Kekesalan Maya yang memuncak membuat Marvin dan Dion harus ditangkap, Lana dan Surya di dalam hanya diam terpaku, saat tak bisa membantu sahabatnya.
Lana berusaha menahan isak tangisnya, dibungkaman Surya. Melihat kedatangan polisi menyusutkan airmatanya dan berubah menjadi rasa takut yang mencekam.
Vin, gue nggak akan pernah bisa maafin lo! Lana.
Setelah terlihat tenang tak ada suara, keadaan semua menjadi hening. Keadaan semakin senyap dan dingin diruangan itu.
Surya beredar menyusuri dinding lalu menemukan saklar dan mencoba untuk menghidupkannya.
Klik! Dan alhasil ruangan itu menjadi terang namun hanya remang- remang, terlihat di sana Lana masih tertegun di balik celah yang sedari tadi mengintip.
Sebuah Gudang club, yang sebenarnya jauh dari kata gudang itu sendiri, tempat ini bersih dan juga rapi. Didalam gudang ternyata ada pintu yang mengakses ke dapur yang di kunci dari dalam, berbeda dengan pintu masuk mereka berdua, pintu itu digembok dari luar.
Antara gudang dan dapur di skat kayu dan pintu itu tak berhandle, rupanya Lana melihat ke arah dapur melalui lubang kunci yang handlenya sudah rusak. Ada banyak tumpukan beras tepung dan beberapa lemari pendingin untuk makanan minuman serta sayuran.
Disudut lain terlihat lemari dengan berbagai macam tumpukan kain, Surya membuka lemari dan memeriksanya lalu mengambil beberapa kain dan itu ternyata lemari penyimpanan taplak meja, horden bahkan handuk sprei selimut untuk spa. Mengingat club ini terdapat spa.
Surya mengambil gulungan karpet di sebelahnya lalu menggelar karpet itu ditempat yang leluasa, karpet itu pun dialasi sprei, beberapa handuk diturunkan dan ditumpuk untuk bantal, lalu Surya mengambil beberapa selimut lalu membentangkannya untuk mengalasi karpet yang bersprei agar empuk untuk dijadikan alas.
Surya memapah Lana, yang sedari tadi duduk terdiam dilantai yang dingin itu. Setelah itu, menyelimuti Lana dan memastikan Lana tidak kedinginan.
Surya ingin mengambil minuman dilemari pendingin namun di kunci, lalu mata beredar ketumpukan kardus yang ditutup terpal.
"Waah ini seperti yang ada dirumah" gumam Surya.
Surya membuka kardus softdrink lalu mengambilnya dua kaleng dan mengambil botol wine serta membawa satu plastik kripik kentang, lalu kembali duduk dihadapan Lana.
"Mau minum?" Kata Surya sambil membuka kaleng softdrink dan disodorkan kearah Lana lalu dia meminumnya.
"Dalam waktu satu jam kita mudah- mudahan bisa keluar dari sini" kata Surya sambil membuka botol yang di ambil.
"Itu apa" kata Lana lirih.
"Ehm ini cuma wine kok, berkadar alkohol rendah" kata Surya.
"Boleh gue coba nggak?" Kata Lana
"Dikit aja ya kalau nggak biasa bisa mabok?" Kata Surya menyodorkan botolnya.
Lana menyesap sedikit lalu menenggaknya lagi.
"Ini enak.. tubuhku anget.. dan menenangkan.. tak heran orang meminum alkohol untuk membuat hati mereka tenang" kata Lana lalu menenggaknya lagi.
"Cukup ya.. nanti lo bisa mabuk" kata Surya merebutnya dan menyingkirkan dari hadapannya.
"Ehmm Suryaa gue mau lagi" kata Lana merengek dan berusaha merebut botol itu.
"Muka lo udah merah, lo udah mabuk ini, lo minum softdrink aja nanti lama- lama netral" kata Surya menepis tangan Lana.
"Surya, apa kau lihat tadi?" Kata Lana kemudian.
"Gue sibuk membungkam mulut lo, menahan badan lo dan gue hanya mendengarkan suara- suara mereka" kata Surya.
"Gue nggak menyangka Maya dan Gerald pernah melakukannya juga" kata Maya.
"Lo tau yang dimaksud Maya itu adalah Gerald" kata Surya.
"Kakak kelas yang dia maksud pasti Gerald, gue tahu mereka pernah berpacaran, tapi gue nggak tau bisa sejauh itu, Gerald pernah nembak gue saat belum pacaran ama Maya, tapi gue tolak" kata Lana.
"Lo pasti sangat sedih melihat itu semua" kata Surya.
"Awalnya gue sedih, tapi akhirnya gue merasa bersyukur bisa berada ditempat ini, melihat sesuatu yang tak seharusnya, melihat wujud asli orang yang selalu membayangi hati gue dari kecil" kata Lana menerawang jauh.
"Sejak lo masuk dalam hidup gue, sejak itulah gue mengenal logika, lo tau kan susahnya deket jadi temen atau jadi sahabat gue, tapi lo bisa banget masuk dalam hidup gue" kata Lana lagi.
"Gue melihat pribadi lo yang sangat care ama gue dan baik ke semua orang, itu membuat gue pengen menjadikan Marvin kaya lo, bukan maksud membandingkan tapi gue pengen dia kaya lo dan seharusnya kaya lo memperlakukan gue" tutur Lana.
"Gue tau kok banyak yang menyatakan suka ama lo, tapi lo selalu bisa menjaga hati lo, kenapa begitu Surya? Gue nggak pernah bisa menghargai perasaan lo dengan benar.. huuuhhfff.. gue pengen cepet pergi dari kota ini dan gue akan melupakan semua" kata Lana menjatuhkan buliran airmatanya.
Suryapun mengambil saputangan miliknya dan memberikannya kepada Lana.
"Hahaha.. jadi lo pengen pergi karena itu?" Tanya Surya getir.
"Nggak Surya, lo tau kan untuk dapat universitas yang gue mau itu butuh perjuangan dan lo paling tau perjuangan gue kaya apa, walaupun gue pengen tau kalau jauh dari kota ini kaya apa, mungkin ini setengah pelarian tapi buat gue ini sebuah pembuktian. Dan kejadian hari ini membuat gue yakin dengan keputusan gue dan gue pengen banget cepet kesana" jawab Lana.
"Lo tau malam ini kita nggak boleh masuk kantor polisi karena tertangkap, semua akan mempengaruhi reputasi kita, lo akan masuk universitas terbaik dan gue ada serah terima perusahaan. Gue nggak boleh membuat saham perusahaan anjlok karena reputasi gue" kata Surya.
"Kita akan keluar dari sini esok pagi kan atau entah kapan" kata Lana lesu.
"Orang- orang gue akan mengurus semuanya, kita akan keluar dalam beberapa jam, tidur lahh... nanti gue bangunin" Kata Surya sambil meminum botol wine dan membelakangi Lana.
"Gue masih pengen minum kaya lo, kenapa lo boleh minum dan gue enggak" kata Lana mendekati Surya lalu mengambil botol wine dan menenggaknya, kali ini agak banyak.
"Cukup Lana, gue mohon" kata Surya merebut botol itu.
"Minuman itu membuat hati gue merasa senang" Lana tersenyum lebar lalu merebahkan kepalanya di pundak Surya.
"Kepala lo berat kan.. nggak bisa dibilangin.. dimanapun lo, jangan pernah kaya gini ya?" pinta Surya menunduk kan kepalanya.
"Ehmm.. sedikit berat.. tapi enak Surya.. gue akan minum sesekali mungkin dengan teman baru gue disana" kata Lana berhasil memancing kekesalan Surya
"Berjanjilah Lan, lo jangan melakukan nya.. mungkin tidak akan ada yang bisa menjaga lo sebaik gue" kata Surya kesal.
"Maka ikutlah ke ibukota dan jaga gue" kata Lana.
"Gue akan sesekali berkunjung, lo tau kan beban gue berat banget setelah lulus ini, aku harus belajar mengurus perusahaan, gue harus belajar sistem dan cara kerja perusahaan yang diwariskan ke gue" kata Surya.
"Gue harus belajar bertanggung jawab, karena ada ribuan orang yang harus gue pikirin nasibnya dan semua ada ditangan gue" sambung Surya.
"Gue harus belajar agar gue juga bisa membahagiakan anak dan istri gue kelak, gue nggak bisa mengikuti ego gue Lana sayang.. " kata Surya memencet hidung Lana.
"Seandainya gue nggak ada tanggung jawab itu, gue pasti akan ada dimanapun lo berada, tapi tenang.. gue akan menjaga lo dari jauh" kata Surya.
"Dengan doa??" tanya Lana.
"Iya dengan doa" kata Surya.
Dan segala kemampuan gue akan gue kerahkan untuk jagain lo, Lan.
Lana mengerjab- ngerjabkan matanya yang mulai basah, lalu memeluk Surya.
"Lo tau apa yang lo lakukan ini bisa berbahaya?" kata Surya memperingatkan.
"Kalau lo Marvin mungkin berbahaya, dengan lo gue nggak merasa takut, gue malah pengen tau berbahayanya seperti apa" kata Lana memejamkan matanya dipundak Surya, tapi tidak tidur, kepalanya hanya terasa berat.
"Dasar pemabuk" gumam Surya namun terdengar oleh Lana.
"Surya... kalau gue nggak virgin apa menurut lo Marvin juga akan memperlakukan gue seperti Maya?" tanya Lana.
"Gue nggak tau, Lan" kata Surya.
"Kalau lo?" tanya Lana.
"Hmm.. gue nggak pernah memandang perempuan dari virgin atau tidaknya, kalau gue cinta apapun gue terima keadaannya" kata Surya mulai bergidik karena dingin mulai menyergap diam- diam.
Lana membentangkan selimutnya dan menyelimuti punggung Surya, lalu Lana kembali merebahkan kepalanya di lengan Surya.
"Lo baik banget Surya... gue akan berdoa untuk kebahagiaan lo.. gue menyukai lo" kata Lana memejamkan matanya.
"Lo nggak sadar apa yang lo omongin, posisi lo berbahaya, tau nggak.. lo kebanyakan minum makanya ngelantur" kata Surya.
"Berbahaya apaan sih sayuuur.. ihh nyebelin.. berbahaya lo tuh apa, gue akan adepin" kata Lana menegakkan badannya lalu menyerobot kembali dan meminumnya.
"Ya ampunn Lana, malah minum lagi" kata Surya merebut lagi botol winenya.
"Nanti gue akan beli sendiri gue akan minum sendiri kalau gue kangen lo.. biar kangen nya ilang" kata Lana.
"Jangan aneh- aneh Lan!" bentak Surya mengagetkan Lana.
"Bodoamat, gue beli sendiri... makanya kasih gue lagi.. ini malam terakhir kita.. gue pengen mengukir indah kenangan kita" kata Lana mendekatkan tubuhnya ke Surya.
Kini Lana masuk dalam pelukan, masih dengan posisi duduk.
"Lo tau ini..." kata Surya dipotong Lana
"Iyaa.. iyaa bisa berbahaya" kata Lana cengar cengir memeluk Surya.
Jantung Surya seperti diguncangkan, tingkah Lana semakin menggemaskan yang membuat Surya berusaha setengah mati menahannya, sekujur tubuhnya yang mulai susah di kendalikan.
Surya menyentuh kedua pipi Lana, mata sayu Lana membuat pikirannya tertuju pada bibir Lana yang merekah dan sedikit terbuka.
"Lana..." bisik Surya dengan lirih.
Mata Surya memerah memandangi wanita yang sangat dia cintai, jantung Lana bergemuruh, kehangatan mengalir disekujur tubuhnya.
Tatapan mata Surya membuat pikiran Lana jadi tak menentu, Lana sendiri tak kuasa menahan dirinya.
Tangannyapun mulai menyentuh wajah Surya, memainkan mata dan alis Surya yang kini tengah menatapnya dengan tajam.
Pikirannya mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, perilaku Marvin yang menjijikkan dan membangkitkan kebenciannya.
Sifat pemaksaannya yang ingin tetap bertunangan bahkan menikah dengannya, tanpa perduli kesalahan Marvin terlalu besar untuk dimaafkan.
Terbersit dendam dalam hatinya, yang ingin membuatnya membalas rasa sakit hatinya.
"Surya..." kata- kata Lana parau, tenggorokannya tercekat susah sekali untuk berbicara.
Lana memiringkan kepalanya dan membuka bibir mungilnya, saat memejamkan matanya entah kekuatan dari mana, Surya mencium bibir Lana dengan lembut, Lana menyambut hangat ciuman itu.
Ciuman lembut yang panjang dan berubah menjadi ciuman yang memanas. Surya terus mencengkeram kedua pipi Lana, perlahan- lahan Surya merebahkan tubuh Lana.
Lana memeluk tubuh Surya semakin erat, rasanya dadanya ingin meledak, berulang kali mereka mengambil nafas dan kembali menyatukan bibir mereka.
"Lana, lo yakinn?" bisik Surya lembut.
"Iyaaahh" jawab Lana mendesah dan membuat wajah mereka memerah.
Ciuman yang panjang membuai mereka menuju sebuah perasaan asing yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
"Lanaa.. ini akan sakit.. kita tidak boleh melakukan ini" bisik Surya pelan.
"Lakukan apa yang udah kita mulai" kata Lana lirih.
"Lo hanya dibawah pengaruh alkohol Lan" kata Surya.
"Gue sadar betul apa yang gue lakukan, Surya" Lana bangun dan mencium lembut bibir Surya lalu melepasnya.
"Aku milikmu " kata- kata Lana membuat Surya tersenyum manis lalu membalas mencium bibir Lana lagi.
"Aku juga milikmu.." kata Surya tersenyum simpul saat melihat mata Lana kembali meredup, membuat senyuman Lana mengembang malu.
"Kelana, kau cantik sekali" bisik Surya menatap lekat- lekat pada wajah Lana.
"Kau laki- laki sempurna untukku" kata Lana melingkarkan tangannya ke leher Surya membuat Surya menjatuhkan tubuh mereka. Dan kembali mencium dalam bibir mungil Kelana.
Diantara gemuruhnya hati, peluh yang kian menyatu dan beberapa kegagalan untuk sesuatu yang susah di tembus, akhirnya jeritan lirih Lana mengakhiri sebuah perjalanan malam panjang mereka.
Darah mengalir hangat dengan telaten Surya meraih sapu tangan miliknya dan menyeka perlahan agar tak mengotori selimut spa. Menyesal ? Tentu tidak, Lana tidak pernah menyesali apa yang telah di perbuatnya, karena kesucian baginya hanya bukti penjagaannya sebagai wanita, baginya wanita baik atau buruk itu bukan dari kesuciannya namun hatinya. Banyak orang yang menjaga kesuciannya untuk pasangannya, namun seiring berjalan nya waktu mereka berpisah ditengah jalan, lalu apa arti kesucian itu sendiri? Banyak orang tidak bisa menjaga kesuciannya entah terpaksa ataupun sukarela, mereka bisa hidup bahagia dengan orang yang tepat tanpa memandang kesucian, toh banyak janda bertemu laki- laki single. Pemikiran Lana memang terbilang modern dan sangat unik, yang menganggap kesucian bukan segala, kebahagiaan bukan ditentukan dari kesucian, harga diri wanita juga tidak terletak pada kesuciannya namun hati, sikap dan perbuatannya.
"Apakah sakit?" tanya Surya menciumi Lana dengan penuh perasaan yang disertai anggukan Lana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Jong Nyuk Tjen
ternyata lana menyerah kan mahkota ny utk surya , pantes aja selama 5 thn surya susah move on dr lana . Kok bs ya surya ga bertanggung jawab selama 5 thn ke lana secara lana ud d bobol oleh surya ?
2023-07-30
1
Diii
ohhh...ternyata segitu munyer kisah cinta dan persahabatan mereka....siapa yg salah siapa yg benar ...tergantung kita menilainya
2023-01-16
0
Fay
lanjut thor 🙄😇
2022-07-20
0