PART 8. Tetangga Baru

...Galen...

...Aku main ke rumah kamu lain kali aja ya Mama tiba-tiba minta diantar ke rumah saudara malam ini....

...Galen...

...Sampai ketemu besok di sekolah...

AURORA membaca Pesan yang baru saja masuk ke Ponselnya dengan kecewa. Sudah dia duga Galen Pasti selalu Punya seribu alasan untuk menolak main ke rumahnya.

“ Aurora ayo " Suara Bunda dari luar kamar membuat Dara menoleh ke Pintu.

Beberapa saat kemudian Pintu itu terbuka dan Bunda muncul dari baliknya.

" Kamu udah siap, kan ? Ayo kita ke rumah teman Bunda sekarang.”

Aurora bangkit dan berjalan malas menghampiri bundanya.

" Nah, kalau Pakai baju ini, kan, kamu jadi kelihatan cantik.” Bunda menahan kedua bahu Aurora di hadapannya.

“ Tapi ini terlalu berlebihan banget, Bun aku nggak suka," keluh Aurora. “ Masa Cuma mau main ke blok sebelah aja Aurora harus Pakai dress begini.”

Bunda tersenyum gemas melihat wajah muram anak gadisnya. “ Ya Nggak apa-apa dong, Sayang Dress ini juga nggak resmi-resmi banget Bunda jadi nggak malu ngenalin kamu ke teman Bunda Pokoknya kamu harus itu Cantik banget," Puji Bunda. “ Apalagi kalau kamu kasih lihat lesung Pipitmu Senyum, dong.”

Aurora memaksa untuk tersenyum Sepasang lesung Pipitnya langsung terlihat. Walaupun senyumannya terlihat tidak alami sama sekali, tetapi tetap saja Aurora terlihat sangat manis.

“ Nah gitu, dong Anak Bunda jadi tambah Cantik.” Bunda kini mengajak Aurora keluar kamar dan Pergi menuju rumah teman lamanya

Perjalanan menuju rumah yang dituju dilalui mereka dengan berjalan kaki. Jarak antara Blok B dan Blok D memang tidak terlalu jauh Dara dan Bunda hanya Perlu melalui beberapa belokan jalan di sebelah utara rumahnya.

Akan tetapi rupanya Pencarian rumah yang dimaksud tidak semudah yang dibayangkan Aurora sudah hampir kelelahan mengikuti Bunda yang berjalan tak tentu arah sambil mengamati Papan nama di setiap rumah yang mereka lewati.

“ Teman Bunda udah Pindah rumah kali,” kata Aurora yang sudah kelelahan.

“ Nggak mungkin Bunda yakin, kok, dia masih tinggal di Perumahan ini.” Bunda kini berhenti tepat di depan Pagar salah satu rumah di Blok D nomor 32.

" Bunda yakin ini dia rumahnya,” lanjutnya dengan nada Penuh keyakinan.

Aurora ikut berhenti tepat di samping Bunda

" Bunda dari tadi juga ngomong begitu kita ini udah salah ngetuk dua rumah, loh, Bun.” Aurora mengingatkan. “ Kalau Bunda nggak yakin mending kita Pulang aja deh Daripada malah malu-maluin salah rumah lagi. Ayo,” Aurora menarik tangan Bunda untuk mengajaknya Pulang Namun suara Bunda sudah terdengar mengucapkan salam keras keras.

Aurora menundukkan wajahnya dalam dalam takut kalau kalau kali ini bundanya salah rumah lagi.

“ Permisi,” teriak Bunda Penuh semangat.

Baru saja Bunda hendak bersuara lebih nyaring lagi Pintu utama rumah itu terbuka Seorang cowok yang mengenakan celana jins selutut dan kaus rumahan muncul dari sana Cowok itu mengerutkan keningnya melihat seorang wanita berusia sekitar 40 tahun yang berdiri di depan Pagar rumahnya ditemani seorang gadis yang tengah bersembunyi di balik Punggung wanita itu sambil menunduk dalam-dalam.

“ Kali ini Bunda nggak salah ini memang benar rumahnya Siska,” seru Bunda sangat antusias

" Aurora bener, kan apa kata Bunda Pasti kita ketemu rumah teman Bunda,” Bunda menarik Aurora hingga gadis itu berpindah Posisi ke sebelahnya.

“ Siapa, ya ”

Suara Cowok yang berdiri di ambang Pintu utama membuat Aurora mengangkat kepalanya. Dia merasa mengenali suara itu Dan seperti tebakannya suara Familiar itu memang milik Arthur Mengapa Cowok itu bisa ada di sana ?

" Arthur " ujar Aurora syok

" Hai " balas Arthur sambil tersenyum

" Kamu Putranya Siska, kan,” tanya Bunda dengan senyuman lebar terlihat sangat kontras dengan ekspresi Aurora yang terkejut setengah mati saat ini.

" Kenalin saya Rani teman lama mamamu.”

...••••••...

Aurora duduk kaku di sebelah bundanya di ruang tamu rumah Arthur Mereka sudah hampir setengah jam di sana. Aurora tidak banyak bersuara. Bunda yang lebih antusias berbincang hangat dengan Arthur yang duduk di sofa tepat di seberang Aurora

“ Jadi, kamu tinggal sendiri di rumah ini,” tanya Rani kepada Arthur

“ Sementara aja, sih Tan karena Untuk saat ini Mama masih tinggal di Bogor sama Nenek,” jawab Arthur santun. Sesekali dia melirik Aurora yang terlihat sangat cantik dengan Penampilan yang sangat feminim. Kalau saja gadis itu tidak Pelit senyum saat ini dia yakin Aurora akan terlihat jauh lebih cantik.

“ Sayang banget Padahal Tante udah lama banget nggak ketemu Siska Hari ini juga belum jodoh buat ketemu.” Tante Rani sedikit kecewa Kemudian matanya mengikuti arah Pandang Arthur ke arah Aurora yang duduk diam di sebelahnya. " Oh iya, berarti kalian berdua satu sekolah, kan,” tanyanya sambil memandang Arthur dan Aurora bergantian Beberapa saat lalu Arthur mengatakan bahwa dia sudah mengenal Aurora di sekolah ketika Rani memperkenalkan Putrinya.

“ iya Tante Aurora itu di sekolah terkenal banget,” jawab Arthur sambil tersenyum yang sukses mendapat lirikan tajam dari Aurora

" Oh ya ? Kok Bunda nggak Pernah tahu." Bunda menoleh ke arah Putrinya.

“ Terkenal juteknya, Tan,” lanjut Arthur dengan senyum yang semakin lebar. “ Kalau di rumah dia memang dingin gini ya, Tan,”

Rani mengerutkan kening mendengar Pertanyaan Arthur barusan. Dia kemudian kembali menoleh ke arah Aurora yang belum juga bersuara. “ Nggak, kok Aurora itu manis banget kalau di rumah Ya, kan, Sayang Memangnya kamu jutek kalo di sekolah,”

“ Aurora juga Pilih-pilih kalau mau jutekin orang Bun," kata Aurora tanpa mengalihkan sedikit Pun tatapannya dari Arthur

" Di sekolah dia juga sangat terkenal, kok, Bun," lanjutnya Kali ini balik menuding Arthur.

" Wajarlah kalau orang seganteng Arthur Populer di sekolah,” sahut Bunda yang disambut senyuman oleh Arthur tetapi Justru membuat Aurora kesal.

“ Terkenal Playboy, Bun,” ujar Aurora memperjelas maksudnya.

“ Masa, sih?' Bunda memperhatikan Arthur sekali lagi. Dilihat dari sudut Pandang mana Pun Cowok itu terlihat seperti anak baik baik, juga sopan dan santun kepada orang tua.

“ Mungkin Aurora salah Paham, Tan. Saya memang Punya banyak teman Perempuan Banyak teman itu, kan, bagus.” Arthur memperlihatkan senyuman kemenangan Pada Aurora yang sudah kesal setengah mati Padanya. Apalagi ketika dengan mudah Rani justru lebih Percaya kepadanya dibanding Putrinya sendiri.

“ Tuh, dengerin,” kata Bunda sambil menepuk Paha Aurora. “ Jangan Pilih-pilih teman Arthur ini anak yang baik Bunda setuju banget kalau kamu berteman baik sama dia, siapa tahu nantinya kalian ..... "

“ Bunda.” Aurora memotong cepat ucapan bundanya. Dia tahu Pasti ke arah mana Pembicaraan yang ingin dilontarkan sang bunda.

Bunda melirik ke arah Pintu utama yang terbuka lebar. Langit sore memang sudah berubah Perlahan menjadi semakin gelap.

“ ini Tante buat Cupcake Memang sengaja Tante bagi ke tetangga-tetangga baru di sekitar rumah Cobain, ya.” Rani meletakkan sekotak Tupperware bening berukuran sedang di atas meja.

" Makasih banyak, Tante.” Arthur menyambut kotak itu, kemudian meneliti bentuk cake yang sangat manis dengan buah ceri di atasnya.

“ ini Aurora yang buat,”

Rani langsung terkekeh Pelan mendengar tebakan Arthur. " Justru kalau Aurora yang buat Tante nggak berani kasih ke tetangga-tetangga Takut sakit Perut.”

Arthur tidak tahan untuk tidak terbahak. Rasanya seru sekali menggoda cewek yang terkenal dingin di sekolah itu. Apalagi saat ini, Aurora terus terusan memberi kode kepada bundanya untuk segera Pulang.

“ Ya udah, kalau gitu Tante Pamit Pulang dulu ya.” Rani bangkit diikuti Aurora juga Arthur

" Tante senang sekali Aurora jadi Punya tetangga yang satu sekolah sama dia Kalian jadi bisa berangkat bareng, kan,”

" Boleh, Tan.”

" Nggak "

Arthur dan Aurora menyahut serentak Keduanya saling Pandang tanpa kata Arthur tersenyum ramah yang justru membuat Aurora semakin kesal.

Cowok itu Pandai sekali menarik hati bundanya !

“ Kok kamu jawabnya gitu, sih,” Bunda melirik Aurora,“ Arthur aja nggak keberatan, kok.”

" Pokoknya Aurora nggak mau Bun Aurora bisa berangkat sendiri.”

Bunda hanya bisa geleng-geleng kepala setiap kali menghadapi sifat keras kepala Putrinya Dia kemudian kembali menoleh Pada Arthur

“ Oh iya, Tante minta nomor handphone mamamu ya. Nanti kirimin aja ke nomor Aurora.”

" Saya belum Punya nomor Aurora, Tan,” sahut Arthur cepat.

“ Aurora, kasih tahu nomor kamu," ujar Bunda Pada Aurora, “ Kamu juga simpan nomornya Arthur Sekarang kita udah jadi tetangga Jadi kalau ada Perlu apa-apa, kan, bisa berguna banget.”

Aurora menahan rasa kesalnya. Bagaimana bisa Bunda dengan mudah memintanya bertukar nomor Ponsel dengan Arthur Padahal dia sendiri mati-matian untuk tidak membiarkan cowok itu tahu ? Apalagi ketika Dara menoleh ke arah Arthur cowok itu seolah meledeknya dengan memamerkan senyum kemenangan.

“ Kasih nomor Bunda aja.” Aurora mencari alasan untuk tidak memberi tahu nomor Ponselnya kepada Arthur

" Bunda lagi nggak bawa handphone.”

" Ya udah Aurora sebutin aja, nih.” Aurora mengeluarkan Ponsel dari sakunya dan buru-buru membuka Phone book untuk mencari kontak yang dia simpan dengan nama “ Bunda ” di sana.

" Kosong delapan satu ..... " Aurora mengangkat kepalanya untuk kembali menatap Arthur.

Namun Cowok itu masih bergeming tanpa mengeluarkan Ponselnya untuk menyalin nomor yang disebutkannya. Arthur terus menatap tingkah Aurora dengan Penuh senyum.

Cewek itu sungguh bersikeras untuk tidak memberi tahu nomor Ponselnya. Sikap Aurora itu justru terlihat sangat lucu bagi Arthur

“ Kenapa lo diem aja ? Ketik di handphone lo nomor yang gue sebutin ini,” kata Aurora tak sabaran.

“ Handphone gue ada di kamar lagi di charge,” jawab Arthur santai.

“ Ya udah, ambil dulu sana.”

“ Aurora ” Suara Bunda memperingati. " Kamu jangan nggak sopan begitu sama tetangga baru Kamu save aja nomornya Arthur Apa susahnya, sih,”

" Emang nggak susah Bun Tapi Aurora nggak mau,"

Emang nggak susah Bun Tapi Aurora nggak mau !

“ Tapi, Bun—” Baru saja Aurora ingin beralasan tangan Bunda sudah lebih cepat merebut Ponsel dari tangannya dan mengulurkannya kepada Arthur

" ini kamu ketik nomormu di sini, ya," Arthur menyambut Ponsel Aurora dengan gembira.

" Bunda ” Aurora terlambat mencegah. Ponselnya kini sudah berada dalam Penguasaan Arthur sepenuhnya.

Setelah mengetikkan nomornya di Ponsel itu Arthur menekan tombol Panggil hingga menghubungkannya dengan Ponsel miliknya Dengan begitu sekarang dia sudah mendapatkan nomor Aurora

Arthur mengembalikan Ponsel itu kepada Aurora yang disambut cewek itu dengan sergapan cepat.

“ Nanti malam saya kirim nomornya ya, Tan,” kata Arthur kepada Rani.

Kemudian matanya beralih ke Aurora yang masih menatapnya kesal. “ Jangan lupa disimpan ya, nomor gue,” katanya bermaksud menggoda cewek itu.

Aurora menggenggam Ponselnya kuat- kuat

" Bun, ayo kita Pulang Aurora mau ngerjain PR." Dia berjalan menuju Pintu utama dengan inisiatif sendiri.

" Maafin Aurora kalau dia agak nggak sopan, ya," kata Tante Rani kepada Arthur

" Nggak apa-apa, kok, Tan Udah biasa,” balas Arthur Penuh santun.

Dia lalu mengantar Rani hingga meninggalkan rumahnya. Dia sungguh tidak dapat menahan tawanya ketika lagi lagi melihat Aurora meliriknya tak suka dari luar Pagar

...•••••...

" Bunda apa-apaan, sih," Aurora langsung membuka topik ketika dia dan Bunda sudah sampai di rumah.

“ Loh, kenapa malah jadi kamu yang marah marah sama Bunda ? Harusnya Bunda yang marahin kamu. Kamu kalau bertamu jangan jutek begitu. Kita ini, kan, baru beberapa hari tinggal di lingkungan ini Kita harus baik-baik sama tetangga baru,” kata Bunda Panjang lebar sambil melangkah masuk ke ruang tengah.

Aurora mengekor di belakang. “ Ya tapi Bunda itu terlalu baik sama dia. Dia itu bukan Cowok baik-baik, Bun,” keluhnya. “ Bunda malah mau aku berangkat sekolah bareng dia. Pokonya Aurora nggak mau!”

Bunda duduk di sofa kemudian melirik Putrinya yang juga ikut duduk di sebelahnya dengan wajah ditekuk.

“ Kalau nggak mau, ya udah Bunda nggak maksa Bunda cuma mau kamu berteman sama Arthur Apalagi dia itu anak teman lama Bunda. Siska itu teman akrab Bunda waktu SMA. Dia Perempuan baik-baik Jadi nggak mungkin, kan, kalau anaknya nggak baik seperti yang kamu bilang tadi?”

“ Kenapa nggak mungkin,” sahut Aurora dengan cepat. “ Buah nggak selamanya jatuh di dekat Pohonnya, kan ? Bisa aja buah yang ini ketiup angin topan sama badai tornado. Jadi, jatuhnya jauh banget dari Pohonnya.”

“ Kamu kalau ngomong emang Paling bisa,” Bunda mencubit hidung mancung Aurora dengan sangat gemas. “ Ya udah sana, kerjain PR kamu.”

Aurora menurut Dia bergegas masuk ke kamarnya dan menyiapkan buku-buku Pelajaran untuk esok hari.

...•••••...

Ponsel Aurora bergetar tepat 2 detik setelah bel tanda istirahat Pertama berbunyi. Ada Panggilan masuk dari orang yang tidak dia harapkan.

“ Kenapa nggak diangkat ? Emangnya Dari siapa sih," tanya Lala yang duduk di sebelah Aurora. Dia mencondongkan sedikit tubuhnya untuk melirik Ponsel teman sebangkunya itu tetapi Dara dengan cepat menempelkan Ponsel ke dadanya.

“ Nggak Penting " jawab Aurora sambil memasukkan kembali Ponsel ke tasnya Dia membiarkan Ponselnya bergetar untuk waktu yang cukup lama.

“ Dari Siapa, sih ? Jadi kepo, deh.”

" Nggak Penting buat dibahas Mau ke kantin nggak," tanya Aurora mengganti topik.

“ Nanti aja, deh Belum laper.”

“ Eh, Thur, duluan aja Nanti gue nyusul ke kantin.”

Suara nyaring Arkan membuat Aurora langsung menoleh ke Pintu kelas Cowok yang baru saja disebut Arkan ada di sana Arthur berjalan memasuki kelas tanpa mengalihkan tatapannya sedikit Pun dari Aurora yang duduk tidak jauh dari Pintu kelas.

“ Udah gue bilang, nanti gue nyusul,” cerocos Arkan yang masih duduk di kursinya di bagian tengah kelas sambil merapikan buku-buku Pelajarannya

" Lo duluan a ..... " kata-katanya langsung lenyap begitu melihat Arthur tidak melanjutkan langkah menuju mejanya tetapi berhenti tepat di samping meja Aurora

" Kirain nyusulin gue " kata Arkan dalam hati.

“ Kenapa nggak angkat telepon dari gue,” tanya Arthur sambil menatap lurus ke arah Aurora yang tampak terkejut di kursinya.

" Wuaaaaaa ...." Seisi kelas kompak menunjukkan keterkejutan setelah mendengar Perkataan Arthur Apalagi Niki dan Lala yang mulutnya sampai terbuka lebar karena terkejut.

" Emangnya lo ada Perlu apa,” sahut Aurora Dia tidak suka karena saat ini jadi Pusat Perhatian seisi kelas bersama dengan Arthur

Arthur tersenyum kemudian meletakkan kotak Tupperware kosong di atas meja Aurora,“ Gue cuma mau kembaliin ini Tolong bilang makasih sama nyokap lo Cupcake nya enak banget.”

“ Wuaaaaaa ...” Lagi-lagi suasana kelas kembali heboh karena ucapan Arthur

Aurora kesal setengah mati saat ini. Cowok itu bisa bisanya membuat suasana menjadi runyam seperti ini. Harusnya kemarin dia memberi Peringatan kepada Arthur agar jangan sampai ada yang tahu bahwa mereka kini tinggal berdekatan.

" Tadinya, gue mau kembaliin kotak ini ke rumah lo langsung Tapi, lo nggak bales chat gue semalam Jadi gue bawa ke sekolah aja.”

" Wuaaaaaa ....”

Aurora kesal sekaligus malu. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa saat ini. Seisi kelas sibuk membicarakan dirinya dan Arthur Mereka tidak menyangka bahwa ternyata Aurora dan Arthur sudah Pendekatan sejauh itu Padahal yang mereka tahu selama ini Aurora mati-matian menolak Arthur

Aurora meraih kotak di atas mejanya, lalu buru buru memasukkannya ke tas. “ Udah selesai, kan,” tanyanya kepada Arthur. Dia berharap cowok itu segera Pergi sebelum semakin memperburuk keadaan.

Arthur menempelkan telapak tangannya di meja Aurora lalu menyejajarkan Pandangannya dengan wajah cewek itu.

" Lain kali, kalau gue telepon diangkat ya. Karena, kalau lo nggak angkat Panggilan dari gue, gue anggap lo mau gue langsung samperin lo.” Arthur melemparkan senyumnya sekali lagi kepada Aurora kemudian menegakkan Punggungnya dan berjalan ke luar kelas.

Aurora hampir menahan napas dibuatnya Bagaimana bisa cowok itu berkata dengan sangat percaya diri seperti tadi ? Dia Pikir dia siapa?

“ Ra, gue nggak nyangka kalian berdua udah jauh banget hubungannya," cecar Niki begitu Arthur sudah menghilang di balik Pintu kelas.

“ iya, Ra. Udah chatting-an sama teleponan gitu,” tambah Lala memperheboh suasana.

“ ini semua bukan seperti yang kalian pikirin,” kata Aurora berusaha memperjelas.

“ Gimana ceritanya dia bisa Punya nomor handphone lo,”

" Terus, kenapa nyokap lo bisa kasih cupcake ke Arthur ? Ceritain, dong!"

Aurora menghela napas berat berkali-kali Sekarang dia harus menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya agar tidak salah Paham seperti teman-teman sekelasnya yang lain.

...•••••...

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

next Thor

2024-01-23

0

Anonymous

Anonymous

jangan lama-lama Thor updatenya aku tungguin

2024-01-23

0

Anonymous

Anonymous

next Thor

2024-01-23

0

lihat semua
Episodes
1 PART 1. Awal bertemu
2 PART 2. Pertandingan
3 PART 3. PDKT
4 PART 4. Masih abu-abu
5 PART 5 Teka-Teki
6 PART 6 Hai
7 PART 7 Hampir saja
8 PART 8. Tetangga Baru
9 PART 9. Cemburu
10 PART 10. Begitu rumit
11 PART 11. DINNER
12 PART 12. Just The Way You Are
13 PART 13. Maaf
14 PART 14. Mika
15 PART 15. Penuh teka-teki
16 PART 16. Kita Jodoh
17 PART 17. Misterius
18 PART 18. Please
19 PART 19. Perhatian
20 PART 20. Curiga
21 PART 21. Truth or dare
22 PART 22. Aurora dan Mama
23 PART 23. Hujan
24 PART 24. Ada apa dengan Aurora ?
25 PART 25. Jatuh Cinta
26 PART 26. Suka
27 PART 27. Tentang Mika Kirana
28 PART 28. Diary Mika
29 PART 29. The Discussion
30 PART 30. ini Bukan Mimpi ?
31 PART 31. Cinta Salah
32 PART 32. Kembali Dingin lagi ?
33 PART 33. Kemarahan Arthur ?
34 PART 34. Kesalahpahaman
35 PART 35. Terbongkar
36 PART 36. Terluka
37 PART 37 Tentang kebahagiaan ?
38 PART 38. Menjauh
39 PART 39. Berubah
40 PART 40. Memilih
41 PART 41. Devil
42 PART 42 Melawan kata Hati
43 PART 43. Keputusan
44 PART 44 Foto wifie
45 PART 45. Rencana Arkan ?
46 PART 46 Merelakan
47 PART 47. Tempat Untuk Pulang ?
48 PART 48. Carolina Band
49 PART 49. Arkan & Jessica
50 PART 50. Gue mau Lo Bahagia ?
51 PART 51. Maaf & Terima kasih
52 PART 52. See you again
53 53. Please Buat Dia Bahagia ?
54 PART 54. Bertemu kembali ?
55 PART 55. I LOVE YOU CAHAYA AURORA
56 PART 56. Kejutan
Episodes

Updated 56 Episodes

1
PART 1. Awal bertemu
2
PART 2. Pertandingan
3
PART 3. PDKT
4
PART 4. Masih abu-abu
5
PART 5 Teka-Teki
6
PART 6 Hai
7
PART 7 Hampir saja
8
PART 8. Tetangga Baru
9
PART 9. Cemburu
10
PART 10. Begitu rumit
11
PART 11. DINNER
12
PART 12. Just The Way You Are
13
PART 13. Maaf
14
PART 14. Mika
15
PART 15. Penuh teka-teki
16
PART 16. Kita Jodoh
17
PART 17. Misterius
18
PART 18. Please
19
PART 19. Perhatian
20
PART 20. Curiga
21
PART 21. Truth or dare
22
PART 22. Aurora dan Mama
23
PART 23. Hujan
24
PART 24. Ada apa dengan Aurora ?
25
PART 25. Jatuh Cinta
26
PART 26. Suka
27
PART 27. Tentang Mika Kirana
28
PART 28. Diary Mika
29
PART 29. The Discussion
30
PART 30. ini Bukan Mimpi ?
31
PART 31. Cinta Salah
32
PART 32. Kembali Dingin lagi ?
33
PART 33. Kemarahan Arthur ?
34
PART 34. Kesalahpahaman
35
PART 35. Terbongkar
36
PART 36. Terluka
37
PART 37 Tentang kebahagiaan ?
38
PART 38. Menjauh
39
PART 39. Berubah
40
PART 40. Memilih
41
PART 41. Devil
42
PART 42 Melawan kata Hati
43
PART 43. Keputusan
44
PART 44 Foto wifie
45
PART 45. Rencana Arkan ?
46
PART 46 Merelakan
47
PART 47. Tempat Untuk Pulang ?
48
PART 48. Carolina Band
49
PART 49. Arkan & Jessica
50
PART 50. Gue mau Lo Bahagia ?
51
PART 51. Maaf & Terima kasih
52
PART 52. See you again
53
53. Please Buat Dia Bahagia ?
54
PART 54. Bertemu kembali ?
55
PART 55. I LOVE YOU CAHAYA AURORA
56
PART 56. Kejutan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!