Elisa si pengguna 2 sihir

Saat itu, mentari bersinar terang. Namun, asap kabut mulai berkumpul sejak malam tadi. Aku dan Soman terpaksa tidur di bawah kolong rel kereta bersama warga Barat Geloreos. Ketika aku hendak keluar dari tempat persembunyian kami, seperti biasa, ada perang antara kubu putih dan pengendali sihir Air. Ini bukan pertama kali hal ini terjadi karena kekacauan memang selalu saja menyertai kami.

Segerombolan penyihir Air melemparkan kekuatan mereka masing-masing. Meskipun ide kubu putih berhasil menghindarkan diri dari serangan tersebut, pertarungan itu kembali menimpa kami yang berada di bawah tanah bangunan. Sihir Air yang sangat dahsyat hampir tenggelamkan kami semua dalam sekejap.

"Ayo, cepat! Selamatkan dirimu!" teriakku pada warga lain yang masih bertahan di tempat itu.

Kami semua lari berhamburan menyelamatkan diri, dengan berdesakan ke tempat yang lebih tinggi agar terhindar dari banjir yang disebabkan oleh sihir Air.

"Sialan! Kenapa selalu ada kubu penyihir yang ribut seperti ini?" keluhku sambil bernapas dengan terengah-engah.

"Kalau saja aku memiliki kekuatan sihir dan bisa mengendalikan dua sihir sekaligus seperti Elisa." gumamku iri hati.

Aku dan Soman berhasil sampai di atas atap robohan. Kami berdua terpisah dari penduduk yang lain yang masih berusaha menyelamatkan diri dari kekacauan perang.

"Soman, kamu baik-baik saja?" tanyaku khawatir.

"Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?" jawab Soman.

"Sama-sama baik."

Kemudian, aku melihat Ceroz tampak murung di sudut sana. Aku pun mendekat ke arahnya dan bertanya, "Kamu kenapa?"

"Entahlah, aku merasa lemah dan tak berguna saat ini. Aku berandai-andai untuk memiliki kekuatan sihir seperti Elisa yang mampu menggunakan dua sihir sekaligus. Mungkin aku bisa menyelamatkan warga Barat Geloreos jika memiliki kekuatan seperti itu." ucap Ceroz dengan sedih.

Saat itu, aku benar-benar terharu melihat keadaan yang terus diserang seperti ini.

Tak satu pun dari kami yang kuat atau mampu melawan pemberontakan ini. Kami merasa sangat lemah dan dianggap seperti binatang yang diperlakukan sesuka hati. Nyawa hanya menjadi taruhannya.

Soman menepuk pelan bahu Ceroz dan berkata, "Sudahlah, tak perlu berpikiran seperti itu. Meskipun kita tidak memiliki kekuatan, tetap saja kita bisa melawan mereka."

Namun, aku tidak dapat menahan perasaan sedihku dan berkata, "Aku ingin punya kekuatan sihir juga."

"Apa gunanya kekuatan sihir jika amarah dan kebencian terus memenuhi hati kita?" Ceroz merespons ucapanku dengan bijak, "Kita harus tetap berjuang dengan apa yang kita miliki. Percayalah, itu cukup untuk membantu kita melawan pemberontakan ini."

Pertarungan antara kubu putih dan penyihir Air masih terus berlangsung, kota ini benar-benar hampir hancur. Di balik gelapnya langit, tiba-tiba Elisa mendarat tepat di atas puing-puing. Aku dan Soman langsung berlindung di balik benda-benda yang masih bisa digunakan sebagai tempat persembunyian.

"Ada apa, kalian berdua di sini?" tanya perempuan tomboy yang merupakan ahli perang dan pengguna dua sihir, yaitu Elisa.

"Elisa!" ucapku terkejut, tidak menyangka ia tiba-tiba muncul di depanku.

"Kamu tidak melihat bahwa sedang terjadi pertarungan antara kubu putih dan penyihir Air?" tanyaku dengan nada agak kesal karena Elisa terlihat seperti tidak memperhatikan situasi di sekitarnya.

"Tentu saja aku melihat, itulah mengapa aku datang untuk membantu. Aku punya rencana untuk mengakhiri pertarungan ini," jawab Elisa dengan santai.

Elisa, perempuan tomboy itu, masih menarik perhatian kami. Kami terkesima dengan kekuatan sihir yang dia miliki. Dia dapat mengeluarkan kekuatan sihir yang sangat tajam dan membahayakan. Tidak ada yang bisa menandingi kekutan angin dan bius yang dilontarkan oleh Elisa tadi.

Kekuatan sihir yang dimiliki Elisa. Dia mampu mengendalikan dua sihir sekaligus dan memiliki kekuatan luar biasa yang dapat menghancurkan seluruh area di sekitarnya. Kami semua sangat terkesan dengan luar biasa berbahaya dan kuatnya kekuatan sihir yang dimiliknya.

"Mari selesaikan peperangan ini sekarang juga," ucap Elisa dengan tegas, seakan-akan menujukkan bahwa tidak ada waktu untuk memikirkan dan bertanya banyak.

Setelah itu, Elisa mengayunkan tangannya dan ledakan besar terdengar memasuki telinga kami. Ia melemparkan kekuatan sihir yang sangat tinggi, dan hampir menghancurkan seluruh area di sekitarnya. Kami sangat kaget melihat ledakan itu, dan merasakan kekuatan sihir yang sangat luar biasa.

"Kekuatan ini sangat luar biasa. Kita harus mundur sekarang juga," ucapan masing- masing dari pimpinan perang kubu putih dan penyihir Air yang terdengar panik.

Mereka berdua pun pergi dan mengakhiri peperangan.

Terpopuler

Comments

Mirabella

Mirabella

Jadi ada penyihir juga ya di tempat kaum non sihir?

2024-02-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!