" Jangan diangkat,” bisik Arthur seolah tahu siapa si Penelepon itu.
" Please, tetap di sini.”
Dering Ponsel Aurora belum juga berhenti. Dia tampak sedang menimbang sesuatu. Dan sebelum dering itu benar-benar berakhir Aurora memutuskan untuk mengangkatnya.
“ Halo, Ra. Aku udah sampai di depan rumah kamu."
" Sorry, Galen Kita Perginya lain kali aja, ya.”
“ Loh, kenapa?”
“ Aku lagi kurang enak badan Mau istirahat,” kata Aurora beralasan.
“ Kamu sakit ? Mau aku antar ke dokter?" Suara Galen di seberang sana terdengar sangat cemas.
“ Nggak usah, nggak apa-apa Aku cuma butuh istirahat aja, kok,” sahut Aurora cepat.
“ Ya udah, kamu istirahat, ya. Semoga cepat sembuh biar kita bisa ketemu di sekolah besok. Bye.”
“ Bye.” Aurora menutup sambungan telepon kemudian menyimpan Ponsel ke sakunya.
Aurora memaksa untuk bergerak. Dia tidak mungkin membiarkan Arthur tetap dalam Posisi seperti ini. Aurora berbalik sambil menahan tubuh Arthur yang tidak dapat berdiri tegap. Tubuh berat Cowok itu hampir saja membuatnya ikut ambruk apabila Aurora tidak sigap bersandar di Pintu.
Aurora memapah Arthur hingga berbaring di sofa ruang tamu. Dia baru bisa melihat wajah Pucat Cowok itu dalam jarak sedekat ini. Dia semakin bisa merasakan bahwa suhu tubuh Arthur sangat hangat ketika memapahnya tadi.
“ Kenapa lo nggak ke dokter aja, sih?” keluh Aurora Pada Arthur
“ Makasih, ya.”
" Makasih apa " ucap Aurora tak mengerti
Aurora mengerutkan keningnya karena mendengar ucapan Arthur yang sama sekali bukan jawaban dari Pertanyaannya.
“ Makasih karena nggak Pergi dan lebih Pilih temenin gue di sini,” lanjut Arthur dengan suara lemah.
Aurora memutar bola matanya. “ Jangan ge-er dulu deh jadi Orang Gue di sini Cuma buat Pastiin lo nggak akan jadi mayat Karena gue nggak mau dituduh jadi tersangka Cuma gara-gara gue yang kali terakhir komunikasi sama lo.”
Arthur tersenyum dengan susah Payah. Aurora memang sangat lucu. Cewek itu bahkan sama sekali tidak mengurangi kadar keangkuhannya dalam keadaan Arthur yang tidak berdaya seperti sekarang ini.
“ Gue Panggilin taksi buat antar lo ke dokter, ya," seru Aurora sambil meraih Ponsel di sakunya. Namun, dengan cepat, Arthur meraih sebelah tangannya hingga Aurora mengurungkan niatnya.
“ Gue Cuma butuh lo di sini itu udah jadi obat yang Paling manjur buat gue saat ini.”
Aurora membebaskan tangannya dari cekalan Arthur dengan mudah. “ Lagi sakit aja lo masih bisa gombal,” ejeknya. Aurora kemudian membuka rantang dari Bunda untuk Arthur Bubur ayam.
" Lo Pasti belum makan, kan ? ini, Bunda masakin bubur ayam buat lo."
Arthur memperhatikan Aurora dalam diam selagi Cewek itu sibuk menyendokkan bubur ke mangkuk kecil. Dia seperti melihat Mika yang berada di dekatnya saat ini adik manisnya yang selalu memperhatikannya ketika sakit.
“ Lo bisa makan sendiri, kan?”
Bayangan Arthur akan sosok Mika seketika buyar. Arthur kembali ke alam nyata bahwa sudah tidak ada lagi Mika. Yang ada di depannya saat ini adalah Aurora bukanlah Mika adiknya
“ Menurut lo ? Apa Gue bisa makan sendiri?” Dengan suara lemah Arthur malah balik bertanya.
Aurora berdecak sekali, kemudian meraih mangkuk kecil berisi bubur yang tadi dia letakkan di meja dekat sofa.
“ Buka mulut lo,” Perintah Aurora Pada Arthur
" Gue akan bikin bubur ini habis dalam tiga suapan besar,”
Tawa Arthur terdengar seperti batuk yang tertahan. Dia sungguh tidak tahan untuk tidak tertawa mendengar Perkataan Aurora barusan. Dia yakin Cewek itu hanya sedang berusaha menutupi Perhatiannya.
Arthur menyambut suapan Pertama dari Aurora. Seulas senyum tidak Pernah sirna dari wajahnya. Sedangkan Aurora, sejak awal berusaha sebisa mungkin untuk menghindari kontak mata dengan Arthur
“ Dia memang kelihatannya aja jutek dan galak. Tapi, sebenarnya Aurora itu orangnya baik dan nggak tegaan. Dia bisa berubah jadi malaikat Pada suatu waktu tanpa Pernah lo duga.”
Sekarang Arthur benar-benar memercayai ucapan Arkan beberapa waktu lalu. Bahkan, baginya Aurora bagaikan malaikat setiap hari.
Aurora membantu Arthur minum setelah menyuapinya beberapa sendok Kemudian membantu Cowok itu kembali berbaring dengan nyaman.
Arthur bergerak berkali-kali membuat Aurora bertanya-tanya.
“ Kenapa ? Nggak nyaman tidur di sofa, ya?” tanya Aurora.
" Gue bantu lo Pindah ke kamar lo aja, ya.” Dia kemudian meletakkan mangkuk di atas meja dan berniat membantu Arthur untuk Pindah. Namun, jawaban Arthur membuatnya urung seketika.
“ Nggak usah Di kamar malah lebih canggung.”
Wajah Aurora langsung memerah tanpa bisa dia cegah. Buru-buru dia meraih kembali mangkuk bubur dan Pura-pura sibuk mengaduknya, walau bubur itu sudah tidak Panas sama sekali. Perkataan Arthur barusan justru membuat Aurora mendadak canggung dan salah tingkah.
" Aku yakin Aurora aku Pasti bisa membuat kamu jatuh Cinta sama aku," Ujar dalam hati
Arthur hampir saja tertawa keras melihat tingkah Aurora yang lucu, kalau saja dia tidak ingat sedang sakit. Berbicara saja sulit, apalagi tertawa. Energinya akan banyak terkuras.
“ Arthur "
Aurora dan Arthur kompak menoleh ke sumber suara yang berasal dari luar rumah. Aurora melirik jendela yang tirainya sedikit terbuka. Matanya langsung membulat ketika tahu siapa yang datang.
“ itu Niki Dia datang mau jenguk lo,” kata Aurora dengan nada Panik.
“ Gue harus sembunyi dulu.” Dia bergegas Pergi tetapi dengan cepat Arthur menahan tangannya.
" Kenapa harus sembunyi,” tanya Arthur heran.
“ Bisa gawat kalau Niki lihat gue ada di sini Karena dia suka sama lo. Dan, dia Pikir lo itu juga suka sama dia.” Aurora kembali melakukan usahanya untuk bangkit tetapi cengkeraman tangan Arthur kali ini jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Rupanya bubur yang dimakannya cepat sekali memberikan asupan energi untuk Cowok itu.
“ Arthur ” Suara Niki terdengar semakin dekat. Kali ini Aurora sangat yakin, Niki sudah berada tepat di balik Pintu utama.
" Biarin aja dia lihat lo di ada sini sekalian Biar dia jadi tahu, kalau yang gue itu suka sama lo, bukan sama dia,” cegah Arthur Dia sama sekali tidak membiarkan Aurora Pergi dari sana.
“ Arthur ini gue, Niki,” kata Niki sambil mengetuk Pintu utama.
“ Gue datang mau jengukin lo.”
Aurora sudah tidak ada harapan untuk bersembunyi. Arthur sama sekali tidak melepaskan tangannya. Dan, ketika Aurora melihat Pintu itu terbuka dia hanya mampu bergeming di tempatnya.
“ Arthur, gue masuk, ya,” kata Niki dengan suara yang semakin jelas terdengar. Dia membuka lebar Pintu utama dengan ekspresi ceria di wajahnya sambil memeluk buah-buahan dalam keranjang yang sudah dikemas sangat cantik.
Niki dan Aurora saling Pandang, kemudian mata Niki beralih menatap Arthur yang terbaring di sofa. Keceriaan di wajahnya mendadak sirna ketika melihat Arthur sedang menggenggam tangan Aurora dengan erat sekali.
Aurora buru-buru membebaskan tangannya dengan sekuat tenaga karena Arthur seolah tidak ingin melepaskannya.
“ Hai, Niki ” Aurora bangkit dari duduknya dan berusaha menyapa Niki sealami mungkin.
“ Lo Kenapa bisa ada di sini?” tanya Niki heran.
“ Gue ..... " Aurora tampak berpikir. “ Gue, kan, udah Pernah cerita ke lo kalau gue udah Pindah rumah. Dan, kebetulan rumah gue deket sama rumah Arthur. Jadi, tadi gue ke sini buat anterin bubur titipan Bunda buat Arthur,”
Arthur memaksakan diri untuk mengubah Posisinya menjadi duduk di sofa. Dia memejamkan matanya beberapa detik untuk sekadar menyesuaikan diri dengan sakit di kepalanya.
“ Ada Perlu apa lo ke sini?” tanya Arthur Pada Niki.
“ Oh, gue Cuma mau nengokin keadaan lo,” kata Niki sambil berjalan mendekat.
" Sekalian bawa ini buat lo.” Dia meletakkan buah-buahan yang dibawanya ke atas meja.
“ Udah ada Niki Gue balik, ya.” Aurora berjalan melewati Arthur menuju Pintu utama. Namun sebuah tangan yang menariknya membuatnya jatuh terduduk tepat di sebelah Arthur
“ Gue maunya lo yang temenin gue di sini," kata Arthur sambil mempererat genggamannya di tangan Aurora.
Kata-kata Arthur itu membuat Niki mengerti situasi yang ada. “ Oh, kalau gitu gue Pamit sekarang. Get well soon ya, Thur,” Niki berbalik, lalu keluar dari rumah Arthur
“ Ki,” Panggil Aurora Percuma. Usahanya untuk menyusul Niki masih tertahan oleh Arthur
Seberapa keras Pun Aurora mencoba membebaskan tangannya nyatanya Arthur semakin erat menahannya.
“ Lo, tuh, emang nggak Pernah bisa ngertiin Perasaan Perempuan,” kesal Aurora yang masih duduk di sebelah Arthur
“ Jadi, kapan lo mau ngajarin gue Pelajaran itu,” tanya Arthur sambil menatap Dara lekat-lekat.
Aurora menghempaskan tangannya kuat-kuat. Kali ini dia berhasil membebaskan tangannya
" Cowok Playboy kayak lo selamanya nggak akan bisa ngerti,” Aurora bangkit, kemudian berlari cepat keluar rumah. Dia berharap masih sempat menyusul kepergian Niki.
Arthur hanya bisa menatap kepergian Aurora sambil menghela napas berat. “ Hati lo terlalu baik, Ra. Lo terlalu Peduli sama Perasaan orang lain Gue jadi merasa seperti orang jahat.”
...••••••...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Jhony
next Thor
2024-01-29
0
Jhony
jangan lama-lama Thor updatenya aku tungguin
2024-01-29
0
Tania 22
next Thor
2024-01-29
0