Perasaan Tak Terbendung (Kelana Dan Mataharinya)
Aku kembali lagi ke kota ini, kota yang penuh misteri yang menggugah sekeping hati ku yang hancur, bagiku kota ini hanya paparan luka yang tiada henti menghantui. Bus yang aku tumpangi perlahan memasuki kota yang menghadirkan sejuta rasa. Setelah ku tinggalkan 5 tahun lalu, kota ini masih sama suasananya, hanya beberapa cafe kecil bermunculan disini, tidak ada penambahan yang cukup signifikan.
Sepertinya pemerintah daerah lamban menangani infrastruktur disini. Pikiranku menerawang jauh
Mungkin karena badan ku lelah setelah 16 jam perjalanan darat yang panjang, sesampainya di gedung DPR di kota ku, aku meminta sopir bus menurunkanku mengingat rumahku posisinya tak jauh di belakang gedung tersebut. Seharusnya aku naik ojek atau aku minta jemput adik atau abangku tapi ku putuskan untuk berjalan kaki saja, lelah perjalanan ku selalu duduk selama di bus, sebaiknya aku berjalan kaki saja. Aku menyusuri sepanjang jalan ini, jalan yang selalu kulewati dengannya penuh canda tawa dan bagiku di sertai debaran indah.
Setelah sekitar 15 menit aku berjalan tak terasa sampai juga aku di rumah dan ku ketuk perlahan pagar dengan gembok terkunci yang tergantung di slot pintu pagar. Perasaanku mulai berkecamuk.
Aku melihat pintu rumah mulai terdengar dibuka kuncinya dari dalam, aku melihat sosok yang tak asing dia yang selalu ku rindukan, aku butuh pelukannya dan berharap tercipta berjuta kedamaian dan kehangatan. Dia adalah ayahku.
"Lanaaa.. kamu pulang? Duh Gusti kamu kok ga bilang sama ayah kalau kamu pulang" berlari kecil sambil mencari serenceng kunci gembok.
"Iya yah, biar jadi kejutan "Lana berhamburan langsung masuk kepelukan ayah.
"Biar Lana peluk ayah yang lama yah.. Lana kangen ayah" Lana masih memeluk erat ayahnya.
"Aah manja mu kok ga ilang - ilang sih Lan" menyambut pelukan anaknya masih di depan pagar.
"Ini sampai kapan kira - kira kita disini Lan, kamu nggak kepanasan ? kamu nggak mau masuk?" sambung ayahnya.
"Maaf yahh, ya udah ayo masuk " Lana melepaskan pelukan eratnya. Ayahnya pun kembali mengunci pagar kemudian mereka bersama memasuki rumah.
Aku langsung menuju dapur mancari keberadaan ibu ku, jam segini ibu pasti sedang menyiapkan makan siang, aku lupa meletakkan tas ranselku.
"Mbok ya dilepas dulu tas ranselmu, ga capek apa kemana - mana di gendongin?" ayahku akhirnya melepaskan tas ku dan di letakkan di kamar ku.
"Yaa-.." Lana memanggil ayahnya
"Ibumu lagi pergi ke rumahnya bu Broto, ini ayah mau jemput, kamu inget to bu Broto, ibu nya Marvin? " ayahku tiba - tiba memotong pertanyaanku, ayahku tau aku pasti akan menanyakan keberadaan ibu.
"Ngapain kesana yah?" sambil buka kulkas dan mengambil sebotol air putih dingin dan ku tuang ke dalam gelas.
" Ibu mu di minta tolong bantuin masak - masak, buat acara tahlilan nanti malam ?" ayah memakai jaket yang berada tak jauh darinya.
Deg
" Hah?! tahlilan? siapa yang meninggal yah?" Aku berhenti menuangkan botol air minum di dalam gelas.
"Papanya Marvin udah meninggal Lan, kena serangan jantung, hari ini tepat 40 hari kepergian Pak Broto"
"Ya ampun, semoga amal ibadahnya di terima di sisi Tuhan. Marvin pasti sedih " gumamku sambil meneguk air minum dingin.
" Abangmu pulang malem, adikmu lagi nginep di rumah nenek, besok ayah jemput. Sebentar ya, ayah mau jemput ibumu dulu, kamu istirahat dulu jangan kemana - mana" kata ayah seraya mengambil kunci mobil.
" Apa ga sebaiknya aku ikut ke rumah Marvin yah, setidaknya untuk memberi ucapan bela sungkawa ke Marvin dan keluarganya?" Aku mengekor langkah Ayah menuju garasi.
" Nduk cah ayu.. sebaiknya jangan dulu, jangan membuka luka lama, Marvin sudah bertunangan dengan adiknya Sita " Ayah membuka pintu pagar lebar - lebar dan mengeluarkan mobilnya.
Deg !
Rima? jadi Rima gadis beruntung itu?
" Ayah ga lama ini, kamu tutup pagarnya terus di kunci, sebaiknya teman - teman kamu jangan tau dulu kalau kamu pulang, Lan" sang Ayah melajukan mobilnya menuju rumah Marvin.
Aku tidak menyahut perkataan Ayah dan akhirnya aku mengunci pagar dan masuk ke dalam rumah, pintu pun aku tutup dan menguncinya dari dalam. Itu sudah menjadi kebiasaan keluargaku, maklum rumah kami di pinggir jalan raya utama kota, Ayah dan Ibu merasa was - was bila pagar dan pintu tidak di kunci.
Aku merebahkan badanku di kamar ku dulu, yang kini di tempati adikku, kamar ini tidak banyak berubah, the best fotoku, foto keluarga dan foto-foto ku bersama teman - temanku masih tergantung disana, lemari dan meja belajar di dekat jendela juga masih sama posisinya.
Aku memandangi langit - langit kamarku, 5 tahun terasa lama sekali mungkin karena aku menjalani hidupku dengan penuh beban. Aku rindu diriku yang dulu ceria dan tanpa beban, setelah wisuda sarjana ekonomi aku langsung bekerja di tempat magangku saat kuliah. Akhirnya aku di angkat karyawan tetap di sebuah Perusahaan export import yang cukup kenamaan dengan jabatan Accounting Public, semua telah kucapai dengan mudah tapi entah mengapa aku tetap saja merasa hidupku belum mencapai apa - apa. Bukan kah ini arti masa depan yang sesungguhnya? bukan kah cita - cita ku sejak SMA telah tercapai ?
Drrrrtttt.... Drrrtttt.
Ponsel lama ku bergetar, sepertinya ada pesan masuk dan aku buru - buru membukanya.
'Gaya lo ga berubah ya Lan, tapi lo tambah cantik, ga nyangka gue lo jadi cantik banget, pasti lo di kota metropolitan selalu perawatan ya Lan'. Surya
Deegg. Deeegg
Kok surya tau ya aku pulang, apa jangan jangan dia melihat ku tadi. Duh males banget deh nih bocah, kenapa surya sih yang selalu nongol duluan , selalu aja jadi orang yang tidak di harapkan hadir ! Males jawab.
Kuletakkan ponselku dan mengacuhkan pesan Surya, aku perlahan memejamkan mataku. Sosok demi sosok sahabatku dimasa SMA bermunculan di kepalaku.
Sita, Maya, Dion, Marvin, Teguh, Putra, Surya, apa kabar mereka semua? apakah kalian baik baik saja? apakah kalian bahagia semenjak kejadian itu? semenjak kejadian itu kita saling menjauh dan berusaha saling melupakan kecuali si kunyuk satu ini.
Drrrtttt. Drrrtttt.
Ponselku menunjukkan ada pesan masuk lagi, dengan malas malasan aku buka pesan lagi.
'Apa sebaiknya gue panjat pager samping rumah lo ya Lan? terus ngadem di kamar lo, kaya jaman SMA dulu. Kalau gue nanya langsung pasti lo jawab cepet, kalau lewat ponsel lama lo' bocah kunyuk itu lagi.
'Apaan sih Sayur, ganggu aja lo. Tau dari mana lo gue balik?' aku terpaksa membalas pesan Surya, dari dulu aku selalu memanggilnya Sayur, semacam acak kata dari namanya.
' Gue liat lu jalan di samping gedung DPR, gue mau negur lu takut salah, gue pangling banget soalnya, lo tambah cakep aja Lan and sexy pula' balas Surya lagi.
'Eh Sayur, mata lo ada lasernya ya, tau aja gue lewat. padahal gue udah pake topi pake kacamata, masih aja lo ngenalin gue' Balas ku
'Hahaha selalu ada laser cinta buat lo Lan di mata gue.. sapa aja yang udah tau lo dateng Lan?' balas Surya lagi.
'Kayanya lo doang deh, gimana kabar temen temen Sur? kata bokap gue, Marvin udah tunangan ya ama adiknya Sita?' tanyaku penasaran.
'Selalu Marvin yang lo tanyain duluan, masih aja tuh cinta lo pendem pendem? tumbuh kaga berbuah juga kaga, ga membusuk tuh di hati lo?' Bales Surya menusuk tajam, dari dulu Surya kalau ngomong memang luar biasa pedes kalau menyangkut sesuatu yang prinsip dan perihal kebenaran yang menurut dia benar.
'Aauuu ahh.. males banget chat ama lo, bye !' balesku ketus
Dan ponsel lamaku pun bergetar panjang tanda telpon masuk, Surya masih sama seperti yang dulu bila chat ku ada kata 'bye' Surya pasti langsung telpon, dan seperti biasanya aku angkat telpon Surya di penghujung panggilan.
Hobi nelpon nih Sayur.
"Hmmmm.. apaan" kataku datar.
"Lan, apa kabar.. lama banget ga denger suara lo, buseett gue kaya di padang pasir terus di guyur air segalon Lan" Surya terlihat girang.
"Kabar gue baik lah, jawab dong chat gue tadi, itu Marvin bener udah tunangan ama adiknya Sita?" kataku penuh selidik.
" Yaelaahh gue kek Lan lu tanyain kabarnya.. dia mau nikah kalo ga salah sehabis 100 hari bokapnya, lo bener-bener menghilang ya Lan dari peredaran " tanya Surya lagi.
"Gue selalu yakin lo baik baik aja Sayuuurrr.. rugi nanya kabar lo.. eh sayur, itu kok bisa Marvin ama adiknya Sita sih, bagaimana cerita itu" aku mencoba menanyakannya lagi.
"Perhitungan banget deh lu ama gue.. itu ceritanya panjang Lan.. itu enaknya ngobrol aja.. gue tau lo ga bakal bisa keluar rumah, pasti lo hari ini di kekepin ama keluarga lo, gimana kalau besok kita ketemuan makan siang Lan?" jawab Surya.
"ehm.. Dima-.
thekkk theekkk theekkk theeekk
" Lan.. Lanaaa. buka pagernyaa " suara ayah dan ibunya dari luar.
"Sur, udah dulu yaa.. kita chat aja " kata Lana.
"Iyaaa yahhh " teriak Lana kepada ayahnya.
"O- . Surya belum sempat menjawab tiba tiba telpon di matikan Lana.
Dasar Lana, dari dulu ga pernah berubah. Lan, gue kangen sama lo ! batin Surya menggelora.
***
"Kamu ini bisa ga sih Lan, kalo pulang ngabarin dulu? kamu dari jaman kuliah sampai udah kerja kalau pulang kok hobinya tiba-tiba" Lana masih bergelayut manja di pundak ibunya dari belakang, memperhatikan ibunya membuka beberapa bungkusan dari rumah keluarga Marvin, wangi masakannya menggelitik perut Lana.
"Ibu ini kebiasaan kalau anaknya pulang malah di omelin, harusnya seneng bu anaknya pulang " kata sang ayah sambil menarik kursi di meja makan, kemudian duduk.
"Bu, itu masakan ibu? enak banget bu kayanya, Lana mau dong bu, Lana kangen masakan ibu " kata luna masih gelayutan di pundak ibu nya.
"Ibu kan masaknya ramean Lan, ihhh kamu sana Lan duduk sana, ibu risih kamu nempel kaya cicak gini " kata ibu ngusir halus dari gelayutan Lana.
"Aah ibu kalo di gelayutin ayah ga risih " kataku menarik kursi di meja makan di samping ayah.
"Wah ibu mu malah ketagihan terus Lan " kata ayah sambil nyruput teh yang telah tersedia di meja.
Iiihhh.. jijik banget sih ayah. Dalam hati Lana.
"Hahaha ayah bisa aja.. " kerling ibu ke Ayah.
"Istri itu ga boleh nolak suami kalau suami mau manja-manja, kalau nolak nanti suami bisa melukin janda Lan" kata ibu lagi.
Kreeesss kriuuukk kriukk. Lana melahap krupuk, yang ada di meja.
Dihh.. sunat aja bu kalo ayah gitu. Batin Lana.
"Dihh apaan sih bu, bikin geli aja" kata Lana bergidik pelan.
"Ah kamu belum tau aja rasanya, makanya buruan cari pacar Lan, biar kamu ga beku gitu" kata ibu sambil menuangkan nasi dan lauk di piring ayah.
" Udah ga usah dengerin kata-kata ibumu, ayo kita makan aja Lan, pacar ga penting yang penting berkarya Lan" kata ayahnya sambil menyuap nasi.
Keluargaku memang terkenal asik di mata sahabat-sahabatku, itu karena ayah dan ibu ku tak sungkan mengumbar kemesraan mereka tapi masih dalam bentuk sewajarnya, dengan di selipkan petuah-petuah untuk menjalani bahtera kehidupan.
Kami anak-anaknya tak heran melihat Ayah yang tiba-tiba mencium pipi ibu bila ayah di masakin makanan kesukaan ayah atau tiba-tiba ibu mencubit hidung ayah atau pipi ayah ketika ibu merasa di goda ayah, kadang itu membuat kami risih berkolaborasi dengan cemburu tapi kami cukup bahagia melihat mereka bahagia.
Gelak tawa di meja makan inilah yang selalu aku rindukan bila aku jauh dari mereka, belum lagi di tambah abangku Ryan dan adikku Lila bila kita semua berkumpul, akan jadi kolaborasi yang sangat rame mengalahkan group arisan emak-emak.
Sendau gurau di sela-sela makan ini yang selalu menghangatkan keluargaku, tak terasa acara makan siangku dengan mereka pun selesai, aku segera membereskan piring-piring kotor dan segera mencucinya, setelah selesai aku kembali ke meja makan dimana ayah dan ibu belum juga beranjak dari sana, aku kembali dengan plastik untuk kulit mangga, pisau di tanganku dan sebuah piring kosong karena aku melihat buah mangga yang sudah matang bertengger di keranjang buah, aku yakin ini dari kebun belakang rumah.
"Sekarang cerita ke ayah, kamu pulang dalam rangka apa?" tanya ayah tiba-tiba. Ayah sangat mengenalku dengan baik, tau betul bagaimana kegundahan hatiku, Ibu cukup menyimak dan menunggu jawabanku.
"Lana diminta audit salah satu anak perusahaan di sini yah, cuma 3 hari kerja targetnya tapi Lana mau lama-lama in aja plus Lana mau ambil cuti 5 hari. Lana bosen disana.. rasanya Lana ingin tinggal disini lagi, Lana selalu resah disana belakangan ini dan pengen pulang aja, nih hati Lana udah tenang aja yah.. kaya hati ama nyawa kembali menyatu gitu yah" kataku panjang kali lebar dengan asik mengupas mangga, diawal serius dan berakhir cengengesan.
"Halah Lan, kamu ini cuma kangen Marvin" celetuk ibu yang hampir membuatku tersedak.
" Lupakan dia, Lan... Marvin udah bertunangan sama adiknya Sita itu lho, si Rima" lanjut ibu.
"Denger-denger karena kecelakaan Lan, kepergok di kamar apa gimana gitu" tambah ibu lagi.
Hatiku kok masih sakit ya ngedengernya, tapi mau gimana lagi, waktu ga bisa diputer lagi. Batin Lana.
"Sejak kapan ibu jadi tukang gosip gini" kata Ayah
"Udah Lan ga usah di dengerin gosip murahan ibu mu" kata ayah kepadaku.
"Ini santer di arisan ibu yah, kebenarannya ya hanya mereka yang tau " ibu membela diri.
Apakah bener begitu? kenapa hatiku kaya di iris begini sih. Marvin, kenapa susah sekali melupakanmu? Pengen nangis tapi rasanya ga pantes. Apa ini yang membuatku resah belakangan ini? karena Marvin bertunangan?
"Lan itu pisaunya tajem lho, jangan sampai mengiris nadimu, potong mangga yang bener" ledek ibu membuyarkan lamunanku.
"Apaan sih bu " aku cemberut di sambut gelak tawa ayah dan ibu, ledek-ledekan udah menjadi makanan sehari-hari di keluarga ku.
"Besok ayah dan ibu mau jemput Lila ke rumah nenek, kamu mau ikut enggak Lan?" tanya Ayah
"Enggak yah, besok Lana kayanya mau ketemu Surya dan temen-temen yang lain mungkin" kataku sambil memotong mangga yang telah berhasil aku kupas.
"Bagus deh Lan, biar ayah dan ibu pacaran berduaan tanpa gangguan, ya yah ?" kata ibu kepada ku dan ayah
"Marvin juga ikut Lan? Ati-ati ya Lan, jangan sampai bikin cemburu si Rima, kata Bu Broto Rima itu anaknya cemburuan Lan, apalagi bu Broto masih berharap kamu jadi menantunya Lan" sambung ibu lagi.
Ibu tahu banget lah aku juga pengen jadi menantu keluarga Subroto, aku menyukai Marvin dari kecil, tapi entahlah aku harus berhenti menyukainya karena keadaan. Perang batin Lana kembali terjadi.
"Ga tau bu besok, yang tau aku pulang kan cuma Surya bu" jawabku.
"Emang kamu ngabarin dia Lan " tanya Ayah.
"Enggak yah, Surya liat Lana pulang kemarin" Jawabku.
"Hahahah Surya mah saben hari lewat depan rumah Lan" sahut ibu lagi.
"Masa sih bu, kan rumahnya ga nglewatin rumah kita bu seharusnya" tanya ku heran. Ada getaran aneh tiba-tiba menggelitik hati ku.
"Lana, kamu tau ga istilah kalau kangen atau cinta itu, liat genteng rumahnya aja udah bahagia, Surya mungkin kaya ayah dulu Lan, liat sendal jepit ibu mu aja udah seneng" kata ayah polos, membuat aku dan ibu tertawa terbahak-bahak.
"Ga mungkin Surya sampai segitunya yah" aku masih tertawa terpingkal-pingkal.
"Surya itu sampai sekarang masih menjomblo kaya kamu lho Lan, sampai-sampai mau di jodohkan sama gadis kampung saudara jauh ibu nya" kata ibu
"Apaaa!!" tawaku tiba-tiba berhenti dan aku spontan berteriak.
"Biasa aja dong Lan, ga usah bikin jantungan" kata ayah ngelus dada.
"Hahahaha maaf yah, aku ga percaya si kunyuk itu mau laku" jawabku getir.
"Kalau Surya jadi nikah, tinggal kamu lho Lan yang jadi obat nyamuk kalau reunian" ledek ibu lagi.
"Enggak bisa bu, dia harus jadi manusia terakhir yang nikah, bukan Lana" kataku nyaris emosi.
Surya, awas aja lo sampe nikah duluan! . batin Lana
Dari ketujuh sahabatku memang tinggal aku, Marvin dan Surya yang belum menikah. Sebentar lagi Marvin yang akan menikah, kalau Surya menyetujui perjodohan itu dan apa kabarnya dengan aku? siapa kelak jodohku nanti? Pacaran saja enggan rasanya, entahlah... Bukan karena tak laku, banyak banget cowok yang mendekatiku ketika aku kuliah di kota metropolitan, belum teman kerja ku di departemen keuangan yang datang silih berganti tapi tak satupun yang ku tahan, mereka semuanya ku biarkan pergi.
Entahlah apa yang aku rasakan, apakah aku sudah mati rasa ataukah aku selalu menganggap diriku tak layak. Apakah aku masih terjebak di kejadian 5 tahun yang lalu? Umurku semakin bertambah dan cap 'Perawan Tua' akan segera bersemayam bila aku masih belum bisa membuka hati ku. 5 tahun yang lalu, rasanya aku ingin kembali kesana memperbaiki semuanya, tapi itu tidak mungkin.
Ehmm Surya.. ehh mana ponsel ku.
Lana setengah berlari meninggalkan meja makan dan menuju kamarnya, teringat pembahasan terakhirnya dengan Surya.
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangkuu yaa Reader Tersayang. 😘😘🥰🥰💕💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Lin Frie
aku baca ulang thor g bosen..
2024-11-22
0
Dwisur
masuk lagi untuk yg ke 2 kali...i love you Thor
2024-09-15
0
Najwa Aulia Salsabila
sudah 3 kali baca sampe tamat, tapi masih aja kangen
2024-08-14
1