"Om.. Maaf Lana tidak bisa menjawab.. hati Lana terasa hampa.. Lana masih mencari apakah Marvin ada di hati Lana, tapi Lana tak menemukannya" kata Lana.
Deg!
"Apaaaa! Tidak bisa dipercaya! Aku nggak percaya Lan! Kau sangat mencintaiku Lana dan aku juga mencintaimu, kau tak bisa melakukan ini padaku!" kata Marvin marah dengan mencengkeram lengan Lana.
"Vin tolonglah, gue nggak bisa melanjutkan ini semua, gue mau fokus kuliah aja. Nggak ada bedanya Vin kita bertunangan atau enggak, lo tetep nggak bisa menyentuh gue, itu nggak ada bedanya" kata Lana.
"Aku nggak jamin kamu akan bisa fokus atau jangan- jangan kamu sudah menyukai orang lain disana?" kata Marvin memegang erat lengannya.
"Lepasinn gue Vin" Lana bangkit berdiri dan berjalan ke arah pintu.
"Lanaaa!!!!... berhenti !!!!" kata Marvin membenturkan tubuh Lana ke pintu dan Marvin menghantam pintu itu, yang membuat semua berteriak. Marvin mencengkeram kedua lengan Lana dengan kuat membuat tubuh Lana terkurung.
Bruaaaakkkkkk!!!!
"Marviiiiiinnnnnn.....!!!" pak Broto berteriak secara bersamaan.
"Ryaaannnnn......!!!" kata pak Aldi mencegah Ryan.
Pak Broto lalu menelpon istrinya memintanya untuk datang kerumah pak Aldi, dimana Nadya sedang bersama Maryam dan merekapun menuju ke rumah pak Aldi.
"Ma..ma.. Marvin..." kata Lana ketakutan.
"Apa ada yang kamu suka disana selain aku!! katakann!!" bentak Marvin.
Lana menangis dan menggelengkan kepalanya.
"Gue nggak akan menjalin hubungan apapun disana, asal lo tau... Akan gue buktikan kalau gue bisa menjaga hati gue tanpa tunangan bahkan pacaran ama lo.. sama seperti yang gue lakukan selama ini.. gue terlalu baik menjaga hati gue buat orang yang gue sayangi!" kata Lana menatap mata Surya dengan berurai air mata.
"Tatap mata ku Lan! Jadi kamu masih sayangkan ama aku!" Teriak Marvin saat mata Lana melihat ke arah Surya.
"Vin tolong jangan begini" kata Dion.
"Emang nggak bisa lo memperlakukan perempuan dengan baik, haaahh?!" kata Surya mengepalkan tangannya.
"Lo udah berkhianat Vin, gue nggak bisa menjalani ini semua lagi.. Lo dan Maya... kalian berdua adalah sahabat gue.. nggak lebih" kata Lana menghujam jantung Marvin dan membuatnya mencengkeram lengan Lana semakin kuat.
"Nggaak bisaa....!" kata Marvin tertahan, airmata nya jatuh dipipinya dan cengkeramannya semakin kuat.
"Vinnn lo nyakitin Lana!" kata Putra.
"Vin udah Vin..!" kata Teguh.
"Marvin cukupppp... !!!" kata pak Broto.
Lana mendorong cengkeraman Marvin sekuat tenaga, namun sia- sia.
"Tunggulah gue selama 5 tahun kalau lo mau, gue akan belajar memaafkan, merindukan dan bahkan mungkin mencintai lo lagi, akan gue cari cinta lo dan gue bawa pulang ke hati gue" kata Lana.
"Laanaaa..!! kita harus bertunangan dulu, lalu pergilaahhh..!! Lan!! aku mohonnn Lana..!!" Marvin pun menangis. Cengkeraman di lengannya semakin kuat.
"Marvinnn, jangan memaksa....!!!!" kata pak Broto lagi.
"Sampai kamu berani nyakitin Lana, kamu nggak akan abang ampuni Vin" kata Ryan.
"Ryaaannn, tenaaang Yaan!!" kata Pak Aldi menghadang tubuh anaknya.
"Sorry vin gue nggak bisa... Selamat Tinggal" kata Lana. Berontak berusaha melepaskan diri.
"Laannnna!!!... Gue akan menunggu lo!! Gue janji!! Lanaa kembalilahh!!" teriak Marvin mencengkeram lengan Lana dan membenamkan wajahnya di leher Lana.
"Lepasin gueeeeee!!!!" teriak Lana meronta.
"Vin Lo nyakitin Lanaaa!!" kata Dion berusaha melepaskan
"Kalau sampai terluka lo berhadapan dengan gue!!" kata Surya.
"Lepasinnnn gue Vinn!!" kata Lana merontaa- ronta.
"Marvin!!!! Lepaskan Lanaaa!!!" bentak pak Broto.
"Ayah aku mau bawa boneka ku pulang yah.. bantu Marvin yah..!!! Marvin mohon yah!!" kata Marvin.
Lana meronta sampai lemas, tubuhnya merosot kebawah, tanpa sengaja Lana menjatuhkan vas bunga yang ada disampingnya mereka. Lana terduduk dengan dengkul menutupi dadanya dan Marvin ikut duduk dengan terus mencengkeram tangan Lana.
Praaaaaannkkkkk!
Petir menggelegar, hujan benar- benar mengguyur kota itu.
"Vin, gue mohon..., lepasin gue... coba lo berpikir lagi.. apa lo layak buat gue.. setelah apa yang lo lakukan ke gue... lo mengkhianati gue Vin.. apa lo pantas dapat maaf gue.. Vin lepasin gue" kata Lana memohon dengan menangis.
Apa dia tau yang aku lakukan sama Maya, dan beberapa adik kelas? tidakkk!! ini tidak bolehh terjadi!!! Lana milikku. Marvin.
"Marvin bukan seperti itu bicara dengan perempuan!!!!!" kata pak Broto.
"Marvin Winata lepaskan Lana!!" bentak pak Aldi sudah tidak perduli dengan hubungan persahabatannya.
Marvin menahan tubuh Lana dengan dengkulnya lalu melepaskan cengkeramannya. Matanya melihat benda yang bersinar dibawah kaki Lana, pecahan vas bunga.
Dia mengambil pecahan vas bunga itu dan menaruhnya di pergelangan tangannya, semua berteriak histeris saat Marvin melakukannya.
"Marvin!!!" para sahabatnya berteiak secara bersamaan.
"Marvinnn jangan melakukan hal bodoh!" kata pak Broto.
"Diamlah semuanya!! Biarkan aku bicara sama Lana !!" teriak Marvin.
Ryan mendekati Surya dan memberi kode kepada Dion,namun aba- aba dari pak Broto menyuruh mereka menunggu.
"Vin.. jangan lakukann i..innii" kata Lana ketakutan.
"Aku rela mati untukmu Lana, tolong kembalilah dan maafkan aku, kita bertunangan atau kau lebih suka aku tiada hahh!! jangan lakukan ini padaku Lana!! aku tak sanggup!" teriak Marvin dengan airmatanya.
"Bila kita tidak bisa hidup bersama, sebaiknya kita mati bersama Lan" Marvin mendekap kaki Lana yang menyatu dengan pahanya. Tangisan mereka membuat hati orang diruangan itu miris dan mencekam.
Lana mengusap wajah Marvin hatinya benar- benar kelu, Marvin merenggangkan pertahanannya.
"Kita harus bahagia bukan? Membangun mimpi kita.. jangan lakukan ini.. " kata Lana mengambil pecahan vas bunga di tangan Marvin namun Marvin menepisnya.
"Aku akan bahagia bila bersamamu!!" kata Marvin setengah berteriak.
Entah kekuatan dari mana, saat pertahanan Marvin lemah, Lana mendorong Marvin dengan sekuat tenaga. Pecahan kaca itu melukai kaki nya dan telapak tangan Marvin.
Lana berhasil keluar dari cengkeraman Marvin dan berlari meninggalkan rumahnya menerjang rinai hujan sore itu.
"Laaaaanaaaaaa...!!" semua berteriak membuat telinga Lana berdengung, Lana terus berlari tanpa alas kaki dan berlari ke arah gedung DPR menuju jalan raya, tangisannya beradu dengan derasnya air hujan.
"Lanaaa kau akan menyesali ini semua, kau akan melihatku tiada!!" ancaman Marvin melihat Lana berlari meninggalkan rumahnya sendiri.
Marvin terduduk tak dapat menahan tubuhnya, hatinya sangat sakit, airmatanya menetes tak menyangka Lana tak mencintainya lagi.
Pak Broto dengan sigapnya, mengambil pecahan vas bunga dari tangan Marvin.
"Bangunn! daripada seperti ini, Kejarlah kekasihmu, bodoh!" bentak pak Broto.
"Bang.. Lana... " kata Surya ke Ryan.
"Surya, kejar Lana dan bawa pulang" kata Ryan meninggalkan ruang tamu, memanggil pelayan untuk membersihan pecahan vas bunga.
"Dasar anak bodoh!" kata Pak Broto kesal.
"Ada apa ini?" kata Bu Maryam sampai di rumah.
"Tan Lana kabur, saya akan mencarinya dan membawanya pulang, tante tenang aja ya" kata Surya.
"Dion, hubungi orang- orang kita, lihat di cctv jalanan dan beritahu gue" perintah Surya.
"Beres bos" kata Dion mengambil ponselnya dan mulai bekerja.
"Marvin???? Apa yang terjadi?" kata Nadia jongkok memeluk anaknya.
"Ma.. Lana pergi ma.. Lana nggak cinta lagi sama Marvin, Lana nggak perduli lagi Ma" kata Marvin sedih.
"Itulah anak yang kau manjakan, terkadang dia bertingkah seperti perempuan!" kata pak Broto kesal.
"Heeiii! Subroto Winata! bukannya kamu yang selalu menuruti apa maunya?!" kata Nadya dengan tak kalah galak dan pak Brotopun menciut, karena Broto jenis STI; suami takut istri.
Dion meraih ponselnya untuk menghubungi Surya dan langsung terima oleh Surya.
"Halo Surya!! Lana ke arah jalan raya, dia ke arah jembatan merah.... oke.. oke.. gue akan susul kalian" setelah menutup telponnya Dion pamit dan melajukan mobilnya. Diiringi para sahabat yang berpamitan pulang.
Ryan berlari dari dalam rumah ketika mendengar Dion menelpon Surya. Dia ingin sekali ikut mencari Lana, namun dia juga tak ingin meninggalkan ayah dan ibunya bersama keluarga Subroto dalam keadaan seperti ini.
"Dion!! Abang akan tetap berada di rumah untuk menjaga ayah dan ibu, aku serahkan Lana pada kalian, bawa dia pulang secepatnya" kata Ryan menepuk pundak Dion.
"Baik bang, nanti saya kabari perkembangannya" kata Dion.
Sementara Lana menghentikan larinya, kakinya terasa sakit. Darah mengalir dari telapak kaki Lana, membuatnya berjalan pincang.
Hujan terus menerjang ubun- ubunnya membuat kepalanya semakin berat, angin dingin menyerbu tubuhnya, Lana berjalan ke arah warung yang tutup, dia duduk disana berteduh.
Namun badannya limbung tidak bisa menjaga keseimbangan duduknya, Lana terhempas kebelakang.
Saat ambrug tiba- tiba tangan seseorang menangkap tubuh mungilnya. Mata Lana terbuka dan melihat sosok yang sangat dia kenal.
"Surya,.. " kata Lana lirih.
Kenapa lo selalu menjadi bayangan gue? Kemana- mana selalu ngikutin gue dan melindungi gue? Lana.
"Ayo kita pulang... Lo bisa sakit Lan" kata Surya menggendong tubuh mungil Lana ala bridal.
Tapi ini bayangan terakhir lo buat gue, setelah kita berpisah, gue harus bisa melindungi diri gue sendiri. Lana.
"Gue nggak mau pulang, gue takut..." kata Lana mengalungkan tangannya ke pundak Surya dan terisak.
Tak beberapa lama mobil yang dikendarai Dion sampai, Surya menggendong Lana dan memasukkannya ke mobil.
"Sur.. masih ada Marvin di rumah Lana, sepertinya mereka menunggu kita, bagaimana ini?" tanya Dion.
"Bawa ke rumah baru gue aja, disana ada nyokap lagi ngurus pindahan gue, nggak ada yang tau rumah baru gue, baru lo yang tau dan Lana akan segera tau" kata Surya.
Dion melajukan mobilnya ke arah rumah baru Surya yang akan di tempatinya saat kuliah dan bekerja di perusahaanya, mengingat rumah ini sangat dekat dengan Gahardhi Building milik ayahnya yang menjadikan Surya sebagai penerusnya.
Sepanjang jalan tubuh mereka basah, Surya terus memeluk tubuh Lana pun merasa kedinginan. Setelah kurang lebih 30 menit perjalanan, mereka sampai di sebuah rumah besar dengan gaya ekletik eksotik, yang sangat unik.
Rumah itu dibangun seluas 500 meter di atas tanah 1200meter itu, rumah idaman Surya yang akan di peruntukkan untuk membangun keluarga kecilnya nanti. Dan tentu saja, Surya membayangkan Lana yang menjadi tuan rumah nantinya. Design itu juga mencuri dari ide Lana dan diwujudkan Surya.
"Laann.. Lanaa.. bangun Lan, kita sampai" kata Surya menepuk- nepuk lengan Lana yang sedari tadi dipelukannya, Lana tak bergeming badannya lemah lunglai.
"Dionn.. Lana pingsan!" kata Surya panik.
Dion keluar dari mobil dan membukakan pintu membantu Surya mengeluarkan Lana, Surya kembali menggendong Lana dan setengah berlari membawanya masuk ke rumah.
"Suryaaaa... Lana kenapa?!" tanya ibunya.
"Ma tolong Surya, Lana pingsan!" teriak Surya berlarian menggendong Lana.
"Bagaimana ini bisa terjadi" tanya ibunya
"Ma.. ceritanya panjang nanti Surya cerita, cepat tolong Lana Ma!" Surya semakin panik.
"Cepat bawa ke kamar kamu, letakkan di sofa dulu, mama cari handuk siapkan baju ganti buat dia" perintah ibunya. Surya membawa Lana ke lantai dua, meletakkan tubuh Lana disofa panjang.
"Dion cari kotak P3K di bawah" kata Surya. Dion pun bergegas turun
Surya mencari kaos oblong warna hitam, saat seperti ini Lana butuh baju yang menyerap cahaya dan membuat hangat tubuhnya, yaitu warna hitam.
Surya juga pun mengganti semua pakaiannya, celana training biru donker dan baju oblong putih.
Ibu Laras datang setengah berlari di iringi pelayan yang membawa baskom berisi air hangat.
"Wati, tolong buatkan teh jahe jeruk nipis buat tamu tuan" kata Laras memerintah salah satu pelayan.
"Baik nyonya" kata pelayan mengangguk pergi.
Dion masuk membawa kotak obat lalu menyerahkannya kepada Surya.
"Kaliann keluar" kata bu Laras.
"Dion lo keluar" kata Surya.
"Hehh, kamu juga Surya" kata ibunya bangkit berdiri dan menutup pintunya.
Bu Laras melepaskan baju Lana membersihkan tubuh Lana dengan telaten, sesekali dia mengernyitkan alisnya. Setelah membalut lukanya di kakinya, bu Laras memakaikan baju Surya yang tampak kedodoran di tubuh Lana.
"Sur, pindahkan Lana diranjang kamu" kata ibunya membuka pintu.
Surya bergegas mengangkat tubuh Lana dan meletakkannya diranjang lalu memyelimutinya. Dia memandangi wajah pias Lana.
Gue bahkan belum pernah tidur disini, Lana. Gue bahagia Lo yang pertama kali tidur disini dan Gue harap menjadi yang terakhir, ini rumah kita nanti Lan.
Aah lo bahkan sudah menolak gue dua kali. Batin Surya.
"Dion masuklahh,... apa kata bang Ryan? Apa Marvin belum pulang?" tanya Dion masuk dan mengikuti Surya duduk di sofa.
"Belum, Marvin menunggu Lana pulang" kata Dion.
"Vin, sini dulu mama mau bicara sama kamu" kata bu Laras.
"Lo disini aja, jagain Lana Yon.." kata Surya bangkit berdiri
Surya menuju ruang sebelah kamarnya, yaitu ruang kerjanya.
"Apa yang terjadi dengan Lana? Apa Marvin melakukan sesuatu yang buruk? Tubuh Lana ada.. itu.. di dadanya.. dan perutnya.. ituu ehmm.. apa Marvin melakukannya? apa dia diperkosa?.. apa.. dia.. kasian sekali Lana" kata bu Laras tidak sanggup menuruskan.
Surya terperanjat, dia tak tau harus bagaimana menjawabnya, Surya lupa ada kissmark darinya di tubuh Lana.
"Heeiii... kenapa melamun.. Apa yang terjadi dengannya.. apa kamu tau, kenapa dia pingsan? Marvin harus bertanggung jawab atas Lana, ini tak bisa dibiarkan" tanya mamanya lagi.
"Ma.. tenang lah.. dengerin Surya Ma.. ini tak seperti yang mama bayangin.. Aduhh mama jangan keras- keras" kata Surya panik.
"Tapi ditubuhnya ada bekas itu Sur. aduhhh pasti anak itu sudah melakukan sesuatu kepada Lana" kata mamanya lagi.
"Apa seperti ini, Ma?" tanya Surya., sambil membuka kaosnya memperlihatkan kissmark di dadanya, membuat Laras terperanjat dan membungkam mulutnya.
Surya memeluk tubuh laras dan memohon
"Ma.. tolong Surya ma.. hukum Surya nanti.. maafkan Surya ma.. jangan katakan ini pada siapapun, berpura- puralah tak tau apa- apa pada Lana" kata Surya menghiba.
"Jadi kamu pelakunya? Apa kalian... ehmm di gudang itu.. apa kaliann...." Bu Laras membungkam mulutnya lagi.
"Ma dengerin Surya Ma.. semua keinginan kita berdua tanpa paksaan dan bahkan Lana sendiri yang ehm.. memintanya.. Surya normal Ma... Surya nggak bisa nolak.. semuanya terjadi begitu saja.. maafkan Surya ma.." kata Surya.
"Kamu harus bertanggung jawab pada Lana, awas kamu Surya.. huhhhh " kata Laras sambil menjewer telinga anaknya.
" Aduuhhh Ma.. nanti Surya jelasin Ma.. pokoknya mama harus dukung Surya apapun itu ya maa.. janji ya ma.. Mama harus pura- pura nggak tau ma, kalau Lana tau bahwa mama tau, Surya bisa kehilangan dia ma.. ini rahasia kita berdua yang harus kita jaga.. Mama tau kan Surya sangat mencintai Lana" jelas Surya memegangi telinganya yang memerah.
"Apa Lana mencintaimu, kamu harus menikahinya!" tanya ibunya.
"Mama tau kan Lana labil ma, kadang dia merasa jatuh cinta sama Surya, tapi dia menyerahkan kesuciannya ke Surya ma.. Maa, tolong jangan marah kepada kami, Lana akan mencintai Surya melebihi Surya ma, Surya yakin itu" jelas Surya lagi.
"Lana tidak mau menikah ma, dia ingin ke melanjutkan kuliahnya, Surya akan menjaganya dari jauh, apapun akan Surya lakukan selama Lana di ibukota, Mama percaya kan sama Surya?" kata Surya disambut anggukan mamanya.
"Hmmm.. dulu juga papa mu mengambil dulu milik mama.. hihihi.. " kata bu Laras terkikik merestui.
"Aahhhh mama.. terima kasih atas dukungannya ma.. Surya akan menjaga Lana" kata Sùrya memeluk mamanya.
"Aaaaaaaaaa...
Jeritan Lana mengaget kan Surya dan membuatnya berlarian menuju kamarnya.
"Dionnn kenapa... " teriak Surya panik.
"Ga tauu, gue juga kaget dia teriak" kata Dion
"Gue dimanaa.. baju gue.. ini kenapa.. kaliannn" Lana menutup dadanya dengan selimut. Lana menggunakan kaos oblong longgar, namun tak mengenakan underwear.
"Tante yang ganti baju kamu sayang" Laras masuk kamar membawakan satu teko kecil berisi teh,jahe dan irisan jeruk nipis.
"Tantee... " kata Lana langsung berhamburan memeluk bu Laras ketika sampai ditepi ranjang. Surya bahagia melihat kedua wanita yang dicintainya begitu akrab.
"Ayo udah.. minum jahe ini" kata bu Laras
"Mau peluk tante dulu, nanti Lana nggak ketemu tante lama hiks, Lana pasti kangen hiks" kata Lana menangis.
"Lhoo lhooo.. kok nangis... aduhh kesayangan tante.. kalau takdir kita ketemu pasti ketemu, sayang.. " kata bu Laras melepaskan pelukan Lana dan mengusap rambut dan wajah Lana.
Bu Laras menuangkan ke cangkir dan di sodorkan kepada Lana.
"Nih ayo minum, biar kamu nggak masuk angin.. badan kamu anget nih.." kata bu Laras lagi.
Pelayan masuk dan membawa trolly berisi beberapa makanan dan minuman.
"Nah makanan kalian sudah datang, ayo kalian makan dulu, tante mau belanja isi kulkas sekalian baju buat kamu ya, Lan.. Kamu santai aja disini.. ayo kamu makan yang banyak" kata bu Laras.
"Momm.. mau dianterin Dion apa pak Min" kata Dion
"Kamu aja yukk.. Ada yang pengen Mom tanyakan sama kamu dan kamu Surya.. jawab chat mama buruan... bye Lanaa tante pergi bentar ya" kata bu Laras dan Lana pun mengangguk.
Surya tersenyum simpul melihat chat mamanya.
'Ukuran bra Lana kamu tau dong harusnya?'
Surya membalas dengan senyum nakalnya.
"Kenapa Sur?" tanya Lana.
"Nyokap nanya ukuran bra kamu,.. eehhh.. ehm. makan yukk.." kata Surya keceplosan.
Lana turun dari tempat tidur dan duduk di sofa, Surya berdebar melihat Lana memakai kaos oblong miliknya yang kedodoran sampai diatas lututnya.
Lana grogi dan risi karena tak memakai underwear, dia berjalan sambil menarik kaosnya dan sesekali memegangi dadanya karena tak memakai bra.
"Eheemm.. ehmm.. lo mau makan pakai apa Lan.. pakai ikan atau ayam goreng udang atau cumi" kata Surya berusaha menguasai dirinya, melihat penampilan dirinya. Surya mengambilkan sepiring nasi, menuangkan semangkok sup.
"Semuanyaa.." kata Lana nyengir. Surya tersenyum lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Nacita
eh s ibu malah curhat 🤣
2024-10-01
0
Nacita
hukum surya bu, hukummmm🤣
2024-10-01
0
Yuniki E𝆯⃟🚀
Surya
2022-08-17
1