" Arkan, Arthur kok dua hari ini nggak kelihatan Dia ke mana,"
Tanpa sadar, Aurora menajamkan Pendengarannya ketika mendengar Niki melontarkan Pertanyaan tentang Arthur Pada Arkan.
" Katanya, sih, lagi sakit Butuh dijenguk seseorang biar cepat sembuh,” jawab Arkan dengan canda. Suaranya sengaja dibuat nyaring agar Aurora mendengarnya.
" Bisa aja lo.” Niki merespons malu-malu. “ Lo nggak nengokin dia?”
Arkan menggeleng dari bangkunya.
" Rencananya hari ini, tapi katanya nggak usah datang kalau cuma bikin rusuh. Besok dia udah bisa masuk.”
" Yah, Padahal gue mau titip salam," kata Niki lesu.
...••••••...
" Bun, Aurora izin Pergi ke toko buku yang di Perempatan jalan itu, ya.”
" Sama siapa?” tanya Bunda yang masih sibuk menyiapkan sesuatu di dapur.
" Hm, sama Galen," jawab Aurora, " Sebentar aja kok, Bun.”
" Emangnya dia udah datang jemput kamu?”
" Belum, sih, Bun. Palingan bentar lagi.”
" Ya udah, kalau gitu kamu bantu Bunda dulu, ya.” Bunda mendekat sambil membawa rantang susun yang terbuat dari aluminium.
“ ini apaan, Bun?” tanya Aurora heran.
“ ini makanan buat Arthur Bunda minta tolong kamu antar ke rumahnya, ya.”
Aurora berdecak sebal. “ Apa-apaan sih, Bun?”
" Eh, nggak boleh gitu Tadi mamanya Arthur itu telepon Bunda. Katanya dia khawatir Arthur nggak masuk sekolah dua hari karena sakit. Dia minta tolong kita nengokin sebentar keadaan Arthur di rumahnya.” Bunda menjelaskan.
" ini kamu kasih makanan ini buat Arthur ya Bunda yakin dia Pasti belum makan dari Pagi.” Bunda meletakkan rantang itu di meja makan.
Aurora menghela napas berat berkali-kali kenapa Arthur selalu saja menyusahkan hidupnya.
“ Kamu kalau tahu Arthur sakit, kasih tahu Bunda, dong. Bunda, kan, udah janji sama mamanya buat sering sering nengokin keadaan Arthur,”
" Mana Aurora tahu Aurora, kan, nggak sekelas sama dia,” jawab Aurora cuek.
" Ya udah, mulai sekarang kamu cari tahu, ya. Biar Bunda nggak kelewatan begini.”
“ Bunda ini sebenarnya bundanya Aurora atau bundanya Arthur, sih?” kesal Aurora
" Kayaknya Aurora nggak Pernah diperhatiin sampai segininya sama Bunda.”
“ Aurora.” Suara Bunda melunak. “ Bunda kurang Perhatian apa sama kamu ? Kalau Bunda cuma bantu teman Bunda aja, kok. Kamu jangan cemburu ya, Sayang.” Bunda mengelus sayang rambut Aurora
...••••••...
Aurora sudah berteriak berkali-kali di depan rumah Arthur. Mulai dari sapaan salam Penuh santun hingga teriakan seperti mengajak ribut. Namun, sama sekali tidak ada tanda tanda kehidupan di dalam sana.
Aurora hampir hilang kesabaran. Dia sudah tidak Punya banyak waktu. Galen akan menjemputnya sebentar lagi. Aurora menyentuh Pintu Pagar Rumah itu. Tidak terkunci. Ragu-ragu Aurora masuk hingga berhenti tepat di depan Pintu utama.
Usahanya mengetuk hingga berteriak memberi salam tak kunjung mendapat respons dari dalam. Aurora sempat mengira mungkin saja Arthur tidak ada di rumah. Namun, Pintu yang tidak terkunci membuatnya memutuskan untuk mencari tahu.
“ Arthur ” teriak Aurora untuk kali kesekian. Rumah ini tidak terlalu luas dan hanya terdiri atas satu lantai. Namun, mengapa Arthur tidak juga menjawab Panggilannya sejak tadi ?
Aurora melangkah semakin dalam hingga berhenti di depan Pintu yang dia yakini adalah Pintu kamar Arthur. Dia melirik keadaan di dalam kamar melalui celah Pintu yang terbuka sedikit. Arthur ada di dalam sedang berbaring di kasur dengan selimut yang menutupi hingga dada.
“ Aurora ” Arthur menyebut nama itu tanpa membuka mata.
Aurora tersentak di tempatnya. Dia lalu membuka lebar Pintu kamar Arthur sambil bicara gelagapan.
" G-gue udah teriak-teriak dari depan, tapi lo nggak nyahut-nyahut.”
Arthur langsung membuka matanya, kemudian mengubah Posisi menjadi duduk. Dia tak kalah terkejut melihat Aurora berada di kamarnya.
“ Lo, kenapa bisa ada di sini?” tanya Arthur setelah melepas headset yang dia Pakai sejak tadi.
Aurora jadi merasa seperti cewek mesum yang tertangkap basah sedang mengintip. Padahal, dia tidak ada maksud sama sekali.
" G-gue cuma mau anterin titipan Bunda buat lo,” kata Aurora sambil mengangkat rantang yang dibawanya.
" Gue taruh di ruang tamu aja, ya," ujarnya sambil melangkah menjauh dari kamar Arthur
Arthur langsung turun dari kasur untuk menyusul Aurora. Namun, baru satu langkah menjauh dari kasurnya, Pening yang hebat langsung menghantam kepalanya tanpa ampun. Arthur memegangi kepalanya dan berdiam diri beberapa detik sebelum akhirnya melanjutkan langkah menuju ruang tamu.
“ ini semua dari Bunda,” kata Aurora sambil meletakkan rantang di atas meja ruang tamu.
" Bunda khawatir sama lo yang katanya lagi sakit Tapi, kayaknya lo sehat-sehat aja,” lanjutnya sambil memperhatikan Arthur yang baru saja menyusulnya ke ruang tamu.
Arthur duduk di sofa ruang tamu. Dia hanya sekilas menatap rantang itu. “ Bilang sama Tante makasih, ya,” katanya, kemudian matanya kembali menatap Aurora yang tampak sangat rapi seperti hendak Pergi ke suatu tempat.
“ Lo mau ke mana?”
" Mau ke toko buku Gue Pamit, ya,” Pamit Aurora Dia berbalik dan berjalan menuju pintu utama, tetapi Pertanyaan Arthur selanjutnya membuatnya berhenti dan kembali menoleh.
“ Sama Galen,"
Aurora mengangguk. “ Kayaknya dia udah sampai di rumah.” Aurora baru saja berbalik Namun lagi-lagi suara Arthur membuatnya membeku di tempatnya.
“ Jangan Pergi sama dia,” ucap Arthur Pelan tetapi memperingatkan
" Gue mohon kali ini jangan Pergi sama dia,” ulangnya Kali ini dengan nada memohon.
Permintaan Arthur ini bukan tanpa alasan. Dia sudah berpikir keras selama berhari-hari. Sekuat yang dia bisa, dia mencoba merangkai setiap kemungkinan yang bisa saja terjadi dan berkaitan dengan kasus Mika. Dan, salah satu kemungkinan terbesar yang dia temukan adalah bahwa Galen memang Cowok yang disukai Mika.
Kesimpulan ini semakin kuat karena Galen menyukai Aurora yang juga memiliki lesung Pipit seperti Mika. Walaupun Arthur masih harus menyelidiki lebih lanjut apakah Galen yang mengakibatkan Mika Pergi jauh atau bukan. Namun, satu yang tidak Arthur inginkan. Arthur tidak ingin Aurora bernasib sama seperti Mika. Dia tidak ingin kehilangan orang yang dia sayang untuk kali kedua.
Aurora kembali menoleh Pada Arthur sambil mengerutkan keningnya. “ Gue ke sini cuma anterin titipan Bunda Tugas gue udah selesai Sekarang gue Pamit!"
Arthur bangkit dari duduknya setelah melihat Aurora berbalik dan melanjutkan langkah menuju Pintu utama. Sesampainya di sana Malik berhasil menutup kembali Pintu yang baru saja dibuka Aurora seperempatnya.
Aurora terkejut luar biasa. ini kali kedua Arthur membuatnya tersentak kaget dalam Posisi yang sama. Bedanya kali ini bukan lemari yang ditahan Arthur, melainkan Pintu utama.
Dengan suara yang bergetar, Arthur berucap tepat di telinga Aurora. “ Gue lagi nggak mau sendirian Please temenin gue di sini sebentar.”
Aurora masih tidak bergerak samasekali. Dia masih berusaha meredakan rasa terkejutnya. Apalagi, Posisinya yang sangat dekat dengan Arthur membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa.
“ Please,” ucap Arthur sekali lagi. Kali ini suaranya berbisik. Dia hampir tidak mampu lagi menopang berat tubuhnya. Pusing itu kembali bergelut hebat di kepalanya hingga membuat Pandangannya gelap seketika.
Dalam Posisinya kini Arthur menyandarkan dahinya di bahu Aurora. Kepalanya sungguh terasa berat saat ini.
Aurora yang terkejut semakin kaku dibuatnya. Dahi Arthur di bahunya terasa sangat hangat. Aurora tidak mungkin salah. Dia bisa merasakannya walau kulit dahi Cowok itu terhalang kemeja yang dikenakannya.
Aurora menoleh. Bersamaan dengan itu Pula, Pipinya langsung bersentuhan dengan Pelipis Arthur. Aurora bisa merasakan suhu kulit Arthur yang hangat.
“ Arthur, lo ....” Aurora menyentuh Pipi Arthur dengan sebelah tangannya
" Lo demam,” lanjutnya. Dia hendak berbalik menghadap cowok itu. Namun, Arthur dengan cepat menyentuh tangan Aurora yang masih menyentuh Pipinya hingga membuat Aurora tetap Pada Posisinya.
" Please jangan Pergi Gue butuh lo di sini,” ucap Arthur dengan suara yang semakin melemah. Dia rasa, dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Rasa Pusing di kepalanya seperti tidak Punya belas kasihan Padanya.
Dering Ponsel di saku menyadarkan Aurora dari keterpakuannya. Dia meraih Ponselnya Ada sebuah Panggilan masuk dari Galen. Baru saja Aurora hendak menjawabnya, tetapi suara Arthur membuatnya ragu.
“ Jangan diangkat,” bisik Arthur seolah tahu siapa si Penelepon itu. “ Please tetap di sini.”
...••••••...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Siti Nina
makin seru ceritanya Keren 👍
2024-02-01
0
Anonymous
jangan lama-lama Thor updatenya aku tungguin
2024-01-29
0
Anonymous
next Thor
2024-01-29
0