Sesampainya di rumah sakit Lorenzo langsung pergi ke ruang rawat Nazila yang sudah tertidur akibat obat bius, pasalnya Nazila selalu menangis bahkan berteriak, dokter sudah mengatakan bahwa Nazila mengalami trauma yang cukup hebat akibat hal pel*cehan yang dialaminya beberapa jam lalu, sehingga mentalnya sedikit terguncang.
"Kami akan memproses kasus ini dan kedua ibu korban lainnya sudah setuju jika kasus ini ditangani dengan hukum, tinggal persetujuan anda tuan?" ucap polisi itu terhadap Lorenzo.
"Usut sampai tuntas!" tegas Lorenzo, urat-urat lehernya terlihat jelas, menandakan bahwa kemarahannya tak bisa dibendung.
"Sebelum polisi itu menemukannya, alangkah lebih baiknya aku menyiksa mereka terlebih dahulu!" batin Lorenzo menatap kepergian dua polisi itu.
"Halo, ada apa tuan muda?"
"Fero, saya minta sama kamu buat melacak handphone Nazila, karena Nazila habis kerampokan tadi siang," bohong Lorenzo. "Dan jangan sampai Daddy tau kabar ini!" tegas Lorenzo langsung memutuskan panggilan dengan asisten kedua daddynya itu.
Menangkap tikus kecil itu sangatlah mudah, apalagi dirinya memiliki koneksi di mana-mana bahkan tanpa bantuan polisi pun, Lorenzo bisa langsung menghabisi para bedebah yang sudah berani membuat gadisnya sampai trauma seperti ini. "Come on darling, open your eyes, I miss you." Gumamnya tak henti-hentinya mengecup tangan mungil itu.
* * *
New Zealand 07:21 (GMT+3)
Seorang wanita tak sengaja menjatuhkan gelas air minumnya. "Sayang ada apa?" tanya Fathur segera berjongkok menarik tangan Joana untuk segera menjauh dari pecahan gelas itu.
"Aku gak sengaja jatuhin gelas mas," jawab Joana berdiri.
"Sudah kamu bersih-bersih sana? Biar pelayan saja yang membersihkannya, nanti tangan kamu terluka." Ucap Fathur menyuruh Joana untuk bersih-bersih.
Joana masuk ke kamar mandi dengan perasaan yang tak karuan, dirinya tiba-tiba kepikiran dengan keadaan sang putri. "Ya Tuhan, semoga putriku baik-baik saja." Batin Joana lalu mulai mandi.
Sedangkan Fathur mengangkat handphonenya yang berdering dua kali. "Ada apa Bian?" tanya Fathur pada Direktur keuangan di perusahaan yang berada di Indonesia.
"Tuan, saya ingin memberitahukan bahwa pak Mulyadi melakukan korupsi di kantor pusat, maaf saya mengabarkan ini terlalu mendadak," ucap pak Bian di seberang sana.
Fathur mengepalkan tangannya. "Dua Minggu lagi saya akan balik, kamu urus sebisamu, jangan lupa laporkan perkembangan perusahaan!" sahut Fathur.
CEO pasti punya seorang Presdir kan? Nah Presdir tuan Fathur kini sedang melakukan perjalanan bisnis yang ditugaskan oleh Fathur sendiri ke Milan untuk urusan pembangunan hotel bintang lima di Milan, Fathur sebagai investor mengirim sang Presdir untuk ke sana.
"Baiklah tuan, saya izin menutup telepon?"
"Emm ...." Fathur memandang handphonenya dengan kepala berkerut maksudnya tuh kening!
"Ada apa mas, kok wajahnya letih begitu?" tanya Joana membetulkan tali handuk kimono miliknya.
"Ada yang korupsi di kantor pusat," jawab Fathur.
"Siapa yang korupsi mas?" tanya Joana terkejut.
"Mulyadi kepala HRD!" kali ini dirinya benar-benar kesal.
Joana mengangguk. "Pantas bulan kemarin pendapatan selalu menurun ...," gumamnya.
"Sudah jangan dipikirkan, lebih baik kita buatkan kedua anak itu adik!?" ajak Fathur memulai pertemuan ranjang yang sangat dahsyat seperti tsunami yang menyemburkan air yang sangat banyak bahkan tidak bisa di tampung sehingga meluber kemana-mana.
Gila (ʘᗩʘ)
* * *
"Pergi .... Jangan sentuh Zila, jangan!" teriak Nazila memberontak menepis tangan besar Lorenzo yang ingin memeluk dirinya.
"Hey baby, ini Abang, sayang?" bujuk Lorenzo dengan nada lembut agar gadisnya tidak menangis lagi, dirinya sungguh geram berani sekali orang itu membuat gadisnya jadi takut seperti ini.
"Pergi ...! Kamu bukan Abang Zila! Zila gak punya Abang! Pergi kamu orang jahat!" teriak Nazila menarik-narik rambutnya dengan kasar, infus yang dipasang berhasil lepas membuat tangan mungil itu terluka, tetapi yang namanya orang mengamuk dan takut tidak akan merasakan sakit. "Tolong ...! Tolong ...! Siapapun tolong Zila!"
Lorenzo mengepalkan tangannya geram, lalu pergi dia tidak akan bisa melihat gadisnya seperti itu. "Periksa?" suruh Lorenzo pada kedua perawat itu, dan satu dokter wanita karena Nazila tak berani dengan para lelaki akhirnya dokternya pun diganti.
"Apa pelakunya sudah ketemu Fero?" to the poin Lorenzo.
"Sudah tuan, pelaku kini sudah berada di tempat biasa mereka berkumpul, saya akan Sherlock lokasinya."
Setelah mendapatkan lokasi yang diminta, Lorenzo langsung pergi dengan membawa mobil mewah miliknya tak lupa dengan sebilah pisau bahkan kata miliknya, jika perlu kedua tangan sialan itu harus musnah di muka bumi ini.
* * *
"Sial, kalo gini caranya demen gue malak anak-anak SVS, uang jajan mereka melebih uang jajan kita tiga bulan!" seru salah satunya setelah berhasil mengambil dompet ketiga gadis itu, bahkan duitnya pun banyak sekali ditambah kartu ATM mereka.
"Kalo gini caranya gue bisa beli cewe nanti malam, pengen banget gue!" sahut yang lainnya.
Kelima pemuda itu tertawa dengan senang sehingga sebuah mobil hitam mengkilat berhenti di hadapan mereka. "Bused, mobil siapa tuh?" tanyanya berbisik.
"Gak tau, mobil mahal itu!"
"Tau, tolol!" sarkasnya
Lorenzo turun dengan tongkat baseball miliknya lalu tanpa banyak bicara Lorenzo menghantam kepala remaja yang duduk di kursi itu hingga terjatuh.
"Bangsat maksud Lo apa mukul gue anjing!" pekiknya memegang kepalanya yang sudah bocor.
"Babi! Berani banget Lo mukul teman gue!" sahut yang satunya mengambil batu bata hendak menghantam kepala Lorenzo tetapi keburu tangannya dipukul hingga berteriak sakit luar biasa.
Tanpa banyak bicara Lorenzo segera menerjang mereka berlima meskipun sedikit kewalahan tetapi beberapa bodyguardnya sudah ikut membantunya Lorenzo tak masalah akan itu. "Buat mereka babak belur jangan sampai membunuhnya!" titah Lorenzo mundur mengambil pisau miliknya beserta rokok dan pemantik.
"Ampun jangan bunuh saya!?" teriak yang lainnya tak kuasa menerima siksaan dari para pria berbadan besar itu.
"Tenang kau tidak akan mati, hanya tidak bisa berjalan saja!" senyum Lorenzo langsung memotong pergelangan kaki remaja itu hingga berteriak bahkan sampai kejang-kejang kesakitan, nyawanya seperti di ujung tanduk saking sakitnya.
"Lepaskan, dan bereskan semua ini, jangan tinggalkan apapun polisi akan segera tiba, pastikan sidik jari kalian tidak tertinggal!" senyum Lorenzo memandang remaja yang sudah pingsan itu.
Ini belum seberapa, jika polisi tidak mencari mereka mungkin Lorenzo sudah mencincang habis tubuh kelima bocah sialan itu. "Tetapi ada untungnya juga, aku bisa membuat gadisku bergantung terhadapku selamanya!" senyum Lorenzo dengan ide gilanya.
* * *
"Mami?" panggil Liana dengan nada lirih.
"Iya sayang, kamu butuh sesuatu?" tanya sang mami.
"Lia haus mi,"
"Sebentar mami ambilkan dulu,"
Setelah selesai minum Liana bertanya keadaan kedua sahabatnya itu. "Bagaimana keadaan Kaela sama Nazila mami?"
"Mereka baik-baik saja sayang, sekarang kami fokus jaga kesehatan kamu dulu, baru nanti kita bertemu kedua sahabatmu itu," ucap sang mami terpaksa berbohong demi sang anak agar tidak kepikiran dan berujung stres.
"Lia mau liat mereka mi?"
"Tunggu kamu sembuh dulu ya sayang, mami janji akan bawa kamu buat jenguk mereka nanti." Jelasnya.
Liana mengangguk lesu, tubuhnya benar-benar sakit, efek pukulan itu sakitnya terasa setelah berjam-jam dan Liana merasakan itu benar-benar sakit.
"Kalian kenapa bisa seperti ini, nak?" tanya mami Liana, mengusap Surai sang anak.
"Aku juga gak tau mi, mereka tiba-tiba langsung memalak kita bertiga, aku takut mi ..., dia pukul kepala Kae mi ...!" tangis Liana begitu sedih saat mengingat sahabatnya di pukul hingga pingsan tak berdaya.
"Sudah-sudah kamu tenang ya, jangan nangis lagi." Mami Liana tak mau anaknya kepikiran pasti ada rasa takut yang begitu mendalam bagi anaknya ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Kiwi Edna
Lanjut Thor...
2024-01-22
2