Lorenzo Stepbrother'S Obsession
Sebuah mobil mewah Bugatti La Voiture Noire memasuki gerbang yang menjulang tinggi dan berhenti tepat di depan pintu dan langsung di buka kan oleh para bodyguard yang sudah stay di sana.
"Wah ... rumah deddy bagus banget!" kagum gadis kecil dengan boneka beruang lucu di gendongannya.
"Ayo baby kita masuk." Ajaknya kepada anak dan istri barunya yang sudah dinikahi selama satu Minggu ini dan baru pulang ke mansion miliknya.
"Ayo sayang, kita masuk," ajak sang mommy dengan senyuman yang tak pernah luntur di bibir manisnya.
Ketiga manusia itu memasuki mansion mewah dengan disambut oleh banyaknya maid yang berjejer rapi, menunggu mereka.
. . .
"Wah ... kamarnya lebih besar dari kamarku yang dulu." Kagum gadis cantik itu melihat kanan kiri melirik barang-barang yang ada di sana, dia memang anak orang kaya tapi rumahnya tidak semegah mansion daddy barunya ini.
"Bakal betah nih kalo bobo di sini!" Dengan nada riangnya dia naik lalu melompat kecil mengajak boneka beruang kecil miliknya. "Beruang ayo kita senang-senang, karena Nazila udah punya kamar baru!" tawa lucu tak pernah berhenti keluar dari bibir manis anak berusia 16 tahun itu.
Fathur dan Joana menikah setelah dirasa keduanya sudah merasa cocok, mereka sama-sama ditinggal pergi oleh pasangan mereka masing-masing, yang di mana suami Joana pergi duluan menuju ke pangkuan tuhan sedang istri dari Fathur dia ketahuan selingkuh, dengan rekan bisnisnya sehingga saat itu juga dia menceraikannya tetapi hak asuh anak jatuh ke tangannya, karena bagaimanapun Fathur tidak Sudi jika anak tunggalnya di besarkan oleh mantan istrinya itu.
"Sayang ayo turun, kita makan malam?" sahut Joana di depan kamar putrinya yang nampaknya masih tertidur. "Sayang ... kamu dengar mommy tidak?" sahut Joana lagi.
"Emm ..., sebentar mommy Zila masih ngantuk!" jawabannya dengan suara males.
"Bangun dong, kamu tidak kasihan sama daddy kamu yang sudah menunggu di bawah ...!" bujuk Joana.
Nazila yang merasa tak enak pun langsung turun dari ranjang empuk miliknya, walaupun dengan perasaan tidak rela. "Bay-bay kasur, nanti Zila bobo lagi, kok!" lesunya lalu berjalan membuka pintu kamar miliknya dan tampaklah sang mommy Joana yang tersenyum lembut.
"Ayo sayang." Kedua anak dan ibu itu berjalan beriringan dengan sang anak yang menahan kantuk beratnya, huh .... Dia butuh tidur.
. . .
"Selamat malam daddy!" sapa Nazila tak lupa mengecup pelan pipi daddynya.
"Malam juga putri daddy yang cantik," sapa balik Fathur pada putrinya yang begitu manis sama seperti Joana yang sangat cantik dan anggun, membuat Fathur begitu tergila-gila.
"Ayo makan," suruh Joana setelah menyajikan makanan untuk keluarga kecilnya. "Anak kamu mana, kok aku gak pernah lihat dia sedari tadi kita datang?" tanya Joana.
"Paling masih di kampus," jawab Fathur dengan datar dan malas.
"Aku punya Abang?" tanya Nazila dengan nada antusias.
"Tentu sayang, kamu punya Abang," jawab Joana dengan senyum senang, Joana berharap anak tirinya bisa menerima anaknya.
"Wah ... aku gak sabar buat ketemu sama Abang, daddy kira-kira Abang pulangnya kapan? Zila pengen ketemu!" antusiasnya.
Fathur terkekeh pelan. "Nanti Abang pulang, sekarang kamu makan, oke?"
"Oke daddy!" Mereka bertiga mulai memakan-makanannya dengan khidmat tak lupa celotehan gadis manis itu membuat kedua orang dewasa itu tertawa dan tersenyum manis.
. . .
"Sampai kapan Lo mau kek gini, Van?" tanya seorang lelaki berambut ungu tua yang sangat tampan.
"Diem gak usah banyak tanya gue mau minum!" ketusnya, mengambil satu botol wine, tanpa menuangkannya ke dalam gelas dia langsung meneguknya hingga setengah dengan rasa pusing yang menjalar bebas di otaknya.
"Udah biarin aja, dia lagi banyak masalah keknya," ucap lelaki dengan tindik beserta tato bertuliskan kanji Jepang yang entah apa artinya tertulis apik di leher bawah telinganya, dia Veroza atau dipanggil Roza.
"Pasti masalah bapaknya ini!" tebak Liam si rambut ungu tua.
"Mana gue tau!" sahut Veroza dan mendapatkan delik kan sinis dari Liam.
Lorenzo hanya terdiam dengan pikirannya yang entah berkelana kemana dengan pandangan kosong, Renzo begitu tidak terima atas pernikahan ayahnya dengan wanita itu, Renzo membenci semuanya, apalagi ibu kandungnya Renzo sangat membencinya.
Untuk pulang ke mansion besar itu rasanya Renzo tidak sudi, tapi mau bagaimana lagi jika tidak, dia akan melarat akibat ancaman dari sang ayah Renzo tidak mau itu terjadi.
. . .
Pada pukul dua dini hari, Nazila terbangun akibat rasa haus yang melanda, dan dia lupa membawa air dingin untuk berjaga-jaga, jadi dengan rasa malas dan takut Nazila pergi ke dapur yang berada di lantai satu, dengan beberapa lampu mansion yang sudah padam, apalagi di bagian tangga, huh ... itu sangat mengerikan melihat ribuan undakan anak tangga yang begitu panjang, ditambah dengan suasana sepi dan gelap.
"Ihh ..., serem, tapi Zila haus!" dengan keberadaan dia turun, lalu dengan cepat pergi ke dapur untuk minum, setelah selesai dengan acara minumnya.
Nazila berbalik tetapi justru dikejutkan dengan suara dingin dari seseorang. "Bagaimana bisa ada pencuri kecil di mansion besar ini?" ujar Renzo menunduk dan mendekat ke arah telinga Nazila yang menunduk takut membelakanginya.
"Kenapa diam kelinci kecil?" tanya Renzo dengan wajah datar yang sangat menusuk, padahal masih dalam keadaan mabuk.
Nazila berbalik lalu melihat lelaki tampan dengan wajah dingin berdiri menjulang tinggi di hadapannya. "Kamu siapa ...?" cicit Nazila memastikan orang asing yang berdiri didepannya, begitu tinggi huh ... kenapa dia bisa sependek ini, oke lupakan.
"Siapa?"
"Ak–aku Nazila, tolong jangan–" perkataannya seolah terputus saat cengkraman di dagunya terasa.
Renzo mencengkeram dagu kecil Nazila hingga mendongak menatapnya, Renzo memperhatikan wajah kecil itu di bawah remangnya lampu dapur. "Gadis kecil ..." lirih Renzo dengan mata berkabut nafsu, Renzo ingin sesuatu sekarang, sesuatu yang ingin keluar dari inti miliknya.
"Kamu kenapa?" tanya Nazila melihat raut panik milik pemuda asing itu, tetapi dengan kasarnya pemuda asing itu mendorongnya untuk menyingkir darinya hingga terjatuh.
"Akh ...!" Nazila melihat telapak tangannya yang memerah akibat terbentur lantai keramik putih itu, sehingga pemuda asing pergi hilang entah kemana.
"Kenapa dia kasar sama Zila?" gumamnya lirih. "Zila gak buat salah."
Nazila belum berpikir bahwa pemuda asing itu adalah Abang tirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Teteh Lia
Awal bab aja udah bikin aq suka.. langsung aq subscribe kak 🙏
2024-03-28
0
Adira Azzahra
Hai kak...balas mampir di karya aku ya..😊😊
2024-02-01
3
Kiwi Edna
Aku mampir Thor
salam kenal ya.../Smile/
2024-01-22
2