" PLEASE Jangan dibales, Please jangan dibales, Please," Mulut Aurora komat-kamit seperti sedang melafalkan mantra. Jari-jari tangannya saling bertautan, seperti sedang memohon sesuatu. Matanya terus menatap Ponsel yang dia letakkan di atas meja belajarnya.
Kalau saja Bunda tidak menjanjikan akan mengizinkannya Pergi ke acara ulang tahun Niki malam Minggu nanti tentu Aurora tidak akan mau menyampaikan undangan makan malam kepada Arthur melalui chat yang baru saja dia kirim.
Suara Pintu yang dibuka membuat Aurora menoleh sekaligus menghentikan gerakan mulutnya. Bunda muncul setelah membuka setengah Pintu itu.
“ Gimana ? Arthur bisa ikut makan malam di sini, kan?” tanya Bunda dengan sebelah tangan yang masih memegang daun Pintu.
" Kayaknya dia nggak bisa ikut makan malam deh, Bun.” Aurora menyahut cepat. “ Chat Aurora nggak dibalas dari tadi,” lanjutnya yang terkesan sudah sangat lama mengirim Pesan Pesan kepada Arthur Padahal baru beberapa detik yang lalu Pesan itu terkirim.
“ Kalau gitu, Coba kamu telepon dia.”
“ Nggak usah lah, Bun Palingan dia itu lagi kelayapan di luar sama teman-temannya,” ucap Aurora bermaksud untuk menghasut bundanya lagi Dia kemudian bangkit dan mendekati Bunda.
" Yuk Aurora bantu Bunda masak makan malam," ajaknya sambil mengapit lengan Bunda.
Ting
Belum sampai selangkah menjauh dari kamar dentingan singkat Ponsel Aurora di atas meja membuat keduanya saling tatap.
“ Tuh, Coba cek handphonemu Mungkin aja Arthur balas chat kamu, " kata Bunda sambil melepaskan tangan Aurora
Aurora membuang napas berat berkali-kali Dia berbalik dengan terpaksa. Dalam hati dia kembali melafalkan mantra berkali-kali
Semoga bukan balasan dari Arthur semoga bukan balasan dari Arthur
Aurora meraih Ponselnya lalu membuka sebuah Pesan masuk dengan Perasaan harap-harap cemas.
Bunda menunggu dengan tidak sabar. " Apa katanya," tanyanya yang seolah yakin Pesan masuk itu benar dari Arthur
Aurora bergeming Dia sangat kesal Padahal kalau saja Cowok itu terlambat mengirim Pesan beberapa detik saja Aurora akan menganggap Cowok itu menolak undangan makan malam dari Bunda. Karena memang itu yang diharapkannya Namun kenyataannya Arthur membalas Pesannya tepat Pada menit yang sama dengan Aurora mengirim Pesan.
" Arthur terima undangan makan malam dari Bunda, kan,”
Aurora hampir terlonjak mendengar suara Bunda tepat di telinganya. Dia bahkan tidak menyadari sejak kapan Bunda datang mendekat dengan kepala yang menjulur melirik langsung ke layar Ponselnya.
Aurora tidak menjawab karena yakin Bunda sudah membaca sendiri balasan Pesan dari Arthur yang hanya terdiri atas dua huruf " OK "
" Ya udah, ayo kamu bantu Bunda siapin makan malam,” ajak Bunda kemudian lebih dahulu keluar dari kamar.
" Kenapa dia bales, sih," kesal Aurora Dia baru saja akan meletakkan kembali Ponselnya di atas meja tetapi sebuah Pesan yang baru saja masuk membuatnya urung Sebaris Pertanyaan yang dia baca saat ini sungguh memancing emosinya.
...Arthur...
...Btw Perlu bawain apa buat calon mertua...
...••••••...
Bel rumah baru saja berbunyi singkat, menandakan ada tamu yang datang.
" Aurora kamu bukain Pintu sana Pasti itu Arthur yang datang,” ujar Bunda yang tengah sibuk menata meja makan.
" Bunda aja, deh Aurora lagi angkatin bakwan jagung dari Penggorengan, nih,” sahut Aurora cuek. Dia kini memang sedang sibuk meniriskan bakwan jagung ke Piring saji Namun alasan sebenarnya adalah dia malas membukakan Pintu untuk Arthur
Bunda tidak memaksa Aurora. Dia kemudian bergegas menuju depan untuk membukakan Pintu.
“ Selamat malam, Tante.”
Sapaan ramah dari arah depan membuat Aurora bergumam sendiri. “ Bisa-bisanya Cowok itu narik Perhatian Bunda.”
" Malam juga Arthur Ya ampun kamu rapi banget Tante suka deh, lihatnya.”
Suara antusias Bunda malah membuat Aurora semakin kesal Bundanya itu terlalu mudah terpesona.
" Ayo masuk Kita langsung ke meja makan aja, ya. Tante udah masakin banyak makanan. Jadi kamu harus makan yang banyak, ya.”
" Saya makasih banget loh, Tan Udah diundang makan malam di sini.”
Percakapan dua orang itu terdengar semakin dekat dan jelas.
Aurora menyajikan bakwan jagung di tengah-tengah meja makan. Dia kemudian mengangkat kepalanya bersamaan dengan Bunda yang baru saja mendekat ke meja makan bersama dengan Arthur di sampingnya.
Mata Aurora memperhatikan Arthur lebih lama daripada biasanya. Benar yang dikatakan Bunda tadi. Arthur terlihat sangat rapi malam ini. Cowok itu mengenakan kemeja lengan Panjang warna biru muda yang Pas sekali melekat di tubuh tegapnya. Rambutnya juga disisir rapi dengan gaya rambut yang keren.
Arthur balas menatap Aurora dengan senyuman lebar.
" Selamat malam Cahaya Aurora ”
Sapaan itu membuat Aurora langsung tersadar Entah sudah berapa lama dia menatap Arthur tanpa berkedip seperti tadi. Pasti Cowok itu sekarang jadi besar kepala karena merasa Aurora terpesona Padanya Pikir Aurora
“ Malam " Jawab Aurora singkat sambil berusaha untuk tidak kembali menoleh Pada Arthur
“ Kamu duduk dulu, ya Tante Panggilin ayahnya Aurora sebentar,” ucap Rani kepada Arthur kemudian menjauh dari meja makan.
Arthur menjawab dengan anggukan santun.
Aurora menarik salah satu kursi di sisi kiri, kemudian duduk di sana.
Sementara itu Arthur mendekat dan memilih duduk di sebelah cewek itu. Arthur Cukup tergiur melihat hidangan yang memenuhi meja makan. Mulai dari menu ayam, daging, sayur, hingga buah-buahan semuanya tersaji di sana.
" Masakan lo yang mana, nih," tanya Arthur Pada Aurora
" Lo ngeledek gue,” Aurora balas menatap Arthur.
" Gue heran sama lo. Nyokap lo ramah banget tapi kenapa lo Juteknya nggak ketulungan gini, sih?”
" Emang kenapa ” tantang Aurora dengan nada tinggi.
" Aurora " Suara Peringatan itu membuat Aurora menutup mulutnya. Bunda dan Ayah kini sudah bergabung di meja makan. Arthur langsung bangkit dari duduknya dan memperkenalkan diri Pada ayahnya Aurora yang baru dia jumpai
" Selamat malam Om Saya Arthur teman sekolahnya Aurora," kata Arthur Penuh santun.
Dara memperhatikan ekspresi wajah ayahnya saat ini. Ayahnya tersenyum kecil sambil memperhatikan Malik dari atas hingga bawah.
" Saya Darwin ayahnya Aurora.” Ayah Aurora balas memperkenalkan diri.
" ini Putranya Siska loh, Pa Teman SMA kita dulu,” kata Bunda kepada suaminya
" Sekarang kita tetanggaan sama Siska Tapi sayang, Siska lagi ada di Bogor jadi belum bisa ketemu.”
Darwin hanya mengangguk kecil sambil memandangi Arthur. Dia tidak terkejut karena kemarin istrinya itu sudah bercerita kepadanya.
Darwin mempersilahkan Arthur duduk kembali dan memulai makan malam mereka.
" Makan yang banyak ya Arthur.”
" iya, makasih Tante.” Arthur mulai melahap dengan nikmat hidangan di hadapannya.
" Oh iya, kemarin Tante udah telepon mamamu Dia juga senang banget sekarang kita jadi tetanggaan Tapi, sayangnya dia belum bisa balik dalam waktu dekat,” kata Rani, memulai obrolan
" Mamamu minta tolong sama Tante buat nengokin kamu sesekali yang tinggal sendirian. Tante, sih, nggak keberatan sama sekali. Kalau kamu ada Perlu apa-apa, jangan sungkan bilang sama Tante, ya.”
" Wah, jadi ngerepotin nih, Tan Saya makasih banget.”
“ Kamu di sekolah dekat sama Aurora,” Kali ini Pertanyaan datang dari Darwin.
“ Lumayan, Om,” sahut Arthur yang seketika membuat Aurora terbatuk di sebelahnya.
" Nggak, Yah. Aurora sama sekali nggak dekat sama dia.” Aurora buru-buru mengoreksi.
" Ya, kalau dekat juga nggak apa-apa Biar kalian bisa berteman.”
Kenapa Ayah jadi berubah lunak seperti ini Karena yang Aurora tahu Kalau ayahnya bukanlah orang yang mudah Percaya dengan orang yang baru ditemuinya.
Makan malam kembali dilanjutkan Tidak ada Pembicaraan lagi setelah itu. Arthur melirik Aurora dengan Penasaran. Cewek itu mendadak jadi sangat Pendiam malam ini.
" Gimana masakannya enak," tanya Rani ketika melihat makanan di Piring Arthur sudah hampir habis.
“ Enak banget, Tan,” Pujinya dengan ekspresi luar biasa Puas. “ Ngomong-ngomong masakan Aurora yang mana,”
“ Dia itu Cuma bantu goreng bakwan jagung aja,” Jawab Rani sambil melirik makanan yang baru saja disebutkannya. “ Ya ampun Aurora Yang ada gosong-gosongnya gini kenapa kamu hidangin juga ? Bikin malu aja Kamu," katanya sambil menunjuk bagian yang berwarna agak hitam Pada bakwan.
“ Biar aja, Bun. Sayang kalau dibuang.” Aurora menusukkan garpu Pada bakwan yang dimaksud Bunda
kemudian memperhatikannya dalam jarak yang lebih dekat. “ ini, kan, masih bisa dimakan yang bagian sini,” tunjuknya Pada bagian bakwan yang terselamatkan.
“ Tapi tetap aja Aurora rasanya Pasti nggak enak,” kata Bunda lagi.
“ Ya, kalau nggak ada yang mau, biar Aurora aja yang habisin. " Aurora mendekatkan bakwan itu ke mulutnya. Namun belum juga sampai Arthur sudah merebut garpu itu dari tangannya Kemudian melahap bakwan itu dengan nikmat tanpa memilih bagian yang tidak gosong.
Aurora terkejut begitu Pula Ayah dan Bunda.
“ Masih enak, kok,” kata Arthur yang hampir menghabiskan bakwan itu.
Rani mengerutkan keningnya. " Kamu baik banget, sih, masih bisa bilang rasanya enak Jelas-jelas barusan kamu makan yang bagian gosong.”
“ ini nggak terlalu gosong, kok, Tan. Masih ada rasanya,” jawab Arthur setelah menelan habis bakwan itu. Dia lalu menoleh Pada Aurora di sebelahnya Cewek itu kini menatapnya tanpa berkedip.
...••••••...
" Ternyata Om Darwin dulunya atlet bulutangkis ya,” tebak Arthur sambil menyentuh salah satu medali emas yang terpajang di dinding ruang tamu. Di sebelahnya terdapat foto Pria muda yang usianya sekitar belasan tahun sedang berdiri di Podium Juara dengan medali emas di genggamannya.
Darwin mendekat. “ Bukan atlet sih Cuma hobi main aja,” katanya menjelaskan. “ ini waktu Om ikut kejuaraan bulutangkis antarprovinsi Kebetulan Om Juara satu waktu itu.” Darwin menunjuk foto di hadapan Arthur
“ Hebat,” Puji Arthur " Saya juga suka main bulutangkis, tapi nggak sejago Om.”
“ Kalau begitu, lain kali kita main bareng, ya," ajak Darwin sambil tersenyum.
“ Dengan senang hati, Om Tapi mainnya nanti jangan terlalu serius, ya Biar saya nggak cepat kalah.”
Darwin tertawa kali ini benar-benar terbahak akibat kata-kata Arthur “ Kamu bisa aja. Om sudah berumur staminanya sudah nggak seprima dulu Bisa bisa Om yang kalah kalau tanding sama kamu.”
Arthur ikut tertawa di sebelah Om Darwin Mereka saling bercengkerama akrab satu sama lain.
Di sudut lain Aurora memperhatikan keakraban antara Arthur dan ayahnya dengan Perasaan aneh Entah Pesona macam apa yang ada dalam diri Arthur hingga dengan mudahnya Cowok itu menarik hati ayahnya yang terbilang selektif Pada setiap orang.
Kemarin Bunda, sekarang Ayah Tuh Cowok Pake Pelet apa, sih, sampai bisa bikin Ayah sama Bunda suka sama dia ?
Darwin Pamit Pada Arthur untuk mengangkat Panggilan yang baru saja masuk ke Ponselnya. Arthur mengangguk santun. Kemudian, dia beralih melihat foto-foto lain yang terpanjang di dinding ruang tamu dan beberapa dipajang di bilik-bilik lemari kayu di dekatnya.
Sebuah frame yang terpajang manis di salah satu bilik kayu itu menarik Perhatiannya. Arthur meraihnya lalu menatap lekat lekat gadis cilik yang tampak di sana. Gadis cilik itu mengenakan Pakaian sarjana cilik, lengkap dengan toga mini dan gulungan kertas di genggamannya. Senyum itu senyuman gadis cilik dalam Foto itu terlihat berseri dan sangat manis Aurora rupanya sangat manis sejak kecil.
Arthur berusaha membiasakan diri dengan Perasaan yang selalu muncul ketika dia menemukan satu Persatu kemiripan antara Aurora dan Mika. Mika juga pernah mengabadikan momen yang sama seperti dalam foto itu Dengan senyum yang sama manisnya dengan Aurora
Hingga kemudian Arthur mulai berani mengambil kesimpulan mengapa dia begitu tertarik Pada Aurora Karena Aurora begitu mirip dengan adik manisnya adik yang sangat dia rindukan setiap saat.
Sebuah tangan mengambil alih Frame itu dari tangannya Arthur menoleh dan melihat Aurora kini ada di sampingnya.
Aurora meletakkan kembali frame itu ke tempat semula tanpa kata-kata
" Lo waktu kecil manis juga, ya,” ucap Arthur sambil tersenyum.
" Sayang, udah gedenya malah jutek kayak begini," sindirnya kemudian.
Aurora langsung menoleh karena tersinggung.
" Sorry, gue manisnya Pilih-pilih Orang,”
" Kenapa gue nggak bisa jadi salah-satunya,” tanya Arthur to the Point.
" Kenapa Juga gue harus manis sama lo,” Aurora malah bertanya balik. “ Sorry, ya, gue bukan Tiara ataupun mantan-mantan lo yang sok kemanisan di depan lo itu,”
Arthur menyipitkan matanya. “ Lo lagi Cemburu,” tebaknya curiga.
Aurora mendengus cepat. “ Pede banget lo jadi Cowok Siapa Juga yang cemburu,"
“ Terus, kenapa tiba-tiba bahas mantan-mantan gue?”
Aurora mendadak risi dengan tatapan Arthur yang terkesan sangat menyudutkannya. “ Gue nggak suka sama lo, ngapain juga gue Cemburu," katanya sambil mengangkat dagu tinggi-tinggi
Arthur tersenyum semakin lebar melihat tingkah lucu Aurora yang Justru membuat Aurora semakin kesal dibuatnya.
" Lo nggak ada niat mau Pulang," tanya Aurora dengan suara Pelan. Dia menoleh sekilas ke arah belakang takut kalau kalau Bunda mendengar Perkataannya barusan.
“ Maksudnya, lo ngusir gue?" tebak Arthur dengan suara keras.
Aurora langsung membulatkan matanya sambil menoleh sekali lagi ke arah belakang dengan waspada. Bisa gawat kalau Bunda mendengar ucapan Arthur barusan. Sudah Pasti Bunda akan memarahinya karena mencoba mengusir tamu.
" Gue Cuma tanya doang," kata Aurora memperingatkan.
Arthur semakin gemas dengan tingkah lucu Aurora
" Gue akan Pulang sekarang asal lo mau senyum manis ke gue,” katanya Penuh senyum.
Aurora mengerutkan keningnya. “ Bodo amat lo mau Pulang atau nggak," Dia lalu berbalik Pergi menjauh dari Arthur
Baru menjauh beberapa langkah Aurora mengadang langkah bundanya yang baru muncul dari arah dapur.
“ Bun, janji loh, malam Minggu nanti Aurora boleh Pergi ke acara ulang tahunnya Niki.”
" Oh iya,” ucap Bunda seperti baru ingat sesuatu Dia lalu menyingkirkan Aurora dari hadapannya dan melangkah mendekati Arthur
“ Arthur kamu ada acara malam Minggu ini Kalau nggak ada Tante minta kamu temani Aurora ke acara ultah temannya Gimana,”
Aurora langsung menoleh. “ Bunda ”
" Dengan senang hati, Tan,” sahut Arthur
" Bunda Aurora berangkatnya sama teman Aurora," Aurora menghampiri dan berhenti di sebelah Bunda.
" Kebetulan malam Minggu nanti saya juga mau ke sana kok, Tan.” Arthur menyahut cepat.
“ Tuh, kan, kebetulan banget.” Bunda tampak antusias. Dia lalu berujar kepada Aurora
" Nanti kamu berangkat sama Pulangnya bareng Arthur aja, ya Biar Bunda nggak khawatir.”
“ Tapi, Bun Aurora udah janjian sama teman Aurora,”
“ Udah, batalin aja Kasihan teman kamu jauh-jauh jemput ke sini Mending kamu berangkat bareng Arthur aja. Kan searah."
“ Tapi, Bun ....... "
" Kamu Pilih berangkat bareng Arthur atau sama Ayah,” tawar Bunda.
Aurora berdecak sebal. Dua-duanya bukan Pilihan yang asyik. “ Bunda nyebelin,” Dia lalu berlalu Pergi menuju kamarnya.
Bunda geleng-geleng kepala melihat tingkah Aurora
" Begitu, tuh, tingkahnya kalau lagi ngambek Masih aja seperti anak kecil.” Dia kembali menoleh Pada Arthur
" Tante titip Aurora malam Minggu nanti, ya."
" Siap Tante "
...••••••...
" Ra, nanti ke acara ultah gue, lo jadi ajak Galen kan?” tanya Niki sambil memasukkan buku-buku Pelajaran ke tasnya seusai jam Pelajaran.
“ Hm, lihat nanti, deh.”
Niki menghentikan kegiatannya lalu memutar tubuhnya untuk menatap Aurora
" Kenapa ? Kalian lagi marahan,” tebaknya.
" Apa, sih? Nggak, kok Gue sama Galen baik-baik aja.”
" Terus ? Lo berangkat sama siapa,” tanya Niki lagi.
“ Jangan bilang lo nggak datang,” curiganya
" Jangan gitu dong, Ra Masa di acara spesial gue, lo nggak datang, sih.” Niki menggoyangkan tangan Aurora seperti anak kecil yang sedang merajuk.
“ iya-iya. Lo tenang aja Gue Pasti datang, kok,” ucap Aurora meyakinkan hingga membuat Niki melepaskan tangannya.
“ Gitu, dong.” Niki tampak senang. Dia lalu berbalik dan berteriak Pada Arkan yang masih duduk di kursinya.
" Arkan, lo jadi datang sama Arthur, kan,”
Sebuah nama yang disebutkan Niki barusan langsung menyita Perhatian Aurora.
“ Lo nggak boleh datang kalau nggak sama Arthur,” ancam Niki Pada Arkan
“ Buset, kejam banget,” keluh Arkan
“ Biarin,” sahut Niki cuek.
“ Gue balik duluan, ya,” kata Aurora sambil bangkit berdiri.
“ Bye Jangan lupa malam Minggu, ya.”
Aurora mengangguk sekenanya kemudian berjalan ke luar kelas. Di luar dia bertemu dengan Galen yang memang berniat menghampirinya di kelas.
“ Malam Minggu jadi, kan?” tanya Galen yang sudah berhenti tepat di hadapan Aurora
“ Eh ” Aurora kesulitan menjawab Padahal beberapa hari yang lalu dia sendiri yang meminta ditemani Galen ke acara ulang tahun Niki
“ Mau aku jemput jam berapa?”
“ Sorry Aurora berangkat bareng gue.”
Suara seseorang dari balik Punggung Aurora membuat Aurora dan Galen menoleh kompak Malik yang baru saja bersuara kini bergabung di tengah-tengah mereka.
" Nyokap lo udah nitipin lo sama gue Jadi, gue harus Pegang amanat itu baik-baik,” ujar Arthur Pada Aurora yang membuat dua orang di hadapannya mengerutkan kening.
“ Kalau ngomong jangan sembarangan.” Galen tidak terima. “ Apa-apaan maksudnya nyokap Aurora udah nitipin Aurora sama lo,”
Arthur langsung menoleh malas Pada Galen
" Ceritanya Panjang Lo nggak akan ngerti.”
Galen berusaha menahan emosinya Dari kata-kata Arthur barusan Cowok itu mengisyaratkan seolah Galen sudah tertinggal jauh dari Arthur untuk mendapatkan Aurora. Apa Arthur sudah bertemu dengan orang tua Aurora ? Secepat itu ? Dia bertanya-tanya dalam hati.
“ Udah, udah. Gue berangkat sendiri aja,” kata Aurora menengahi.
“ Nggak bisa,” kata Arthur dan Galen bersamaan.
“ Gue yang jemput lo.”
“ Aku yang jemput kamu."
Lagi-lagi dua Cowok itu menyahut bersamaan membuat Aurora Pusing sendiri.
...••••••...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Anonymous
next Thor
2024-01-27
0
Anonymous
next Thor jangan lama-lama Thor updatenya aku tungguin
2024-01-27
0
Cinta
next Thor
2024-01-27
0