Dinding itu menggambarkan lukisan sebuah pedang yang digunakan orang-orang terdahulu dalam perang. Lukisan di dinding itu juga sepertinya memperintahkan bagaimana caranya berperang dengan pedang. Hudson, Elisa, Soman, dan Ceroz terpesona melihatnya. Mereka adalah empat orang penyihir yang sedang menjalankan misi untuk mengalahkan naga yang mengancam desa mereka.
"Ia benar pedang," ujar Hudson tiba-tiba. Otaknya seperti sudah mendapatkan ide untuk melawan naga yang berada di luar. "Aku sudah tahu caranya," ujar Hudson.
"Bagaimana?" tanya Elisa, Soman, dan Ceroz bersamaan. Mereka penasaran dengan rencana Hudson.
"Aku akan menciptakan sebuah pedang dari sihir bayangku, dan Elisa memyalurkan sedikit kekuatan magisnya ke pedang ini," jelas Hudson. "Pedang ini akan menjadi senjata yang ampuh untuk menembus sisik naga. Soman dan Ceroz, kalian bertugas untuk mengalihkan perhatian naga."
"Apakah itu akan berhasil?" tanya Elisa ragu-ragu. Dia tidak yakin dengan kemampuan sihir bayang Hudson.
"Kita harus mencobanya. Ini adalah kesempatan terbaik kita," ujar Hudson. Dia memejamkan matanya dan mulai fokus untuk menciptakan pedang. Tak berapa lama, pedang bayang itu berhasil terbentuk oleh kekuatan sihir yang cukup banyak juga. Pedang itu berkilau hitam dan tampak tajam.
"Wow, keren sekali!" puji Soman. Dia terkesima melihat pedang bayang Hudson.
"Elisa, cepat salurkan kekuatan magismu ke pedang ini," perintah Hudson. Elisa mengangguk dan menyentuh pedang itu dengan tangannya. Dia merasakan getaran sihir yang kuat dari pedang itu. Dia mengeluarkan sedikit kekuatan magisnya dan memasukkannya ke pedang itu. Pedang itu semakin berkilau dan tampak lebih kokoh.
"Baiklah, kita siap," ujar Hudson. Dia menggenggam pedang itu dengan erat. "Mari kita pergi menghadapi naga itu. Kita pasti bisa menang!"
Keempat penyihir itu keluar dari ruangan yang penuh dengan lukisan pedang itu. Mereka berlari menuju tempat naga itu berada. Mereka bersiap-siap untuk pertempuran melawan naga tersebut.
Melihat anak-anak itu keluar dari persembunyiannya, naga tersebut terbang ke arah mereka menggila, menyemburkan apinya tak terkontrol ke sembarang arah.
"Hmm, benar," kata Hudson, yang juga tengah melawan naga tersebut.
Sementara itu, Ceroz dan Soman hanya bisa bersembunyi dekat gua karena mereka tidak memiliki sihir dan Soman tidak bisa bergerak dengan mudah karena keadaan fisiknya.
"Aku punya rencana. Elisa, alihkan perhatian naga itu padamu dan biarkan dia bertarung denganmu sendiri. Aku akan membuat burung bayang untuk mempermudahmu menyerangnya," teriak Hudson.
"Baiklah," jelas Elisa, yang dengan kekuatan penuh membawa naga tersebut menjauh dari Hudson. Hudson kembali mengumpulkan sihirnya untuk membuat burung raksasa lagi.
Burung yang dibuat Hudson berhasil. Burung itu terbang untuk menolong Elisa. Secara cepat dan tangkas, Elisa naik ke atas burung bayang Hudson.
"Kita harus cepat," seru Elisa. "Naga itu semakin ganas."
"Sekarang!" Seru Elisa, ketika berhasil membuat naga tersebut lengah, Hudson kemudian menggunakan kekuatan bayangnya untuk menyerang naga tersebut dari belakang.
"Huff," Hudson menarik nafas lega. "Akhirnya kita menang!" Teriak mereka berempat dengan riang.
Meski bagian bahu Elisa terluka sedikit.
"Ini tidak baik," ujar Soman. "Elisa harus beristirahat sebentar."
Meski kekuatan sihir Soman lemah, ia berusaha untuk mengobati luka di lengan Elisa yang terluka akibat pertarungan tadi.
"Elisa, bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya Soman dengan cemas.
Terlihat senyum lega di wajah Elisa. "Terimakasih, Soman. Tidak apa-apa. Setidaknya rasa sakitnya sudah hilang," jawab Elisa sambil bangkit.
"Ayo, kita lanjutkan perjalanan kita," ajak Elisa.
Soman kembali membuat burung raksasa sebagai kendaraan mereka ke hutan tengkorak.
10 hari berlalu.
Keempat anak tersebut berhasil sampai di pintu masuk hutan tengkorak, dan melihatnya saja membuat bulu kuduk mereka merinding. Namun, keempatnya mengangguk yakin dan berani untuk melangkah masuk ke dalam hutan.
Sampai di dalam hutan tengkorak, mereka melihat pemandangan yang sangat menyeramkan. Pohon-pohon yang hanya tinggal ranting dan batang kayunya, ribuan kerangka hewan yang bergelimpangan di bawahnya, dan jalan setapak yang terlihat seperti tidak pernah digunakan.
"Guys, ini terlalu seram. Mungkin kita harus kembali saja," ujar Ceroz.
"Tidak, kita harus terus maju," tegas Elisa.
"Dia benar," sela Soman. "Kita tidak bisa menyerah sekarang."
Hutan tengkorak sendiri adalah sebuah hutan yang menyimpan banyak rahasia dan bahaya. Hutan ini adalah tempat tinggal seorang penyihir dan ilmuan setengah gila yang telah menciptakan 1000 rintangan mematikan di dalamnya. Hutan ini penuh dengan jebakan, makhluk buas, teka-teki, dan ilusi yang dapat mengelabui para penyihir yang ingin mencari ilmu sihir dan pengetahuan ilmiah dari sang penyihir tua. Hutan ini juga dipenuhi dengan tengkorak dan tulang belulang dari para penyihir yang telah gagal melewati rintangan dan tewas di sana. Hutan ini memiliki suasana yang gelap, dingin, dan menyeramkan. Hanya penyihir yang berani, cerdas, dan beruntung yang dapat masuk dan keluar dari hutan ini dengan selamat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments