihir denganku," ucap Taurus tak sabaran. Ia menggulung tangan bajunya dan mengejek Ceroz.

Ceroz tidak takut dengan tantangan Taurus.

"Aku menerima tantanganmu," suara Ceroz lantang.

"Bagus kalau begitu, bersiaplah mati di tanganku, anak lemah," smirk Taurus.

"Tapi bolehkah aku istirahat untuk memulihkan tenaga?" tanya Ceroz.

"Tiada masalah, aku akan memberimu waktu dalam dua hari untuk istirahat," jawab Taurus.

***

"Sudah 2 hari waktunya buatmu bertarung dengan Taurus, kau yakin Ceroz?" tanyaku khawatir.

"Tentu saja."

"Tapi kau tidak punya sihir, sedangkan sihir mereka benar-benar hebat."

"Aku tahu aku tidak punya sihir, bukan berarti aku tidak punya kekuatan untuk menghindar," jelas Ceroz.

"Sudah kau tak perlu takut, Soman," kalimat penenang dari Ceroz sedikit membuat panik Soman hilang.

Keduanya pun kembali ke rumah Soman, di mana ia melihat Taurus, Zero, Arabel juga sudah bersiap.

"Aku kira kau tidak datang kemari, kau mengaku kalah sajalah daripada mati di tanganku," ujar Taurus.

"Pecundang," sambung Zero.

"Sampai kapan pun aku tidak akan menyerah meskipun harus mati di tanganmu," tegasku menatap Taurus sialan itu dengan tatapan tajam.

"Semangat yang bagus, baiklah aku tak mau menunggu lama-lama. Tempat bertarung kita di Zezori, tapi karena jarak ke sana harus melewati Mithild, jadi aku akan memanggil awan pribadiku membawa kita," kata Taurus.

Taurus membacakan sebuah mantra sihir Arbeotrabus. Tiba-tiba, segumpal awan berkumpul membulat perlahan turun ke bawah menghampiri Taurus.

Awan pribadi Taurus tampak seperti sebuah kapal terbang yang berkilau. Ia menawarkan tangannya kepada Arabel dan Zero, lalu mengajak mereka naik ke atas awan. Aku dan Ceroz hanya bisa menatap dengan heran.

"Cepatlah, bodoh, naik! Apa yang kau lihat dari awan ini?" ujar Arabel dari atas awan.

Ceroz pun naik ke atas, tak lupa pula ia menggendong sahabatnya itu, yaitu Soman.

Setelah beberapa menit perjalanan, mereka semua sampai di Zezori.

"Ini Zezori," kata Taurus dengan bangga. "Kota terbesar dan termegah di sini. Tempat di mana para penyihir berkumpul dan belajar sihir. Tempat di mana kita akan bertarung."

Awan mendarat di sebuah lapangan luas di tengah kota. Aku melihat banyak orang yang berkerumun di sekitar kami. Mereka tampak penasaran dan terkejut melihat kami. Aku mendengar bisikan-bisikan di antara mereka.

"Siapa mereka?"

"Apa mereka datang untuk bertarung?"

"Apakah mereka penyihir juga?"

"Bagaimana mereka bisa naik awan pribadi Taurus?"

Taurus mengabaikan pertanyaan-pertanyaan itu. Ia turun dari awan dan berjalan menuju sebuah panggung besar di depan lapangan. Di atas panggung, ada sebuah meja panjang dengan lima kursi. Di belakang meja, ada sebuah papan besar dengan tulisan "Zezori Duel Arena".

Tanpa banyak cingcong, Taurus terbang ke areal lapangan, begitu juga dengan para orang-orang di sekitar situ. Mereka mengambil tempat masing-masing untuk menonton pertandingan antara Ceroz dan Taurus. Sama halnya seperti Ceroz yang baru memasuki areal pertandingan.

"Lamban," ujar Taurus, sudah siap dengan kekuatan yang ada di telapak tangannya.

"Sekali lagi aku sarankan, lebih baik kau menyerah daripada harus mati di sini."

"Aku tidak akan menyerah sampai kapan pun itu."

"Hmm, ternyata itu maumu," Taurus melemparkan cahaya sihir yang berada di tangannya tersebut ke arah samping Ceroz. Ledakan terjadi di ujung, membakar areal.

Seusai ke marahannya, Taurus menyerang Ceroz beberapa kali, namun tak ada balasan balik penyerangan dari Ceroz karena Ceroz sendiri tidak memiliki kekuatan sihir. Jadi, ia hanya bisa melawan dengan cara mengelak.

"Serangan Arvaleggrege bertubi-tubi," baik dari arah samping, bawah, maupun atas, cahaya kekuatan Taurus terus-menerus menyerang sehingga hanya bisa membuat Ceroz terpojok. Untung berkat kegesitannya, ia bisa mengelak dengan cepat.

"Kenapa dia tidak menyerang abang?" batin Zero, memperhatikan pertarungan abangnya itu.

"Menyerahlah, aku sudah mengingatkanmu sebelum kau mati."

"Aku tak akan menyerah," kekeh Ceroz.

"Aku menghargai itu. Jika kau bisa menang melawanku, aku akan menyembuhkan Elisa. Namun, jika kau kalah, aku akan mengambil kekuatan Soman," ujar Taurus, menyerang terus-terusan tanpa ampun.

"Sial, kalau kau mengambil kekuatan adikmu, dia akan mati, bodoh."

"Apa katamu? Adik? Dia bukan adikku. Adikku hanya Zero."

"Kau kakak kejam," Ceroz sedari tadi menghindar dari serangan sihir Taurus.

"Hahaha," tawa Taurus murka.

"Justru kau yang bodoh, kenapa kau tidak menyerangku?" tanyaku, memberhentikan sihirku.

"Aku tidak memiliki sihir," ujarku, menarik nafas kewalahan.

"Cihh, anak tak berguna juga ternyata. Kau dari barat Gelareos," aku terbang lebih tinggi sedikit.

Semua orang yang tadinya riuh dengan teriakan-teriakan seketika diam dari riuhnya mereka.

"Ternyata dari barat Gelareos."

"Anak ini dari kota terbuang."

"Hina sekali dia, bisa-bisanya mengajak Taurus yang hebat untuk bertarung."

"Ya Ampun, sudah tidak memiliki sihir, pasti akan mudah mati di tangan Taurus."

Ujaran-ujaran yang terdengar di telingaku dari mulut-mulut penonton, aku tak mementingkan apa yang mereka katakan. Aku hanya ingin bertarung demi membuat Elisa kembali sadar.

"Kalau begitu, semakin mudah membuatmu mati," ucap Taurus.

Ia terbang berputar-putar, mengelilingi beberapa kali.

Taurus melafalkan mantra lain untuk menyerang, aku pun waspada harus mengelak dari serangan itu.

Namun, serangan Taurus kali ini cukup hebat. Kakiku tersenggol sebuah batu, hingga serangan Taurus berhasil membuatku terpojokkan ke sudut dinding area.

Seketika, langit menjadi gelap dan angin bertiup kencang. Taurus mengangkat tangannya ke atas dan memanggil kekuatan alam untuk menghancurkan lawannya. Namun, sebelum sihirnya sempat mengenai sasaran, sebuah cahaya putih menyambar dari arah yang berlawanan. Seorang penyihir lain muncul di tengah arena, menghalangi serangan Taurus dengan perisai magis.

"Siapa kau?" teriak Taurus dengan marah. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Penyihir itu tidak menjawab, melainkan mengayunkan tongkatnya dan melemparkan bola putih ke arah Taurus.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!