Lana keluar kamarnya dengan sackdress biru navy berbahan sifon dengan perpaduan bunga-bunga kecil berwarna putih diatas lutut, Lana memadukan flat shoes putih dan tas berslempang berwarna senada dengan sepatunya, make up tipis serta rambut tergerai indah membuatnya orang yang melihatnya terpesona.
Surya tak berkedip melihat penampilan Lana, terlihat sangat anggun dan dewasa, wangi parfum yang keluar dari tubuh Lana menyeruak membuatnya menahan gejolak di hatinya.
Surya mengenakan kaos putih polos di balut kemeja jeans pendek biru langit yang dibiarkan begitu saja tanpa di kancing dan celana jeans coklat mocca dipadu sepatu slip on coklat tua, satu kata buat mereka yang melihatnya 'Serasi', Lana sesungguhnya pun sedari tadi sarapan memperhatikan Surya dan mengaguminya diam - diam.
"Suryaaa, ini mobil baru lo? wah keren banget nih" tanya Lana terkagum melihat mobil sport Surya yang terparkir di luar rumahnya.
"Iya lo baru liat ama baru naikin mobil gue, ini udah lama 3 tahun yang lalu belinya" jawab Surya membukakan pintu depan buat Lana.
Mereka berangkat menuju rumah Marvin tapi sebelumnya mereka mampir ke toko bunga, toko parcel buah dan toko kue sebagai hantaran ke rumah Marvin.
Banyak pasang mata melihat pasangan ini, entah Surya atau Lana yang jadi pusat perhatian, tapi Surya selalu bersikap protektif ketika Lana di sampingnya.
Mereka meninggalkan toko-toko itu dan segera menuju rumah Marvin yang sudah tidak begitu jauh. Saat di dalam mobil Lana sangat menikmati perjalanan dan nyamannya mobil Surya.
"Sapa aja yang udah lo masukin ke mobil lo nih" tanya Lana tiba-tiba.
"Gue... terus elo deh" jawab Surya
"Selama 3 tahun? Jangan ngaco deh lo" kata Lana tak percaya.
"Gue orang yang ga pernah bo'ong kan ama lo?" jawab Surya.
"Eeh cerita dong... kata nyokap, lo di jodohin itu bener? masa calon lo nggak pernah naik mobil ini" tanya Lana lagi.
"Yang pasti kalau di mobil ini, baru cuma elo" kata Surya.
"Ohh di mobil lain banyak ya? Gue ga mau naik mobil lo yang laen kalau gitu" kata Lana.
"Laah kenapa emangnya?" tanya Surya heran.
"Banyak kumannya, ntar gue terkontaminasi" jawab Lana tak suka.
"Hahahahah.. padahal lo tau sendiri kan gue orang yang paling bersihan" Surya tergelak dan tak mengerti kenapa Lana bersikap seperti ini.
"Cerita dong tentang calon lo" pinta Lana.
"Nanti aja ya Non, karena kita udah sampai" kata Surya membuat jantung Lana kembali berdebar.
Tak terasa sudah satu jam waktu terlewatkan semenjak mereka meninggalkan kediaman Lana.
Deg. Deg. Deg. Deg
Jantung Lana berdegup kencang, aliran darahnya gerak cepat, sekujur tubuhnya terasa panas namun wajahnya tampak pias.
"Ayo turun" kata Surya. Namun Lana diam tak bergeming, matanya menatap rumah megah Marvin yang terlihat baru dicat suasananya tak berubah, kemegahannya masih terlihat jelas, hatinya kembali menghangat dengan percikan-percikan api cintanya yang menoreh kecewa.
"Laaannnn ! ayo turun malah bengong, jadi nggak nih" kata Surya berhasil membuatnya kaget bukan kepalang.
"Ya ampun... Sayur kok lo ngagetin sih, mau copot nih jantung gue" kata Lana gelagepan.
"Lo bengong makanya kaget, orang udah gue suruh turun dari tadi" kata Surya.
Lana pun membuka pintu lalu turun dari mobil yang di tumpanginnya, kakinya susah digerakan seperti terpaku di tanah.
Surya mengeluarkan bunga dan barang bawaannya dan di serahkan kepada Lana sebagian, tangan Surya menarik lengan Lana agar dia bisa berjalan dengan sewajarnya, karena Surya tau tubuh Lana gemetar.
Mereka berjalan ke halaman dan sampai di depan teras, rupanya tumpukan karpet masih tersusun disudut teras rumah mengingat baru semalam di adakan tahlilan, pintu dalam keadaan terbuka dan terlihat lalu lalang beberapa orang membersihkan sisa acara semalam. Mereka hendak mengucapkan salam mendadak terdengar suara yang sangat khas.
"Lanaaaaa! astaagaaa... ini lo Lan?? Ya ampun apa kabar?" pemilik suara itu tak lain adalah Sita.
Mereka berhamburan berpelukan melepas kerinduan.
"Gue dianggurin nih" kata Surya.
"Hahaha... bosen gue mah liat lo mulu Sur, kita mah sering ketemu" kata Sita.
"Gue nggak nyangka ketemu lo disini Sit" kata Lana setengah tak percaya.
"Iya gue bantuin tante Broto, padahal gue ketemu nyokap lo kemaren, kok nggak cerita ya kalo lo pulang" kata Sita.
"Nyokap nggak tau kalau gue pulang" jawab Lana.
"Ayo masuk, tante Broto ada di dalam" ajak Sita.
Merekapun melewati ruang ruang tamu menuju ruang tengah dimana Bu Broto berada.
Rumah ini masih saja sama, dulu mereka sering kerumah Marvin, bolos bareng, nongkrong di balkon atas ngobrol ngalor ngidul sampai lupa waktu.
Lana tertegun dengan sebuah foto yang di figura tapi tidak di tempel di dinding, Lana ingin menangis rasanya melihat foto itu, foto pre-wedding Marvin dan Rima adik Sita, pantas Sita disini ternyata selama ini mereka sangat dekat.
Melihat itu Surya yang tadinya berjalan di belakang Lana dengan sigapnya menyejajarkan langkahnya sampai di samping Lana sehingga menutupi pandangan Lana ke arah foto itu.
Lana melihat sikap Surya merasakan bahwa sikapnya itu adalah peringatan 'everything will gonna be okay'. Lana menatap Surya dan tersenyum sangat tipis nyaris tak terlihat tapi matanya mengisyaratkan rasa terima kasih.
"Lanaa.. kamu kapan datang sayang? Tante kangen sama kamu, ini bener kamu kan, kamu semakin cantik banget" kata Bu Broto dari jauh dan berjalan menghampiri Lana.
Namun langkahnya terhenti ketika tiba-tiba terdengar pintu yang dibuka kasar lalu ditutup kasar dari lantai dua kemudian terdengar langkah kaki yang berlari ke arah tangga.
Dan itu adalah Marvin! Beberapa detik Marvin terdiam di tangga seperti sedang memastikan bahwa ada yang memanggil Lana, kemudian berlari berhamburan menuju ke arah Lana lalu menarik Lana ke dalam pelukan erat Marvin, sangat erat sampai Lana terlihat kaku tak bisa menggerakkan badannya dan kesulitan bernafas, buket bunga dan parcel buah yang ada di tangan Lana pun terlepas begitu saja dari tangannya.
Marvin memejamkan matanya dan terus memeluknya seakan tak ingin melepaskan Lana, semua di ruangan itu seolah tersihir membeku tak bisa bergerak melihat pemandangan di luar dugaan itu.
Semula semua orang menduga Marvin akan mengusir Lana atau memakinya bahkan menyeretnya keluar dari kediamannya tapi ini tidak, wanita yang nyaris menjadi tunangannya itu tiba-tiba di peluk seerat-eratnya. Hati Lana pun menjadi terguncang.
Perasaan tak percaya menyelimuti semua yang ada di ruangan itu, wanita yang dulu sangat di cintai Marvin datang setelah sekian lama, membawa luka yang mendalam di hati Marvin dan keluarganya.
Airmata Lana mengalir perlahan, kehangatannya menembus baju yang dipakai Marvin, sedangkan airmata Marvin membasahi rambut Lana, sesekali menciumnya dengan perasaan mendalam. Ini sungguh mengejutkan!
"Lana, aku sangat merindukanmu, kenapa kamu menghilang begitu saja, aku sangat merindukanmu" bisik Marvin mendekap erat tubuh Lana.
Tenggorokan Lana seperti tercekik tak mampu mengeluarkan satu kata pun, sementara Surya bingung mau berbuat apa, baru akan melangkahkan kaki nya ke arah Lana tiba-tiba terdengar suara seorang wanita dari arah tangga.
"Sayaang kamu ngapaainnnn? siapa dia? " suara dari arah tangga memecahkan semua keheningan yang menyihir mereka semua. Dia adalah Rima, adik Sita yang kabarnya telah bertunangan dengan Marvin.
Marvin pun melepaskan pelukannya dan keduanya buru-buru menghapus airmata di pipi mereka.
Bu Broto pun buru-buru memeluk Lana karena merasa di dahului anaknya, memeluk dan mengusap punggung Lana penuh keharuan juga kerinduan.
"Apa kabar Lan?" tanya Marvin dengan senyum mengembang menutupi keharuan dan kerinduannya yang membuat Lana semakin terisak lirih.
"Marvin... Hiks.. Tante.. Maaf Lana nggak tau kalau Om udah ga ada.. Lana mengucapkan turut berduka atas kepergian Om" kata Lana penuh kesedihan sambil mengambil buket bunga yang jatuh dan dibantu Sita yang mengambil parcel buah yang dijatuhkan Lana.
Bu Brotopun menangis sejadi-jadinya dan kembali memeluk Lana, Marvin membelai kepala Lana yang berada dipelukkan ibunya, matanya memerah kembali berkaca-kaca.
Sitapun ikut menangis melihat pemandangan itu, sementara Rima masih berdiri di dekat tangga tertegun nanar, kakinya sangat sulit digerakkan, dia tau bahwa wanita yang ada dipelukan calon ibu mertuanya adalah Lana.
"Maafin Om ya sayang, kalau om ada salah yang disengaja maupun tidak di sengaja" kata Bu Broto menangis pilu membuat tangisan Lana pun semakin pecah.
"Enggak tan, Om nggak pernah salah, Lana yang harusnya minta maaf, maafin Lana ya tan kalau Lana pernah melakukan kesalahan" kata Lana pilu
"Enggak sayang, lupakan semua yang pernah terjadi, jangan pernah di ingat ya? Itu sudah lama berlalu, Almarhum om dan tante menyadari kalau jodoh di tangan Tuhan" kata Bu Broto sambil memeluk rambut Lana.
Walaupun tante berharap sekali, kamu yang menjadi menantu keluarga kami. Batin bu Broto.
Marvin dan Surya beradu pandang, Surya mendekati Marvin lalu menepuk pundaknya.
"Sorry bro, gue ga bisa hadir semalem" kata Surya.
"Its okay Sur, gue tau kok kesibukan lo" kata Marvin.
Surya meraih kotak tisu yang ada di dekatnya dan di sodorkan kepada ibunda Marvin dan juga ke Lana, melihat sikap Surya hati Marvin seperti ada ganjalan yang tidak begitu jelas.
Lana, kamu terlihat semakin cantik, aroma tubuhmu yang selalu aku rindukan, kenapa kau datang lagi Lana? Tuhan kenapa harus seperti ini. Jerit batin Marvin
Dua orang wanita itu melepaskan pelukannya, tanpa menyadari Rima telah hadir dan bergelayut manja di lengan Marvin, melihat pemandangan itu hati Lana seperti di remukkan.
Setelah bertegur sapa dan berpelukan hangat dengan Rima, Lana pun beringsut mendekati bu Broto lagi.
"Ayo sayang duduk" kata Bu Broto menuntun Lana ke sofa lalu duduk di sebelah Lana di ikuti yang lainnya, Suryapun mengambil posisi duduk di sebelah Lana, dan berhadapan dengan Marvin. Tiba-tiba bu Broto teringat sesuatu.
" Oohhh sebentar, tante siapkan minuman kesukaan kamu, teh rasa anggur " kata bu Broto beranjak berdiri.
" Ga usah repot-repot tan" kata Lana masih menepuk-nepuk bawah matanya dengan tisu.
"Nggak apa-apa sayang,.. tante udah menganggap kamu seperti anak sendiri, tante bahagia melihat kamu" kata bu Broto beranjak pergi.
Mata Lana masih menatap punggung bu Broto menghilang di sisi ruangan, sorot mata Marvin memperhatikan sikap Lana dengan tatapan yang membakar hatinya.
Lana tau itu dari ekor matanya dan Lana tak mau melihat Marvin sama sekali, pandangan mata Marvin tajam dan tak berkedip entah apa yang ada di pikirannya. Surya pun sengaja mengajak bicara untuk mengalihkan pandangan Lana agar tak terganggu dengan pandangan Marvin.
"Sayang, kita belum makan lho, kita makan yuk" kata Rima pelan tapi terdengar jelas oleh semuanya.
"Kamu duluan aja, aku sudah kenyang" kata Marvin tak menoleh sedikitpun ke arah Rima, matanya tetap memandang tajam ke arah Lana, wanita yang sangat dirindukan yang saat ini ada dihadapannya, mencoba mendengarkan obrolan Sita, Lana dan Surya.
"Lan lo berapa lama disini?" tanya Sita.
"Ehm sekitar 10 hari mungkin, anak lo berapa Sit sekarang?" tanya Lana kembali.
"Anak gue baru satu, cowok.. umur 1,5 tahun.. ini gue titipin di mama, maen dong ke rumah.. lucu lho anak gue" kata Sita panjang lebar.
"Iya ntar kapan-kapan gue mampir.. Mas Nando apa kabarnya Sit, masih di pertambangan?" tanya Lana.
"Lakinya mah jarang pulang, di gunung terus ya Sit" Surya berusaha nimbrung.
"Ooh enak dong lo masih bisa bebas" kata Lana.
"Ga enak lah.. ga ada yang angetinn gue.... hahahah " kata Sita tergelak, Lana dan Surya ikut tertawa basa basi.
Marvin masih saja memandangi Lana dengan sorot mata tajamnya dan Lana sadar akan hal itu sehingga dia terus menghindari tatapan Marvin, sementara Rima menyimak obrolan mereka dengan bergelayut manja dan memainkan tangannya mengelus-elus lengan Marvin.
Surya pun menyadari itu tergetar hatinya antara ingin membentengi Lana dari tatapan Marvin atau dari tingkah Rima yang memamerkan kemesraannya, yang bisa menimbulkan gejolak tak nyaman di hati Lana.
"Ooh jadi ka Lana kalau nikah merasa ga bebas?" tanya Rima membuat semuanya terdiam, mau nggak mau Lana harus menatap Marvin.
"Sudah pasti ga bebas, karena menikah itu menyerahkan sebagian kebebasan kita untuk orang yang kita cintai demi sebuah nama tanggung jawab, 50% tersisa kebebasanmu itu bisa karir, keluarga besarmu dan teman-temanmu, kalau kamu punya anak maka sisa kebebasanmu tinggal 25% itu untuk wanita karir. Kalau totalitas menjadi ibu rumah tangga maka kebebasanmu hanya tinggal 10% dan itu hanya untuk teman dan keluarga besarmu, itu sudah menjadi resiko seorang wanita yang harus dijalani dengan ikhlas" Jawab Lana membuat semua tertegun dengan cara pandangannya tentang kebebasan dalam pernikahan.
"Kak Lana mau berapa persen nanti kalau nikah kak?" tanya Rima lagi.
"Aku sih akan memberikan 90% kebebasanku pada suamiku dan anakku, 10% aku berikan kepada keluarga besar dan sahabat, karena aku kalau sudah berumah tangga aku akan menghentikan karirku, tentunya aku akan memilih lelaki yang mapan agar aku tak perlu bekerja lagi" tutur Lana dengan dinamis.
Semua kembali tertegun dengan sikap Lana, dijaman sekarang ini masih ada wanita yang mau menyerahkan kebebasannya kepada lelaki sebesar 90%, Surya dan Marvin sangat takjub dan mereka semakin mengagumi sosok Lana.
"Nah gue sama kaya lo Lan, tapi suami gue yang ilang-ilangan" kata Sita.
"Nggak apa-apa Sit yang penting bertanggung jawab, karena dengan menyerahkan kebebasan kita 90%, itu juga butuh keberanian laki-laki lho, mereka harus menanggung semua sendiri tanpa bantuan wanita" opini Lana.
"Iya juga sih, tapi kalau keseringan di tinggal ga asik juga kadang-kadang" kata Sita lagi.
"Kalau gue sih ikut kemanapun suami gue pergi nantinya, mau ke lubang semut juga ikut, haahaha" Lana tergelak, semua menyimak obrolan yang terpusat pada Lana.
"Lan, kalau lo jadi bini gue, nggak bakalan deh lo gue tinggalin... udah gitu gue nggak mau pake apa-apa kalo deket lo, mau pake sarung aja gua... hahahah" kata Surya membuat semua tergelak kecuali Marvin yang sorot matanya beralih ke Surya.
"Dihh.. kalo lo pake sarung terus gue pake apa dong hahahah" kata Lana paham maksud Surya yaitu memecahkan obrolan yang berat.
"Ya lo di dalem sarungnya Surya lah.. hahahaha" sahut Sita.
"Nah tuh Sita paham.. yang udah kawin mah paham deh" Surya menimpali.
"Maklum anak prawan nggak paham dia hahahah" kata Sita ke Surya ngeledek Lana.
"Lo berarti udah pernah kawin dong Sur" tanya Marvin datar membuat kaget semuanya. Surya tau Marvin berusaha menjatuhkannya di depan Lana, namun Surya cepat menguasai keadaan.
"Ya gituuu dehhh... rahasiaa " jawab Surya santai.
"Lo jangan-jangan sering kawin yaa" mata Lana melotot dan reflek memukul lengan Surya ganas.
"Aduhhh.. duhhh.. aduhh... Kaga Lan kagaa.. gue jaga keperjakaan gue buat lo... terserah lo mau ambil kapan aja boleh.. sekarang juga boleh.. hahahah" kata Surya puas dengan bertameng bantel karena dia berhasil membuat Lana semakin kalap memukulinya, membuat Sita dan Rima tertawa serta membuat merah padamnya muka Marvin.
"Ga lucu " desis Marvin pelan, hanya Rima yang bisa mendengarkannya dan membuat Rima tidak suka dengan sikap Marvin, hatinya pun di liputi kecemburuan.
"Nah kak Lana dijaga juga tuh keprawanannya buat kak Surya" cletuk Rima dan semua mata serentak menoleh kepada Rima. Surya cukup cerdik membaca suasana hati Rima.
Surya pun meraih dagu Lana, bola mata Lana mengisyaratkan 'sudahlah tak usah di ladeni', tapi Surya tidak cukup merasa puas begitu saja.
Lalu Surya menatap tajam bola mata Lana dan memegang dagunya lalu berkata dengan sikap dingin.
"Lana cukup pintar menjaga hati dan tubuhnya, makanya selama 5 tahun ini dia memilih sendiri dan menutup hatinya rapat-rapat.. " Surya menghentikan perkataanya dan melepaskan tangannya dari dagu Lana lalu menoleh dingin ke arah Rima yang ada dihadapannya dengan pandangan yang mengerikan lalu melanjutkan perkataannya masih sama dengan sikap dinginnya,
"........dan dia menunggu seseorang untuk membuka hatinya kembali lho Rim dan seperti itulah juga yang terjadi pada gue" kata Surya mengejutkan kembali semua yang mendengatkannya.
Surya menjaga hatinya juga selama 5 tahun juga? Aah masa sih. Pikir Lana sekilas.
Lana memandangi Surya, dia merasa dijaga oleh Surya.
Rima merasa terancam dengan keberadaan Lana. Sedangkan Marvin merasa lega bahwa Surya sepertinya memberikan kode bahwa masih ada harapan bagi Marvin untuk membuka hati Lana kembali.
Marvin pun tersenyum manis ke arah Lana, senyuman yang selalu menggetarkan hati rapuh Lana.
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangkuu yaa Reader Tersayang. 😘😘🥰🥰💕💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Ardiansyah Gg
sampai bab ini aku masih belum mengerti apa yg terjadi sama mereka... penasaran....
2024-09-13
0
lisna
ini novel pertama yg aku baca sampe nangis sesenggukan ...baca ulang lg
2024-01-24
2
Jong Nyuk Tjen
ceritanya bikin penasaran thor . Bagus sih jd lanjut baca terus nih .
2023-07-30
1